Tatanan Dunia Baru Pasca Pandemi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Rumaisha 1453

(Aktivis BMI Community Kota Kupang)

Kembalinya tatanan dunia baru setelah pandemi global covid-19 menjadi pembicaraan yang tidak pernah basi. Tatanan dunia baru bukan hanya dibicarakan oleh negara-negara berkembang saja, akan tetapi negara maju pun ramai dengan pembahasan ini. Kira-kira seperti apa tatanan dunia baru nanti? Apakah dunia masih dikendalikan oleh AS dan negara-negara maju lainnya dengan suasana yang berbeda? Ataukah tatanan dunia baru nanti mengalah perubahan yang signifikan?

Membahas terkait tatanan dunia baru, maka pembahasan ini mengarah pada kehancuran tatanan dunia yang sekarang. Di Indonesia, kembali lagi Omnibus UU Cipta kerja kini sudah resmi diundangkan. Jumlah halaman final menjadi 1.187 lembar. UU ini disahkan oleh Joko Widodo lewat tanda tangan tertanggal 2 November 2020. Sebelumnya jumlah halaman UU Cipta Kerja sempat berubah-ubah meski sudah disahkan via rapat paripurna DPR pada 5 Oktober 2020. Awalnya 1.028 halaman, kemudian beredar lagi 905 halaman, pada 9 Oktober beredar lagi draf 1.052 halaman, pada 13 Oktober muncul lagi naskah 812 halaman. Terakhir 21 Oktober ada naskah 1.187 halaman yang kemudian disahkan oleh Presiden RI. (https://news.detik.com, 02/11/2020).

Di tengah-tengah masyarakat yang dibingungkan dengan kebijakan baru terkait pengesahan UU Cipta Kerja ini, di belahan bumi lain sedang diadakan konferensi online internasional di Inggris tentang “Kembalinya Tatanan Dunia Islam” yang digelar pada sabtu, 31 Oktober 2020. Menghadirkan lebih dari 2000 peserta dengan pembicara yang luar biasa. Pembicara berbicara tentang banyaknya masalah di dunia saat ini dan solusi Islam dalam mengatasi semua masalah ini. Selama sesi tanya jawab pembicara membahas permusuhan Perancis saat ini terhadap Islam (https://www.hizb.org.uk, 01/11/2020).

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh negara maju maupun negara berkembang bukan hanya pada satu bidang saja. Masalah global ini timbul di segala bidang, seperti ekonomi, politik, sosial, hingga budaya. Sebelum adanya covid-19 saja dunia begitu banyak dihadapkan dengan masalah yang kian berulang. Apalagi disaat pandemi seperti ini sudah tentu masalah-masalah ini pun menjadi lebih kompleks.

Bidang ekonomi menjadi yang paling terkena dampak dari covid-19. Kondisi krisis ekonomi terus berulang. Manusia di berbagai penjuru dunia merasakan dampak dari krisis ini. Resesi sudah didepan mata, akan tetapi kebijakan penguasa di negeri ini belum menunjukan keseriusan dalam menghadapi sebuah masalah besar ini. Kegagalan dalam mengatasi pandemi dan beragam bencana yang dihadapi Islam dan umat Islam menuntut perlunya sebuah perubahan.

Dunia kapitalis-sekuler gagal dan tidak mampu memberikan solusi yang tuntas bagi umat manusia. Lihat saja yang terjadi di negeri ini. Kita melihat berbagai macam kebijakan yang diambil oleh penguasa di negeri ini saat pandemi global covid-19. Mulai dari kebijakan yang membuat masyarakat menjadi bingung akhir-akhir ini yaitu mengenai pengesahan UU Cipta Kerja. Masyarakat bingung karena draf yang sudah disahkan akhirnya mengalami perubahan secara terus-menerus.

Kebingungan yang diciptakan penguasa kapitalis menunjukan bahwa mereka sendiri kebingungan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi saat ini. Masalah yang semakin tumpang tindih dan belum terselesaikan dengan baik. Semua ini lagi-lagi akan berakibat fatal terhadap umat yang dipimpin. Penguasa yang seharusnya mengurusi urusan umat dengan baik, karena telah dibebankan amanah ini. Rasulullah Saw bersabda: “Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Semua yang terjadi saat ini seharusnya membuat umat membuka mata, bahwasannya perubahan tidak bisa dilakukan dengan mekanisme demokrasi-sekuler. Karena yang hanya adalah umat mendapatkan ketidakadilan dan kesengsaraan yang berkelanjutan. Bahkan dunia saat ini sangat merindukan perubahan, agar dapat mengakhiri hegemoni dari kapitalisme. Agar tidak memperpanjang penderitaan yang harus ditanggung oleh umat di dunia ini. Perubahan itu hanya dengan Islam.

Rasulullah Saw adalah sang revolusioner sejati. Manusia mulia dan tangguh, yang sangat pantas kita jadikan teladan, terutama teladan dalam kepemimpinannya mengurusi urusan umat. Perjuangan yang dilakukan Rasulullah Saw dalam dakwahnya adalah dengan mengubah sistem hidup jahiliyah dengan Islam. Begitu pula kita sebagai umat Islam seharusnya sadar bahwasannya perubahan yang hakiki hanya bisa dilakukan dengan perubahan sistem ke arah Islam. Dalam artian mengganti sistem kapitalis-demokrasi-sekuler yang masih bercokol di negeri kaum Muslimin.

Kaum Muslimin mampu dan berkeinginan memimpin dunia menuju era baru menuju keadilan dan kemakmuran. Kemimpinan baru ini bukan hanya kebutuhan yang mendesak akan tetapi menjadi sebuah kewajiban, karena akan menghantarkan umat Islam pada kemuliaan. Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam pun akan terwujud dan umat Islam kembali mendapatkan gelar umat terbaik. Karena seorang Muslim wajib menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat yang datang dari Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya: “maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan…” (TQS. Al-Maidah: 48).

Seluruh syariat Islam bisa terlaksana secara sempurna apabila ada sistem Islam. Sehingga menjadi kewajiban bersama umat Islam yang sadar akan hal ini untuk memperjuangkannya. Karena kemenangan Islam adalah niscaya, tetapi ianya bukanlah hadiah percuma, ia yang harus ditebus, dengan berlinang air mata, bercucur keringat, bersimbah darah, bahkan berpisahnya ruh dengan raga. Allah SWT berfirman yang artinya: “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka…” (TQS. Ar-Ra’d: 11)

WalLahu a’lam bi ash-shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *