Sistem Ekonomi Anti Resesi Dan Moneter; Hanya Sistem Ekonomi Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Aisyah Farha

Indonesai Diambang Resesi

Indonesia diambang resesi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 minus 5,32%. Realisasi ini lebih dalam dari angka prediksi Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya.

Menko Perekonomian pernah mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 minus 3,4%. Pertumbuhan negatif tersebut disebabkan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang menghambat berbagai kegiatan ekonomi. (detik.com)
Pemerintah tentu saja sudah melakukan upaya pemulihan ekonomi, salah satunya dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berupa percepatan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat. Dengan harapan daya beli kembali meningkat dan tentu saja terhindar dari resesi.

Tetapi pada faktanya program ini tidak terdistribusi dengan baik. Banyak masyarakat yang tidak memperoleh haknya dikarenakan simpang siurnya data kependudukan. Pemerintah pusat dan daerah juga terkesan kurang berkoordinasi, sehingga lagi-lagi masyarakat yang menjadi korbannya.

Kegagalan Sistem Kapitalisme dalam Penstabilan Ekonomi

Seperti inilah wajah kapitalisme yang tidak mampu menangani persoalan pandemi. Penanganan yang tidak tepat menanggulangi pandemi ala kapitalisme memberi dampak yang sangat luas terutama pada pendidikan, perekonomian, keamanan bahkan ketahanan pangan. Pada akhirnya menghantarkan banyak negara yang menganutnya ke jurang resesi ekonomi.
Selain itu, ekonomi kapitalisme berfokus pada angka-angka dalam parameter pencapaiannya, hal ini hanya akan menghambat penguraian masalahnya.

Lain halnya jika parameter pencapaian difokuskan pada orang per orang. Sistem keuangannya juga hanya bertumpu pada pajak dan hutang, hal ini hanya akan menjerumuskan negara pada debt trap.
Sistem ekonomi kapitalisme juga memungkinkan sumber daya alam dikuasai perorangan. Ini adalah hal yang sangat berbahaya untuk masyarakat secara luas. Jika sumber daya alam Indonesia yang berlimpah ini digunakan secara tepat untuk kesejahteraan rakyat, maka negara tidak akan terjerumus pada jurang resesi.

Seperti itulah sistem kegagalan kapitalisme dalam mengatur stabilitas ekonomi, pandemi yang terjadi saat ini menambah jelas kegagalannya. Sudah saatnya kita melirik pada sistem yang lebih mumpuni untuk menstabilkan ekonomi, bahkan disaat pandemi.
Islam, Satu-satunya Sistem Anti Resesi dan Moneter
Adalah Islam, satu-satunya sistem yang dapat selamat dari jurang resesi ekonomi bahkan disaat sulit seperti ini. Islam bukan hanya mengurusi persoalan cara beribadah saja, melainkan juga sebuah sistem yang menyeluruh yang akan memberikan ketenangan untuk manusia.

Islam memiliki sistem perekonomian yang khas, yang sangat jauh berbeda dengan sistem kapitalisme saat ini. Tidak seperti sistem kapitalisme yang tidak memiliki solusi saat pandemi, Rasulullah mengajarkan bagaimana cara menghadapi suatu wilayah yang terkena pandemi yaitu dengan karantina wilayah. Metode ini akan mencegah pandemi meluas, sehingga wilayah yang tidak terdampak akan berjalan secara normal.

Dalam sistem perekonomian Islam, parameter pencapaiannya fokus pada tiap individu, bukan rata-rata seperti yang terjadi saat ini. Sehingga keberhasilannya terukur dan akan lebih mudah diurai jika terjadi permasalahan. Seorang laki-laki yang tidak bekerja sehingga tidak dapat menafkahi keluarganya merupakan permasalahan negara.

Sistem perekonomian Islam tidak bertumpu pada pajak dan hutang, sehingga tidak akan terperangkap pada jebakan hutang. Melainkan akan memaksimalkan pengelolaan sumber daya alam. Rasulullah mengajarkan bahwa kaum muslimin berserikat dalam tiga hal yaitu air, api dan padang rumput. Maka ketiganya tersebut (sumber daya alam) tidak boleh diprivatisasi, tetapi harus diolah sedemikian rupa untuk kemaslahatan ummat.

Sistem perekonomian Islam menggunakan emas dan perak yang dinilai lebih stabil dari pada mata uang kertas tanpa backing emas seperti saat ini. Islam juga mengharamkan ribawi sehingga ekonomi makro juga akan stabil. Kekurangan modal tidak akan diselesaikan dengan bank, tetapi dengan model syirkah. Hal ini tidak dikenal dalam kapitalisme.

13 Abad Khilafah Islam Tanpa Resesi dan Moneter

Demikianlah sistem perekonomian Islam yang berhasil menghantarkan manusia kepada kestabilan ekonomi tanpa resesi dan moneter selama 13 abad lamanya. Umar bin Khatab sebagai pemimpin kaum muslimin saat itu berhasil mengatasi paceklik yang terjadi di sekitar Madinah dengan meminta bantuan dari para Gubernurnya, saat itu wilayah negara Islam tidak tersekat nasionalisme seperti saat ini.

Kita juga pasti pernah mendengar kisah kepemimpinan Umar bin Abdul Azis yang berhasil menjadikan Khilafah Islam saat itu makmur sehingga tidak ada yang ada yang mau menerima zakat, yang artinya semua orang sudah dikatakan mapan. Kita juga pernah mendengar kisah kepemimpinan Harun Arrasyid dimasa kekhaifahan Abbasiyah yang memiliki surplus lebih dari 2000 triliun dalam pemasukan negara.

Hanya saat ini saja kaum muslimin mengalami kondisi yang sangat mengenaskan. Berada dalam kemiskinan yang tidak berkesudahan. Keamanan yang tidak pernah terwujud, pendidikan yang tidak bernah berhasil dan ekonomi yang selalu merosot. Hal ini dikarenakan tidak diterapkannya sistem ekonomi Islam sebagai landasan bernegara.
Lalu masihkah kita mempertahankan sistem kapitalisme yang merusak ini, sudahkah lelahkah kita dengan segala tipu daya yang melenakannya? Umat Islam hanya akan menderita dibawah sistem ini.

Kini saatnya kita kembali pada sistem kita sendiri, sistem Islam yang memang diperuntukkan bagi umat Islam. Disamping itu Allah memang telah memerintahkan kita untuk mengambil Islam secara kaffah, termasuk sistem perekonomian, sistem pendidikan dan sistem pertahanan.

Saat kita berislam secara kaffah, maka akan mengalir keberkahan dengan derasnya, seperti dimasa Kekhilafahan Islam. Allah SWT berfirman:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf, 96)
Masihkah kita ragu?
Wallahu A’lam Bish shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *