Oleh: Jusniati Dahlan (Aktivis Majelis Birul Dakwah Dan Anggota AMK)
Wabah covid-19 semakin menganas, memangsa tanpa ampun tiada sisa, bagai si jago merah melahap korbannya. Entah ini teguran atau azab, hanya Allah yang tahu.
Presiden Joko widodo kembali menegaskan pemerintah bersama berbagai pihak terus bekerja keras menanggani pandemi virus korona ( covid -19). Presiden juga menegaskan keselamatan rakyat menjadi prioritas utama dalam penagganan covid-19. Hal ini disampaikan juru bicara Presiden Fadjroel Rachman dalam pernyataan pers di Jakarta, Ahad 22/2/2020 ( Media. Indonesia. Com).
Sayangnya kebijakan ini hanyalah mimpi disiang bolong. Sebab aplikasi dilapanggan, jauh panggan dari api. Pemerintah hanya sibuk membuat UU penangganan, UU ini dan itulah, namun jauh dari pengaplikasian. Upaya protokol yang diberikan hanyalah sekedar himbaun, namun bagaimana praktek dilapanggan pemerintahpun sendiri kepuyangan melakukan edukasi dimasyarakat.
Beda dalam negara Islam, dimana ketika terjadi wabah penyakit dalam suatu wilayah, keselamatan rakyat menjadi prioritas utama, cepat dalam penanganan dan tak perluh sibuk membuat UU baru dalam betindak, seperti sekarang yang justru memakan waktu, sedangkan rakyat sudah banyak yang menjadi korban.
Seperti pada masa Rasulullah, ketika terjadi wabah penyakit. Rasululah langsun mengambil sikap lockdown wilayah terdampak, membatasi pergerakn hulu-hilir masuk ke wilayah zona merah.
Namun, pemerintah hari ini, tak cukup punya nyali untuk mengambil sikap lockdown, dengan alasan perekonomian. Justu sibuk lagi dengan UU darurat sipil. Yang justru bukannya segera menyelesaikan masalah. Justru membuat ruyam masalah. Ketidak mampuan negara kapitalis hari ini menyediakan kebutuhan hajat rakyat menjadikan nyali pengecut penguasa terbongkar. Sebab jelas, ketika dilakukan tindakan lockdown, maka negara wajib memenuhi kebutuhan rakyatnya, sebab tak ada lagi aktivitas diluar rumah, tak ada yang bisa bekerja, atau yang lebih kita kenal dengan istilah stay at home.
Menyadari ketidak mampuan itu, sikap memerintah lagi-lagi hanya mengambil kebijakan parsial. Beda dalam sistem Islam, yang gagah berani untuk langsun mengambil sikap lockdown. Tak hanya sekedar lockdown untuk pencitraan, namun negara menjamin semua kebutuhan rakyat tanpa pandang bulu si kaya dan si miskin, segala hajat rakyat ditanggun negara. Mulai dari kebutuhan pokok, layanan kesehatan serta sarana dan prasana yang dibutuhkan selama pandemi ini berlangsun.
Ketua Satgas Corona rumah sakit Universitas Airlangga ( RSUA) Surabaya, dr.Prastuti Asta
Wulaningrum mengakui bahwa pihaknya kekurangan alat pelindung diri ( APD) untuk tangani pasien covid-19. Menyikapi hal itu, dia meminta kerja sama dari rumah sakit lain untuk berbagai ilmu terkait penanganan pasien covid-19. Mungkin kita bisa membagikan ilmu selama menjalankan posko covid-19 ini. Mereka mungkin bisa mengirimkan reagen untuk melihat bagaimana gejalanya. Misalnya rumah sakit lain saling shering informasi,” tuturnya, Kamis ( 19/3/2020).
Sangat terlihat jelas, jika sebuah rumah sakit ditengah pandemi ini malah kekurangan APD, padahal rekan-rekan para dokter, adalah pahlawan yang garda terdepan. Bersentuhan langsun setiap saat dengan pasien, jika mereka tak difasilitasi dengan APD yang memadai, lalu pertayaannya, dimanakah perang negara saat ini?. Bukankah negara wajib menyediakan semua fasilitas yang dibutuhan pada tenaga medis?. Jika APD saja tak mampu disediakan negara, jelas terlihat. Bahwa negara abai dalam mengurusi rakyatnya, negara hanya beretorika soal prioritas keselamatan rakyat, namun kebijakanya nyata tidak terlihat memberi jaminan. Bahkan tenaga medis sebagai garda terdepan juga tidak mendapat perhatian memadai. Perhitungan materi masih menjadi pertimbangan dominan pengambilan keputusanya.
Terlihat perbedaan mencolok rezim kapitasli hari ini dengan sistem Islam. Dalam pandangan Islam, semua fasilitas ditanggung oleh negara, termasuk pelayanan kesehatan berstandar tinggi, mendatangkan para dokter terbaik dibidangnya, peralatan tercanggih, obat-obatan yang teruji dengan biaya yang sangat murah, bahkan gratis.
Negara dengan sistem kapitalis telah memperlihatkan taringnya, bahwa mereka tak mampu memberikan solusi tuntas menhadapi pandemi covid-19 ini.
Hanya Islamlah satu-satunya sistem yang dapat memberikan solusi tuntas dari semua polemik ini, agama yang dibawa oleh Rasulullah sebagai agama menutup, sebagaimana firman Allah SWT:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“ Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107).
Wallahu a’lam bissawab. []
Kamis, 9 April 2020