Surat Pertama Raja di Nusantara kepada Khalifah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ratna Sumiarti

Khilafah kini menjadi perbincangan di tengah-tengah masyarakat. Diskusi akademik, Wawancara televisi hingga perbincangan sehari-hari. Kehadiran film Jejak Khilafah di Nusantara menjadi oase bagi kaum muslimin saat ini. Dimana bukti-bukti terkait hubungan khilafah dengan Nusantara disajikan dalam bentuk yang runut. Penyajian audio visual  yang lebih mudah di cerna semua kalangan. Terlepas masih saja ada oknum yang merasa keberatan dengan kehadiran film mencerahkan sejarah khilafah di Nusantara.

Khilafah sendiri adalah sebuah sistem pemerintahan Islam. Menurut Syaikh Taqiyuddin an Nabhani khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia Untuk menerapkan syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia (kitab Syakhshiyyah  Islam). Dari definisi ini ada tiga tugas utama khilafah yaitu menyatukan umat Islam seluruh dunia di bawah satu pemimpin dan satu negara. Kedua menerapkan seluruh syariah Islam secara menyeluruh (kaffah). Ketiga  Mengemban dakwah ke Seluruh dunia dengan jihad fii Sabilillah. Estafet kepemimpinan umat dalam satu pemimpin diteruskan dari zaman Khulafaur Rasyidin. Sepeninggal Rasulullah Saw wafat Sahabat melanjutkan kepemimpinan Rasulullah Saw dalam memimpin umat Islam dengan kepemimpinan khilafah. Kemudian berlanjut di masa Umayyah, Abbasiyah hingga Utsmaniyah.

Para Sahabat hingga kekhilafahan berikutnya Terus menjalankan ketiga tugas utama khilafah. Sehingga tidak mengherankan saat itu khilafah menjadi mercusuar peradaban. Menjadi negara super power selama kurang lebih 14 abad. Dua per tiga dunia menjadi bagian wilayah khilafah. Tak terkecuali Nusantara. Berdasarkan beberapa runutan ahli sejarah hubungan khilafah dengan Nusantara sudah dimulai sejak kekhilafahan Umayyah. Hubungan ini terjalin dengan kerajaan Sriwijaya yang saat itu menguasai hampir seluruh daratan Sumatera. Ditandai dengan penemuan dua buah surat dari Raja Sriwijaya kepada Khalifah Ummaya dalam lemari arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umary. Adalah Raja Sri Indrawarman saat itu berkuasa mengirimkan surat pertama pada Khalifah Muawiyah bin abu Sofyan. Kemudian surat kedua kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Oleh S.Q. Fatimi seorang sejarawan Malaysia menuliskan dua surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah Islam yang diambil dari kitab Al Hayawan karya Abu Utsman ‘Amr Ibnu Bahr Al Qinanih Al Fuqaymih Al Basri atau yang lebih dikenal dengan nama Al Jahiz (776 M)  yang di kutip oleh Azyumardi Azra (2004). (Pelitasumsel.com)

Surat pertama berisi:

“Dari Maha Raja Al-Hind yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, dan istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar yang mengairi gaharu, kepada Muawiyyah…”

Adapun dalam versi terjemahan lain surat tersebut berisikan sebagai berikut:
“Dari Maha Raja yang Istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang mengairi gaharu, untuk Muawiyyah…”

Untuk surat kedua sedikit lebih lengkap karena terdapat pembukaan dan isi surat sebagaimana yang terdapat dalam buku karangan Ibu ‘Abd Rabbih (246-329 M) yang berjudul Al Iqd al Farid , adapun potongan surat tersebut antara lain sebagai berikut:
“Dari Raja Di Raja…yang adalah keturunan seribu raja..kepada raja Arab (Umar bin Abdul Aziz) yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain selain Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah yang sebenarnya merupakan hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan jelaskan kepada saya huku,-hukumnya….”

Adapun dalam redaksi lainnya surat tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Dari Rajadiraja yang keturunan ribuan raja, yang di istalnya terdapat ribuan gajah, dan menguasai dua sungai yang mengairi gaharu, tanaman harum, pala dan barus, yang keharumannya menyebar sejauh dua belas mil…untuk Raja Arab, yang bertuhan Esa. Saya memberimu hadiah yang tidak seberapasebagai tanda sapa dan saya harap anda berkenan mengirim seseorang yang bisa mengajar tentang islam dan menerangkannya kepada saya..”

Sejak saat itu kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha berganti menjadi kesultanan-kesultanan Islam. Kerajaan Islam mulai bermunculan yang langsung berbaiat pada Khalifah saat itu. Itulah surat pertama raja di Nusantara kepada Khalifah. Menjadi titik awal semakin erat hubungan khilafah dan Nusantara. Titik awal Semakin berkembang Islam di Nusantara, di mulai dari Sumatera kemudian Jawa hingga pulau-pulau lain di Nusantara. Menjadikan Nusantara bagian dari Khilafah. Tak hanya dalam perdagangan, dakwah dan politik, khilafah ikut andil dalam melawan penjajah di Nusantara dengan mengirimkan bantuan militer.

Waallahu’alam bish Shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *