Oleh: Rumaisha 1453 (Aktivis BMI Community Kota Kupang dan Member AMK)
Islamophobia masih menjamur di negeri yang mayoritas penduduknya adalah kaum Muslimin. Bukan hanya narasi tentang negara Islam yaitu Khilafah yang dituding radikal. Kini muncul konten Islamophobia yang menggerakan dunia maya Indonesia. Para pembenci Islam justru berasal dari kalangan Muslim yang pemikirannya telah terdegradasi oleh ide sekuler-liberal.
Konten Islamophobia berasal dari media asal Jerman, Deutch Welle (DW) membuat video yang mengulas tentang sisi negatif anak pakai hijab sejak kecil. Konten ini pun dihujat sejumlah tokoh dan netizen. DW Indonesia ini mewawancarai berbagai kalangan yaitu perempuan yang mewajibkan putrinya mengenakan hijab sejak kecil, Psikolog Rahajeng Ika, serta Feminis Muslim. Hasil wawancara ini pun memberikan gambaran bahwasannya Islamophobia mulai digencarkan oleh para pembenci Islam. (https://jurnalgaya.pikiran-rakyat.com, 26/09/2020).
Media DW ini pun akhirnya diserang netizen karena mengusik hak orang tua untuk memberikan pendidikan akidah pada anak semejak dini. Salah satunya dengan membiasakan anak mengenakan hijab. Dalam postingannya DW Indonesia, mencoba mempertanyakan apakah pemakaian jilbab tersebut, atas pilihan anak itu sendiri? Anak-anak yang dipakaikan jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan? Komentar positif dan negatif pun berkeliaran di jagat maya. (https://www.gelora.co, 26/09/2020).
Serangan kaum liberal kembali diarahkan pada ajaran Islam. Konten-konten serta narasi-narasi yang diberikan oleh para tokoh, terkesan menyudutkan ajaran Islam. Bukan hanya mengusik soal politik Islam, kini tentang tata cara berpakaian anak-anak muslimah pun mulai dipersoalkan. Pembiasaan anak mengenakan hijab sejak dini dianggap sebagai pemaksaan terhadap anak dan berdampak negatif pada perkembangan anak-anak.
Fobia terhadap Islam sesunguhnya adalah ketakutan akan bangkitnya Islam sebagai sebuah ideologi. Ideologi yang dimana semua ajaran Islam akan diterapkan, baik hubungan seorang hamba dengan Sang Khalik, dengan sesama manusia, maupun dengan dirinya sendiri, seperti hijab yang sekarang sedang dipersoalkan. Umat harus jeli dan sadar bahwasannya hari ini ajaran Islam diserang dari berbagai arah.
Serangan terhadap Islam juga digencarkan oleh kaum feminis. Terlihat dalam video tersebut ada seorang feminis yang memberikan komentar bahwasannya ia khawatir jika pola pikir anak akan eksklusif karena sejak kecil ia sudah berbeda dengan yang lain. Narasi dari kaum feminis seperti ini akan menimbulkan pemahaman yang salah di tengah-tengah masyarakat.
Semua hal tersebut menggambarkan bahwasannya pendidikan anak dalam sistem liberal sungguh memberikan kebebasan penuh terhadap anak untuk bertindak. Terlepas dari semua itu, Islam mempunyai aturan pengawasan dan juga pendidikan anak yang begitu baik. Anak-anak tidak dibiarkan hidup secara bebas tanpa aturan. Anak-anak diajarkan sejak dini tentang bagaimana cara merawat akidah dengan pembiasaan yang baik seperti mengenakan hijab, pembatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Lantas Islam bukan mengekang agar anak-anak muslimah tidak bermain seperti anak-anak pada biasanya. Akan tetapi lebih kepada usaha dari orang tua untuk membentengi anak-anaknya dari serangan-serangan sekuler-liberal hari ini. Karena hari ini anak-anak pun hidup dalam sistem sekuler-liberal yang lebih mengedepankan kebebasan daripada ketaatan kepada Sang Khalik. Dari sinilah terbentuk ketaatan yang hakiki, yang lahir sejak dini, dan akan tumbuh generasi Islam yang taat.
Dalam rangka membentengi anak dari arus liberalisasi, maka Islam mengaturnya dalam tiga pilar. Pertama, orang tua adalah benteng pertama dalam menjaga anak-anaknya. Kedua, masyarakat juga memiliki peran penting juga dalam mendidik anak. Ketiga, peranan yang paling utama, penting, serta pokok dalam penjagaan pendidikan anak adalah negara. Negara merupakan puncak segala kebijakan.
Negara Islam melalui sistem pendidikan Islam dan penerangan Islam akan memberikan peranan yang luar biasa baik dalam upaya penjagaan anak dari serangan narasi liberal seperti ini. Negara Islam dengan pendidikan yang pondasinya akidah Islam sudah dibangun sejak anak-anak menempuh pendidikan dasar di sekolah, serta kurikulumnya juga berlandaskan akidah Islam. Melalui sistem penerangan, anak-anak akan diperlihatkan tontonan yang sesuai dengan landasan yaitu akidah Islam. Konten-konten, serta siaran-siaran televisi diatur oleh negara.
Demikianlah Islam dalam mengatur seluruh kehidupan manusia. Sehingga hari ini serangan terhadap Islam sangat masif. Baik serangan secara fisik maupun secara pemikiran. Orang-orang yang membenci Islam tidak akan tenang selama Islam masih dipegang erat oleh kaum Muslimin. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat. (HR. Ahmad). Sehingga hari ini sangat urgen perjuangan kaum Muslimin diarahkan pada perjuangan penegakan hukum-hukum-Nya.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.