Taati Allah, Taati Rasul-Nya

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Dhiran Al-fatih

Islam adalah agama yang sempurna, yang mulia, yang rahmatan lilla`alamin, yang Allah ridhoi. islam mengajarkan saling menghargai dan membantu sesama manusia. Islam mengajarkan segala hal yang berkaitan dengan muamalah dalam kehidupan, tentunya tak terlepas dari syariah islam yang tentu adalah perintah Allah. Bentuk kecintan seorang hamba pada sang khaliq adalah taat itu sendiri. Karena ketika hati seorang hamba sudah berada pada level cinta yang hakiki maka ia akan mengerjakan semua perintah sang khaliq . Lain hal dengan seorang hamba yang kadar kecintaanya lebih kuat pada dunia maka sikapnya jelas akan lalai dari perintah Allah karna yang memenuhi panggilan dalam jiwa nya adalah hawa nafsu dan kenikmatan yang sesaat saja. Seorang yang cinta pada Allah pasti akan lebih berupaya untuk selalu mendekatkan dirinya pada Allah, dan mengutamakan Allah dalam segala tindakan dan keputusannya. Selalu mengharapkan ridho dari Allah atas urusannya. Tentu menjadi pertimbangan juga tatkala ia berhadapan dengan tawaran-tawaran atau kerjasama yang tidak syariah. Jelas dengan sikap tegasnya pasti ia akan menolak semua itu karna yang ia pikirkan adalah pertanggung jawaban di akhirat nantinya. lain halnya dengan orang yang cinta dunia jelas dengan senang hati ia menerima tawaran itu. Artinya ia tidak memikirkan konsekuensi di akhirat kelak. Sekarang yang menjadi pertanyan kita kira-kira sudah siap untuk tinggalkan semua kegemerlapan dunia itu? Sudah siap menjadi muslim yang taat?

Ketaatan seorang hamba terlihat pada sikap dan tindakannya. seorang hamba yang memiliki pemahaman tentang kehidupan yang benar pastinya mengerti kemana arah jalan hidupnya, paham apa yang mesti ia kerjakan dan lakukan dalam kehidupannya. pemikiran tentang kehidupan ini harus di pecahkan dengan benar. Mengenai pertanyaan dari mana ia berasal? Untuk apa dia hidup? Dan kemana setelah dia mati? Kalau hanya sekedar hidup tanpa ada prinsip hidup ya anggap saja seperti mayat hidup ?.

Manusia diciptakan dengan dikaruniakan akal unuk berfikir mencari jawaban tentang kehidupan tadi. Agar jalan hidupnya berada pada jalan mulia . ketika seseorang mendahulukan nafsu di banding akal maka akan menjerumuskan ia dalam maksiat. karena tingkah laku seorang itu tergantung pada mafahimnya itu, sebagai contah mafahim seseorang terhadap orang yang dicintainya akan membentuk perilaku yang berlawanan dari orang tersebut terhadap orang lain yang di bencinya. Untuk itu akal mesti didahulukan.

Sejatinya sikap seorang hamba yang taat pada perintah Allah akan siap menjalakan peraturan ataupun perintah yang bersumber dari Al-qur`an dan As-sunnah. Tanpa terkecuali. ketika Allah memerintakan untuk menutup aurat maka yang ia lakukan adalah memenuhi perintah itu. Bukan malah lalai dengan seruan itu. Begitu halnya dengan perintah Allah yang lainnya, misalnya haram atas kita meminum khamar, berzina ,riba, memakan daging babi dll. Perintah itu semua sudah ada dalam Al-qur`an dan As-sunnah .

Karna pada hakikatnya perbuatan kita nanti akan kita pertanggungjawabkan. Allah Swt berfirman.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ ۗ

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 7)

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

“Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 8)

Semua tindakan itu nanti akan dihisab. Ketika seseorang dosanya lebih berat dari amalnya maka dia disiksa dalam panasnya neraka, sebaliknya ketika amal baiknya lebih berat maka Allah tempatkan ia dalam jannahnya. Itulah kenikmatan yang abadi. Keinginan untuk tidak diazab mesti memacu kita agar senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah. Kita mesti meningalkan segala larangannya, dan kita mesti mematuhi segala perintahnya.

Mengenai keislaman kita, patutnya kita mentotalitaskan keislaman kita dengan mengimani segala apa yang diberitaukan oleh Allah dalam kalamnya yaitu Al-qur`an dan sunnah. Mengimani para malaikat, rasul, dan kitab-kitabnya, dan hari akhir. Dan kita mesti masuk kedalam islam secara kaffah. Sesuai dengan firman Allah Swt.

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

Artinya dalam kehidupan seorang hamba harus diatur oleh syariat islam bukan oleh aturan yang berasal dari selain Islam semisal produk hukum barat. Bagaimana mungkin keberkahan dan rahmat akan kita dapati sedangkan ketaatan kita selain dari pada Allah. Kita akan mendapatkan kehinaan tatkala kita memilih untuk taat pada produk hukum kufur rekaan barat.

Ketauilah agama yang sempurna adalah islam. sempurna dalam segala aspek kehidupan dan mengatur kehidupan. Contoh dalam aspek ekonomi, aspek politik dan pendidikan. Dll. Aturan apa itu? Tidak lain tidak bukan adalah aturan yang berasal dari allah.
Allah SWT berfirman:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ ۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَا لُوْا سَمِعْنَا وَاَ طَعْنَا غُفْرَا نَكَ رَبَّنَا وَاِ لَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya. Dan mereka berkata, Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 285)

Seorang muslim sejatinya pasti mengharsukan dirinya untuk benar-benar terikat dengan peraturan yang ada dalam al-qur`an karna sudah menjadi kewajibannya untuk taat dan tunduk pada perintah Allah. Seorang yang beriman kepada Allah akan menjadikan islam sebagai pandangan hidup, sebagai satu-satunya pegangan dalam hidupnya. Lain hal dengan seorang yang ber KTP kan islam tapi tindakan nya tidak mencerminkan nilai-nilai islam. Artinya ia tidak menjadikan islam sebagai tolak ukur dalam hidupnya, orang –orang seperti ini akan cenderung bermaksiat kepada Allah.

Seorang muslim diharuskan berislam secara kaffah bukan berislam setengah-tengah. Artinya dalam semua aspek kehidupannya harus terikat pada hukum syara (alqur`an dan sunnah). Tolak ukur tindakannya adalah halal dan haram. Artinya ketika ada perbuatan yang di haramkan maka ia mesti tinggalkan perbuatan itu. Dan sebaliknya ketika diperintahkan untuk mengerjakan yang baik maka ia mesti mengerjakannya.

Seorang yang imannya sudah berada pada kadar keimanan yang hakiki akan menjalakan semua perintah Allah, dan ingin menjadikan kehidupannya total dengan ajaran islam. Seorang muslim ketika mendengar perintah dari Allah dan Rasulnya ia akan taat dan mengerjakan amal kebajikan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah. Ia menegerjakan dengan hati yang ikhlas tanpa paksaan. Ia hanya mengharapkan keridhoan Allah.
Sesuai dengan firman allah:
Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

Untuk itu mari kita tingkatkan keiman dan ketakwaan kita kepada Allah swt . agar hidup kita selalu diridhoi oleh Allah dengan cara menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Menjalakan syariahnya dalam segala aspek kehidupan. Tidak memisahkan agama dari kehidupannya. Dan tidak pula anti pada agamanya sendiri dan mudah-mudahan Allah swt selalu mengistiqomahkan kita dalam ketaatan kepadanya. Aamiin ya Allah.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *