Tahun Ajaran Baru 2020/ 2021: Belajar di Tengah Pandemi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nisa Rahmi Fadhilah, S.Pd (Member Akademi Menulis Kreatif)

Kemendikbud mengumumkan tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai pada tanggal 13 Juli 2020. Beliau menegaskan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak akan dimundurkan walaupun pada saat ini kita masih dalam situasi pandemik Covid-19.

Pernyataan tersebut menimbulkan reaksi dari berbagai pihak. Pasalnya jumlah kasus Covid-19 hingga saat ini masih terus meningkat. Dilansir dari covid19.co.id kasus positif Covid-19 hingga tanggal 7 Juni 2020 terkonfirmasi sebanyak 30.514 kasus.

Kasus ini pun tak luput menyerang anak-anak usia sekolah. Dilansir okezone.com data kementrian kesehatan terdapat sekitar 831 anak yang terinfeksi Covid-19 (data 23 Mei 2020). Maka jika sekolah dibuka khawatir mengancam anak-anak yang lain.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengatakan bahwa rencana membuka sekolah ini perlu dipersiapkan dan dipikirkan kembali karena menyangkut keselamatan anak-anak, guru dan pegawai sekolah. Tentunya keselamatan anak harus menjadi pertimbangan utama saat pemerintah mengambil suatu kebijakan. Pemerintah diharapkan mengikuti anjuran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia untuk tetap melaksanakan metode pembelajaran daring mengingat sulitnya mengendalikan lingkungan jika terjadi kerumunan.

Mendikbud pun menyatakan bahwa penetapan tahun ajaran baru ini bukan berarti siswa kembali beraktifitas di lingkungan sekolah. Mendikbud merencanakan jika pandemi Covid-19 ini belum berakhir, maka kegiatan belajar pun masih dilakukan dirumah secara daring.

Walaupun demikian, pembelajaran yang dilakukan melalui daring masih mengalami kelemahan karena tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai serta akses internet yang baik. Secara umum, baik siswa maupun guru, belum terbiasa terhadap aplikasi pembelajaran, problem lain berupa kualitas video dan audieo yang buruk sehingga penerimaan menjadi tidak baik. Selain itu tidak semua peserta didik mampu membeli kuota internet. Belajar dengan menyimak program TV pun tidak cukup karena waktu yang sangat terbatas. Guru harus memadatkan materi pembelajaran dalam kurikulum sehingga materi yang diterima siswa pun tidak maksimal dan menilai turunnya kualitas pendidikan anak-anak tanpa disertai pembaharuan dalam hal kegiatan belajar mengajar.

Menurut pengamat pendidikan dari Center of Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) program belajar yang disiarkan di TVRI itu lebih cocok sebagai materi pemandu yang diperuntukkan untuk orang tua dan guru yang mendampingi proses belajar anak selama di rumah. Sehingga peran orang tua pun sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

Islam memandang bahwa ketika situasi pandemi sudah sepatutnya untuk melakukan pembelajaran jarak jauh demi keselamatan masyarakat khususnya anak sekolah. Meski demikian, kondisinya pun tidak akan seperti saat ini. Karena asas yang diemban adalah asas akidah dan syariat Islam. Guru tidak bersifat kaku dan memaksa atas tugas-tugas yang dibebankan kepada siswa. Dalam kondisi wabah, materi pembelajaran yang utama adalah untuk menguatkan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Kemudian, Negara yang berasas Islam menguasai ilmu dan teknologi komunikasi sehingga negara dapat meminimalisir keterbatasan dalam pembelajaran daring. Beda halnya pada saat ini masih banyak guru, siswa dan orangtua yang belum terampil dalam bidang teknologi komunikasi dikarenakan keterbatasan ekonomi untuk memiliki alat (media) dan akses internet.

Negara Islam pun memenuhi kebutuhan pokok masyarakat karena pemenuhan hal pokok menjadi salah satu penopang kesuksesan anak-anak belajar di rumah. Orang tua bisa fokus untuk mendidik anak dirumah tanpa mengkhawatirkan kekurangan kebutuhan pokok. Hal yang tak kalah penting, Negara menyediakan platform pendidikan dan sarana pendukungnya secara gratis.

Demikianlah, hanya negara yang berasaskan Islam yang mampu memberikan pelayanan pendidikan secara optimal dan shahih kepada rakyatnya baik dalam situasi pandemik ataupun tidak.
WaAllahu’alam bishawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *