Oleh: Azrina Fauziah
(Member Komunitas Pena Langi)
Satu lagi narasi jahat islamophobia kembali diarahkan kepada islam. Dw Indonesia, media Jerman yang menyatakan agama adalah masalah pribadi, kini jutru mengusik masalah hijab bagi anak-anak.
Dalam penayangan video tersebut, Dw Indonesia mengambil narasumber yang berasal dari orang-orang liberal pengusung ide feminisme. Nong Darol Mahmada ialah salah satu narasumber yang mengatakan pernyataan kontroversi di dalamnya. Wanita lulusan UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan bahwa jika anak ditanamkan pemakaian jilbab sejak dini, dia khawatir anak-anak akan mengalami perasaan yang berbeda dengan yang lain serta menimbulkan perasaan eksklusif.
Tentu saja pernyataanya dihujani komentar negatif. Di mana masyarakat Indonesia memahami bahwa jilbab merupakan kewajiban dan identitas mereka sebagai muslimah.
Narasi-narasi jahat yang dituduhkan kepada islam seperti islam teroris, jilbab lebar itu eksklusif, al qur’an sumber peperangan dan sebagainya merupakan narasi islamophobia. Narasi barat ini bertujuan menjadikan kaum muslim takut dengan ajaran agamanya. Mereka juga berupaya menawarkan dan mengganti pemikiran kaum muslim dengan kehidupan sekuler liberal yang menurut mereka akan memberikan solusi kehidupan.
Padahal ketika kehidupan sekuler-liberal diterapkan banyak sekali kerusakan yang terjadi. Banyaknya kenakalan remaja seperti perzinahan, hamil diluar nikah, aborsi, LGBT, pornoaksi, pornografi, kejahatan, pembunuhan hingga aset-aset negara dijual kepada asing dan aseng.
Inilah buah dari standar kebebasan ala barat yang tidak memiliki standar yang jelas. Aqidahnya melepaskan aturan agama dari kehidupan sehari-hari.
Allah Swt berfirman,“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…” (QS. Al-Baqarah: 120)
Islam memandang bahwa perempuan merupakan kehormatan sehingga perlu adanya pengaturan untuk menjaga kehormatannya seperti kewajiban menutup aurat dengan khimar dan jilbab, menjaga pandangan, dilarang bertabaruj, berikhtilat ataupun berkhalwat dengan non mahrom. Sehingga wajar apabila orang tua yang memiliki visi misi islami dalam mendidik anak-anak perempuan mereka dengan pemahaman islam memilih memakaikan hijab sejak dini. Ini merupakan bentuk pembiasaan agar sang anak kelak tak salah memahami kewajiban mereka.
Media dalam islam juga dipandang sebagai alat propaganda dalam menyebarkan syiar islam. Penayangan program dalam media islam pun diramaikan dengan program-program berfaedah bukan program-program yang nyeleneh apalagi unfaedah seperti sekarang. Tayangan yang berbau pornoaksi, pornografi, penghinaan islam ataupun ide-ide sekuler liberal akan difilter sedemikian rupa untuk menjaga kemurnian ide islam.
Propaganda positif ini juga akan berfungsi menyebarkan dakwah islam kepada masyarakat non muslim sehingga akan terwujud islam rahmatan lil ‘alamin di mata mereka. Penjagaan ini tidak akan mungkin ada jika tidak ada kerjasama penguasa yang menerapakan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari.
Waallahu a’lam