Oleh Devi Rahma Dona (Mahasiswi Pegiat Opini Ideologis Lubuklinggau)
Kenapa ada keinginan untuk Indonesia jadi Negara syariah. Menurutnya jawabannya adalah karena ada ketidakadilan sosial, karena ada ketidak makmuran di kalangan tertentu. Hal itu adalah permasalahan sosial. Kenapa ada yang tidak makmur, padahal salah satu cita-cita pancasila ialah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tapi ada yang tidak merasakan itu, kenapa ? karena Indonesia, ada yang menang ada yang kalah, ungkapnya.
Siapa yang kalah ? Yah harus diakui, adalah orang-orang yang menjadi korban sistem kapitalisme yang sedang kita jalankan. Karena kapitalisme adalah system ekonomi berbasis kompetisi. Maka harus ada usaha untuk dapat berubah dari keadaan yang buruk menjadi lebih layak, Namun bagaimanapun kita berusaha, jika sistem ekonominya tetap kapitalisme yang berbasis kompetisi, maka ada yang menang, ada yang kalah, lanjutnya lagi.
Faktanya sistem ekonomi Islam memang tidak berbasis kompetisi, cenderung lebih adil, cenderung lebih setara, cenderung lebih bisa menjamin keadilan sosial karena ketiadaan kelas, ujarnya. Namun ia juga mengungkapkan bahwa semakin banyak yang tidak makmur, atau semakin timpang kesejahteraan, maka akan semakin banyak yang tertarik pada ajakan Indonesia syariah.
Kemudian Panji mengungkapkan alasan mengapa dia membuat video itu, yaitu karena ia ingin memberi tahu ada kecurigaan yang tidak beralasan yang datang dari banyak orang. “kalau kita memang pro persatuan, maka apapun yang kita lakukan itu diusahakan supaya jangan melahirkan musuh. Bahwa sebenarnya kita tahu, yang lebih dibutuhkan saat ini oleh Indonesia adalah jembatan, bukan tembok, bukan sesuatu yang memisahkan tapi sesuatu yang mempersatukan” tutupnya.
(https://www.youtube.com/watch?v=YPm1NjG83WU&feature=share&fbclid=IwAR0Advxpia4RcXut4oCWbzIVI7LCzkijSjjK5VvNIIh4lV0LbMhVB0AacHg)
Pendapat Panji yang merupakan seorang publik figur, menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas atau setidaknya direspon.
Banyak kekecewaan, dan keprihatinan kondisi pada masyarakat yang patut dijadikan permasalahan kita bersama, bahwa ada yang salah dengan sistem yang sedang kita terapkan saat ini, Namun perlu dipertegas bahwa tentu bukan hanya dari aspek sistem ekonominya saja. Melainkan lebih luas dan mendasar yakni sistem Negara yang menaungi atau menjadi seperangkat prinsip yang kemudian akan menjadi pilar-pilar dalam aturan kehidupan dan bernegara secara sistematis.
Mengenai sistem ekonomi Islam yang dijadikan sebuah solusi karena dianggap akan mensejahterahkan adalah benar adanya. Karena Islam dan sistem/konsep negaranya berdiri di atas aqidah Islam. Bahwasanya kedaulatan berada pada hukum syara’, bukan pada rakyat sebagai manusia yang lemah dan terbatas tentu tidak mengetahui aturan terbaik dan tidak mampu menjangkau hal yang ada di luar kemampuannya sebagai kelemahannya sebagai manusia.
Nah kelemahan inilah yang kemudian melahirkan kekecewaan bahkan kehancuran pada setiap aspek kehidupan manusia, karena lari atau berpaling dari aturan Allah swt sebagai sebaik-baiknya pembuat hukum.
Urgensi Memahami Kelemahan Sistem Kapitalisme (Meujuk pada tulisan Muis pada media alwa’ie Sabtu, 9 Mei 2020)
Meskipun telah menjadi sistem ekonomi yang paling dominan diterima dan diterapkan di dunia ini, kapitalisme terbukti bukan sistem ekonomi yang ideal. Sepanjang lintasan sejarahnya, sistem kapitalisme telah menyebabkan berbagai krisis baik dalam level internasional, regional dan nasional; baik dalam bentuk depresi, resesi, hiperinflasi, kemiskinan dan ketimpangan maupun fluktuasi nilai tukar mata uang.
Sejak awal, sistem kapitalisme dan prinsip-prinsip utamanya telah mendapat serangan dan kritikan oleh berbagai pihak.
Menurut Malkawi, di antara serangan paling serius adalah serangan para filosof sosialis dan komunis seperti Karl Marx, Engels dan Lenin. Meskipun demikian, kritik-kritik yang dilancarkan juga relatif lemah sehingga mendapat serangan balik dari para penentangnya.
Kritik juga datang dari para sarjana Barat yang masih menggunakan perspektif kapitalisme untuk menyerang sistem tersebut. Kritik mereka yang paling utama adalah kegagalan peran pemerintah dalam urusan ekonomi masyarakat yang menganut prinsip pasar bebas. Prinsip tersebut dikenal juga dengan istilah laissez-faire (berasal dari bahasa Prancis, yang berarti ‘allow to do’ atau ‘biarkan saja’).
Stiglitz dkk, misalnya, mengkritik Pemerintah AS yang dinilai terlalu mendewakan pasar bebas. Mereka juga mengoreksi ketidakstabilan sistem moneter berbasis dolar yang membuat nilai tukar tidak stabil.
Namun, kritik yang serius dan signifikan terhadap prinsip-prinsip dasar kapitalisme dikemukakan oleh pemikir Islam terkemuka, yaitu, Taqiuddin al-Nabhani. Dalam An-Nizham al-Iqtishad fi al-Islam, beliau memfokuskan kritikannya pada tiga prinsip dasar kapitalisme yaitu kelangkaan relatif, nilai dan mekanisme harga.
Muhammad Baqir as-Sadr, dalam bukunya Iqtishaduna, juga membeberkan kesalahan kapitalisme, terutama dari aspek kekayaan dan kepemilikan pribadi.
Menurut an-Nabhani, gambaran mengenai ekonomi sistem kapitalisme, yang menjadi dasar kebijakan ekonomi politik di negara-negara Barat, perlu diungkap secara jelas sehingga para pendukung sistem tersebut dapat mengetahui kerusakannya dan pertentangannya dengan Islam.
Dengan demikian mereka dapat melihat bahwa pemikiran ekonomi Islam, yang berbeda dengan sistem kapitalisme, baik asas ataupun rinciannya, merupakan solusi yang benar terhadap persoalan ekonomi dewasa ini.
Kita semua berharap semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa memang sistem kapitalis adalah sistem rusak yang merusak, yang tidak akan membawa pada kesejahteraan apa-apa. Melainkan hanya pada para korporat dan kapital pemilik modal. Bukan hanya mereka yang kecewa, atau dalam hal ini orang-orang yang menjadi korban bobroknya kapitalis, namun seluruh lapisan masyarakat yang satu persatu memahami bahwa ada yang tidak beres dalam sistem kita saat ini.
Dan menyadari serta dengan kesungguhan untuk mengembalikan kehidupan dengan menerapkan syariah Islam sebagai satu-satunya jalan hidup yang sempurna dan mulia karena datang dan berasal dari Yang Maha Sempurna dan Maha Mulia yakni Allah swt.
Terakhir, Islam sebagai agama dan ideologi yang sering kali disudutkan dan dicurigai tanpa alas an yang tepat, perlahan semakin menunjukkan hakikat dan kegemilangannya dalam mengatur kehidupan dan memimpin dunia. Karena Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam, yang akan menyatukan dan memakmurkan seluruh manusia dan makhluk yang ada di dunia.
WalLâhu a’lam bis-shawâb.