Oleh : Alin Umisnah (Pejuang Literasi)
Aku adalah institusi Islam yang pernah berjaya selama 13 abad lamanya. Dari jaman para sahabat hingga tahun 1924 masehi. Setelah hampir satu abad keruntuhanku, aku kembali jadi trending topic, menjadi perbincangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apakah aku bisa diterima kembali di zaman modern ini? Jawabnya, diterima atau tidak, aku pasti tegak kembali.
Karena sudah menjadi janji Allah SWT akan kebangkitanku sebelum berakhirnya kehidupan di dunia ini. Karena hanya akulah yg bisa menjadikan Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Aku menjadi momok yg menakutkan bagi pemerintahan rezim sekarang ini. Bagi yg mengenalku, menginginkan aku tegak kembali. Tapi bagi yang merasa takut akan diriku, menghalang-halangi akan kebangkitanku. Mengaburkan dan menguburkan jejakku di Nusantara. Aku akan menceritakan siapa aku, kapan aku didirikan dan apakah Nusantara bagian dari diriku. Apakah betul jejakku ada di Nusantara?
Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah bertepatan dengan 632 Masehi seluruh langit mendung. Semua berduka karena Rasulullah telah wafat. Kemudian Abu Bakar berkhutbah “Wahai manusia, sesungguhnya Nabi Muhammad telah wafat dan urusan agama ini harus ada yang mengurusnya”. Para sahabat pun bersepakat untuk mencari orang sebagai pengganti Nabi yang akan menjaga agama dan menjalankan urusan dunia.
Akhirnya disepakati para sahabat untuk memilih Abu Bakar sebagai Khalifah pertama sepeningal Nabi untuk mengatur Negara yang disebut sebagai Khilafah Islamiyah. Negara Khilafah di bawah kepemimpinan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib berkembang sangat cepat. Mampu memperluas wilayah Negara Khilafah hingga mendominasi dua negara adi daya saat itu, yaitu kekaisaran Persia dan Imperium Romawi. Adapun politik luar negerinya adalah dakwah dan jihad.
Jika di Timur Tengah terjadi Revolusi Tauhid dengan munculnya negara adi daya baru yg bernama Khilafah Islamiyah. Nun jauh di sebelah Timur terbentang pulau yg luas. Hutan yg menghijau, mata air yg mengalir dengan derasnya serta kekayaan alam yang melimpah ruah baik di darat maupun di laut. Negeri yang elok itu dikenal dengan Nusantara. Negeri yang diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan Australia serta dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Letaknya yang strategis menjadikannya sebagai pelabuhan Dagang yang ramai. Tempat bertemunya bangsa-bangsa di dunia. Penduduk pada saat itu belum mengenal Islam. Tapi ketika di Timur Tengah Islam sudah dikenal, maka sampai juga lah pengaruhnya di Nusantara. Di bawah pemerintahan Khulafaur Rasyidin, wilayahnya membentang dari Afrika Utara sampai Persia.
Perdagangan kaum muslim sangat pesat dengan dikuasainya pelabuhan-pelabuhan strategis di Samudera Hindia.
Hubungan diplomatik dan komersial dari India sampai ke Cina. Pada saat itu, sudah ada utusan Khalifah Utsman bin Affan ke Cina. Dari hubungan tersebut tetap berlanjut sampai khilafah beralih kepemimpinan dibawah otoritas bani Umayyah. Letak Nusantara yang strategis menjadikannya penghubung antara Timur Tengah dan Asia Timur.
Utusan Khalifah akan melalui Nusantara dengan transit di Pulau Ujung Barat Nusantara yaitu di Di Sribusa, sebutan Kerajaan Sriwijaya dalam Bahasa Arab.
Kemudian penguasa Sriwijaya menyadari akan keberadaan pedagang-pedagang muslim di wilayahnya. Selain berdagang, pedagang muslim dari Arab pun berdakwah. Kemudian diketahuilah bahwa Raja Sri Indrawarman dari Sriwijaya bersurat ke Damaskus, Ibu Kota Khilafah Umayyah yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Dalam surat itu diketahui bahwa dalam kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, Khilafah menyebarkan Rahmatan lil alamin ke segala penjuru dunia, termasuk Nusantara. Setelah itu, keturunan Khilafah Abbasyiah telah datang ke Nusantara yaitu Shadrul Akabir Abdullah Al Abbasiyah. Bersama dengan Sultan Zainal Abidin penguasa Pasai berbaiat kepada Khalifah Al Mutawaqqil di Kairo. Maka Samudera Pasai mendaulatkan dirinya sebagai Darul Islam dan berbaiat kepada khalifah.
Keturunan Abbasyiah yakni Shadrun Akabir Abdullah Al Abbasiyah, istrinya Siti Rohimah dan putranya, Yusuf dimakamkan di Aceh. Samudera Pasai dibawah kepemimpinan Sultan Zainal dibantu oleh Yusuf menundukkan wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaya. Kemudian putra Sultan Zainal yakni Sultan Mansur menjadi penguasa di Darul Islam Malaka. Kemudian mengirimkan juru dakwahnya untuk meminta penguasa-penguasa Nusantara lainnya agar menerima Islam.
Salah satu juru dakwahnya yang bernama Syaikh Maulana Malik Ibrahim dikirim ke Gresik dan dikenal dengan Sunan Gresik. Sunan Gresiklah yang berinisiasi tegaknya Islam di tanah Jawa. Para pengemban dakwah di Jawa dikenal dengan nama wali songo. Dari Gresik, dakwah Wali Songo menyebar ke kota lain di Jawa, keluar Jawa, ke Maluku, Ternate, Makassar, Kalimantan dan kota kota lainnya.
Pada saat itu, di tanah Jawa, pusat pemerintahan yg mendominasi pemerintahan adalah Kerajaan Majapahit. Selain rakyatnya, para pejabat dan penguasa Majapahit bersyahadat dan masuk Islam seperti Adipati Cirebon, Semarang, Pekalongan, Mataram dan Putra Mahkota Majapahit Pangeran Jimbun. Pangeran Jimbun kemudian dikenal dengan nama Raden Patah.
Pada saat itu, di Majapahit, saat ayah Pangeran Jimbun berkuasa direbut oleh Girindrawardhana. Sehingga Raden Patah bersama para Wali Songo berjihad melawan Girindrawardhana dengan penuh keberanian.
Akhirnya berhasil memperoleh kemenangan dan berhasil memproklamirkan berdirinya Daulah Islam pertama di Tanah Jawa dengan nama Kesultanan Demak. Politik Islam dikawasan Nusantara semakin kuat bersama dengan Samudera Pasai di Sumatera, Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaya, Kesultanan Brunei, Kesultanan Sulu dan Kesultanan Ternate. Itulah jejakku di Nusantara. Wallahu’alam bish showab.