Tepatkah Kebijakan New Normal Life Diterapkan di Indonesia?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nur Khamidah

Indonesia disebut-sebut tengah bersiap untuk menerapkan New Normal Life atau tatanan kehidupan baru menghadapi Covid-19. New Normal Life akan diterapkan dengan tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan. Pemerintah telah menyusun skenario tahapan New Normal Life tersebut. Bahkan Presiden Joko Widodo telah meninjau langsung sarana transportasi umum untuk menunjang aktivitas warga yang bekerja di tengah pandemi Covid-19. Seperti Stasiun MRT di Bundaran Hotel Indonesia. Selain itu, presiden juga akan melibatkan Polri dan TNI untuk mendisiplinkan masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Pertanyaannya, tepatkah kebijakan New Normal Life diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat?

Banyak pihak yang meragukan wacana Presiden Joko Widodo untuk menerapkan kebijakan New Normal Life dalam waktu dekat. Salah satunya adalah Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra. Seperti dikutip dari pemberitaan Merdeka.com, Senin (25/5/2020), Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah yang akan menjalankan New Normal Life.

Hermawan menuturkan, belum saatnya Indonesia menerapkan New Normal Life. Karena temuan kasus baru di Indonesia dari hari ke hari terus meningkat dan Indonesia belum melewati fase puncak Covid-19. Sampai hari Minggu, 31 Mei 2020 kasus terinfeksi yang diumumkan sudah mencapai 25.773 kasus (penambahan kasus sebanyak 557 kasus) dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 1.613 kasus. Jika peningkatan jumlah kasus baru di Indonesia terus terjadi. Lantas, alasan apa yang mendasari pemerintah untuk bersegera menerapkan kebijakan New Normal Life di tengah meningkatnya kasus baru Covid-19?

Mengutip dari pemberitaan Detik.com, Rabu (27/5/2020), Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menjelaskan alasan New Normal Life diterapkan dari sisi ekonomi. Beliau menuturkan saat ini mau tidak mau kehidupan memang harus beradaptasi dengan wabah Covid-19. Lebih lanjut Airlangga menuturkan ppenerapan New Normal Life diharapkan bisa menyelamatkan ekonomi RI dari resesi dan menekan korban PHK. Sebegitu tidak berartinya nyawa rakyat sehingga penguasa bernafsu untuk segera menerapkan New Normal Life. Sehingga rakyat dipaksa untuk hidup normal di tengah meningkatnya wabah Covid-19. Rakyatpun dipaksa untuk kuat berperang melawan keganasan Covid-19, jika tidak ia akan menjadi tumbal.

Jika alasan ekonomi yang menjadi motivasi pemerintah untuk bernafsu segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau New Normal Life. Maka selayaknya pemerintah bermuhasabah diri dalam menyikapi ketidakberdayan perekonomian di negeri ini, khususnya di tengah pandemi. Perekonomian di negeri ini tidak berdaya bukan hanya karena adanya pandemi. Tetapi perekonomian di negeri ini tidak berdaya akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis. Sebuah sistem yang bertumpu pada capaian materialistis saja. Wabah Covid-19 membuat roda perekonomian mengalami kemandekan.

Jika terus dibiarkan maka akan menyebabkan ekonomi kapitalis akan ambruk. Maka yang pertama kali dipikirkan oleh pemimpin kapitalis adalah bagaimana roda perekonomian bisa berjalan kembali meski di tengah pandemi. Saking materialistisnya, hingga pemimpin rela mengorbankan nyawa rakyatnya sendiri. Begitulah watak pemimpin di sistem Kapitalisme. Segala sesuatu ditimbang menggunakan takaran untung rugi. Negeri ini akan memiliki ketahanan ekonomi ketika mencampakkan sistem Kapitalisme.

Sistem yang menjadi biang kehancuran seluruh aspek kehidupan, bukan hanya sektor ekonomi saja. Negeri ini harus beralih menerapkan sistem Islam yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Sistem yang mampu menciptakan perekonomian yang mandiri dan kuat serta mewujudkan pemimpin yang amanah dalam menjaga keselamatan nyawa rakyatnya. Ketika terjadi wabah penyakit, maka pemimpin sudah memiliki gambaran bagaimana cara untuk mengatasi wabah dan dampak yang ditimbulkan, tanpa menumbalkan nyawa rakyat. Jadi, jelaslah sudah kebijakan New Normal Life ini tidak tepat diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat. Selain kondisi Indonesia yang belum melewati fase puncak pandemi. Kebijakan New Normal Life juga dilatarbelakangi nafsu pemerintah untuk tetap menjaga eksistensi sistem Kapitalisme di negeri ini.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *