Si penjarah kekayaan alam negeri-negeri kaum muslimin

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Tri Cahya Arisnawati (penulis dan pemerhati umat)

Pasca keruntuhan Daulah Islam di Turki Ustmani, wajah dunia pun berubah. Yang semula negeri-negeri muslim menjadi satu dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah yang berpijak pada mabda islam, diperintah berdasarkan Al Qur’an dan As sunnah dan para khalifahnya hanya mengharapkan keridhoan Allah dalam memegang tampuk kekuasaan. Pasca keruntuhannya, negeri-negeri muslim pun terpecah belah, negeri-negeri yang telah terpecah pun berubah, tidak lagi menjadi wajah islam, namun bertransformasi menjadi wajah kapitalisme yang berasaskan sekulerisme. Perlahan-lahan negeri-negeri muslim yang telah tersentuh oleh kapitalisme mulai tergerus oleh arus kapitalisme. Kini, negeri-negeri muslim yang telah tergerus arus telah menjadikan kapitalisme sebagai pedoman hidupnya bahkan kaum muslim sudah begitu akrabnya dengan kapitalisme hingga mentajasad dalam diri mereka.

Kuatnya arus kapitalisme telah menenggelamkan negeri-negeri muslim dalam buaian kefanaan materi yang tak kekal. Kaum muslim telah menjadikan kapitalisme sebagai landasan dalam segala aspek kehidupan mereka, saat ini tak ada yang mereka lewatkan untuk mengurus dan menggantungkan kehidupannya kepada sistem kapitalisme. Tak ada celah sekecil apapun yang dilewatkan oleh kapitalisme, umat muslim sudah begitu menjadi ketergantungan dengan sistem ini. Sadar atau tidak, walaupun umat sudah begitu ketergantungan dengan kapitalisme bukan berarti sistem ini bisa membawa rahmat dan kebaikan bagi umat secara keseluruhan.

Sistem kapitalisme
sesungguhnya bukanlah berasal dari islam, sistem yang berasaskan sekulerisme telah memisahkan peran agama dalam mengatur kehidupan manusia, agama hanya boleh mengatur manusia dalam ranah ibadah saja namun dalam ranah kehidupan umum agama tidak boleh ikut andil. Saat ini kapitalisme tidak hanya menjadi sistem namun kapitalisme telah dijadikan pandangan hidup umat manusia termasuk umat muslim. Budaya, pendidikan, berinteraksi kepada sesama manusia, ekonomi, hingga politik tak boleh ada ikut campur agama. Kapitalisme yang merupakan sistem penopang ekonomi dunia saat ini yang berasaskan sekulerisme, dalam pelaksanaannya tidak memperbolehkan agama masuk untuk mengaturnya sehingga dalam pelaksanaannya dalam kehidupan umat manusia tidak mengenal halal dan haram. Semua disandarkan pada persepsi manusia, baik buruknya tergantung dari tolak ukur kemaslahatan yang akan dicapai.

Kapitalisme telah melahirkan manusia-manusia yang serakah, tak puas hanya mengatur ekonomi, manusia-manusia yang serakah tersebut mulai berhasrat menguasai segala aspek kehidupan. Mahalnya kebutuhan pokok, mahalnya biaya pendidikan, biaya kesehatan yang melambung tunggi, hingga mahalnya biaya politik ditengarai disebabkan oleh sistem kapitalisme. Jomplangnya antara kehidupan si kaya dan si miskin sangat terlihat jelas di sistem kapitalisme. Kapitalisme telah secara bebas memberi ruang manusia untuk mengatur kehidupannya sehingga manusia selalu menuruti hawa nafsunya untuk memenuhi kebutuhannya.

Sistem kapitalisme telah memelihara orang-orang serakah yang selalu silau dengan kenikmatan duniawi, terutama kekayaan alam yang dimiliki oleh negeri-negeri muslim, orang-orang ini berhasrat ingin menguasai dunia dan menjadikan dunia tunduk di bawah kekuasaannya, agar dengan mudah mereka menguasai Sumber Daya Alam negeri-negeri muslim. Orang-orang yang serakah tersebut membuat skenario kekacauan secara tersistematis. Mereka menempatkan kaki tangannya yaitu para pemimpin boneka di negeri jajahannya, tentu saja para pemimpin boneka tersebut bekerja sesuai arahan tuannya. Oleh sebab itu tak heran bila pemimpim di negeri-negeri muslim saat ini dalam membuat kebijakan kerap menzalimi rakyatnya. Untuk memuluskan ambisi mereka, maka pemimpin boneka yang dipilih harus berasal dari pihak kaum muslimin sebab orang-orang yang serakah tersebut tidak ingin mengotori tangan mereka secara langsung dalam merampas dan menjarah kekayaan alam yang dimiliki negeri-negeri muslim. Selain itu, mereka juga tidak menginginkan dunia tahu bahwa merekalah dalang dibalik rusaknya alam akibat eksploitasi Sumber Daya Alam secara besar-besaran.

Dan bisa kita saksikan hari ini, melalui para agennya yaitu para pemimpin boneka mereka berhasil menguasai Sumber Daya Alam yang dimiliki kaum muslimin, sebagai contoh Indonesia yang merupakan negeri dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, bahkan 7 kekayaan alam dunia ada di Indonesia. Apapun bisa tumbuh subur di negeri ini, diibaratkan kayu dan batu bisa jadi tanaman, semua kekayaan bisa ditemui di Indonesia. Indonesia memiliki tambang emas (Freeport) terbesar di dunia yang berada di Mimika-Papua, namun ada yang lebih berkualitas dari tambang emas Freeport yaitu tambang emas di Halmahera Utara, tapi sayang fakta ini masih belum diketahui banyak orang termasuk rakyat Indonesia sendiri. Ada pula Biotermal sebesar 40% dunia ada di Indonesia, Indonesia juga kaya akan hutannya bahkan Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia karena luasnya hutan yang dimiliki, Indonesia juga menjadi negeri yang dikelilingi lautan yang sangat luas beraneka ragam biota laut dan kekayaan alam lainnya tersimpan di bawah permukaan laut. Itu hanya beberapa kekayaan alam Indonesia, masih banyak lagi kekayaan alam Indonesia yang belum dieksplore.

Namun dari banyak kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, apakah rakyat Indonesia menikmati hasilnya?

Jika Indonesia benar-benar kaya seperti yang dikatakan oleh orang tua kita dan dibenarkan oleh media, lalu mengapa rakyat Indonesia hidup dalam lingkaran kemiskinan?

Lalu, Siapa yang menikmati kekayaan alam Indonesia?

Sungguh sangat memilukan rakyat Indonesia yang hidup dalam bergelimang kekayaan alam namun selalu diintai dengan kemiskinan. Bahkan di Papua yang menjadi pusat kekayaan emas dunia rakyatnya hidup dalam kesengsaraan dan kemiskinan, sangat jauh dari kata sejahtera. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Papua menjadi wilayah dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia pada Maret 2019 dengan 27,53%. Angka ini meningkat 0,1% dari September 2018 yakni sebesar 27,43%. Sebagai perbandingan, angka kemiskinan nasional berada pada angka 9,47%.

Selain kemiskinan, Indonesia juga dihadapkan pada kerusakan alam akibat eksploitasi Sumber Daya Alam yang tak ramah.
Terjadinya longsor di beberapa wilayah belakangan ini akibat maraknya tambang ilegal yang beroperasi, begitu pula banjir yang tiap tahun tidak pernah absen menyapa beberapa wilayah di Indonesia diakibatkan dari dirampasnya daerah resapan air untuk pembangunan gedung-gedung dan pertokoan, banyaknya hewan yang masuk ke pemukiman penduduk karena hutan sebagai habitatnya semakin gundul akibat pembalakan liar, polusi udara yang semakin memprihatinkan akibat eksploitasi berlebihan tambang batu bara, salah satunya di Kalimantan Timur.

Itu baru kerusakan yang terjadi di Indonesia, di luar sana kemiskinan dan kerusakan alam akibat eksploitasi besar-besaran juga menghantui negeri-negeri kaum muslimin lainnya. Entah sudah berapa banyak kerusakan alam yang ditimbulkan akibat tangan-tangan orang yang serakah karena ingin memenuhi gharizah baqa mereka, namun dengan jalan merugikan orang lain dan alam sekitar.

Allah berfirman :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (TQS. Ar rum : 41)

Ayat di atas semakin menegaskan bahwa kerusakan yang selama ini terjadi adalah perbuatan tangan (kemaksiatan) yang dilakukan manusia-manusia serakah yang dilahirkan oleh sistem yang rusak -kapitalisme- sistem ini memberi ruang bagi manusia untuk memiliki apapun yang diinginkan, tanpa mengenal aturan atau norma-norma agama. Halal dan haram dilanggar dan cenderung menzalimi baik sesama manusia maupun alam sekitar. Patutlah bila selama ini Indonesia dan negeri-negeri kaum muslimin yang dipimpin oleh sistem kapitalisme tidak mendapatkan keberkahan dari Allah, sebaliknya hanya mendapat bencana dan musibah.

Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).

Allah tidak akan pernah ridho bila manusia menggantikan diriNya dalam membuat peraturan untuk mengatur kehidupan. Sampai kapanpun keberkahan tidak akan menyapa bila dunia masih diatur oleh selain aturanNya, alampun marah pada manusia karena mereka kerap dizalimi oleh manusia karena keserakahannya dan Langit pun mengunci pintunya dan menahan keberkahan itu turun ke bumi akibat manusia lebih memilih peraturan buatan manusia. Sehingga hanya kesulitan dan kesempitan yang selalu dialami oleh manusia karena mereka telah berpaling dari peringatanNya.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaha [20] : 124).

Wallahu ‘alam bishowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *