Serangan Narasi Radikalisme Ala Sekulerisme pada Keluarga Muslim

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Rumaisha 1453  (Aktivis BMI Community Kota Kupang)

 

Keluarga adalah tempat pembinaan pertama dan ilmu utama yang didapatkan dalam kehidupan. Baik buruknya seorang anak ataupun anggota keluarga bergantung pembinaan dalam keluarga. Keluarga yang ideal atau Islami tentu menjadi dambaan bagi setiap insan yang ingin membangun rumah tangga. Dengan suami istri yang menyejukan mata dan jiwa serta anak shalih/shalihah. Apakah keluarga seperti ini dapat terbentuk dalam sistem yang ada saat ini, ataukah tidak?

 

Wacana radikalisme terus digulirkan, kali ini sampai pada petaka radikalisme keluarga. Dikatakan bahwa doktrin radikalisme dan terorisme dalam keluarga membuat jaringan terorisme makin sulit ditumpas. Sebab keluarga adalah pihak pertama yang mampu menangkal pemikiran radikal. Hal ini dikatakan karena mengingat peristiwa kejadian di Sibolga, Sumatera Utara yaitu penangkapan Abu Hamzah yang terduga teroris. Dan istrinya dikenal dengan sosok yang radikal, begitu juga serangan bom di Surabaya. (https://mediaindonesia.com, 14/03/2019)

 

Dari berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, sehingga keluarga memiliki peran yang penting. Diharapkan peran keluarga yaitu tangkal sebaran radikalisme pada anak. Karena dikatakan bahwa modus baru terorisme adalah memanfaatkan anak-anak. Sehingga ditawarkan beberapa cara orang tua untuk mencegah masuknya ajaran estrem dan radikal pada anak. Salah satu diantarnya adalah ajak anak untuk mengenal ragam budaya dan agama di Indonesia agar mereka mengenal nilai kebinekaan. (https://www.ccnindonesia.com, 15/05/2018)

 

Mencermati perkembangan kehidupan internasional, terlebih di negeri ini , semakin tampak peran Islam kian dikebiri. Bahkan peran Islam terus digerus dengan berbagai upaya untuk hilang dari tatanan praktis. Islam hanya diperlakukan sebagai keyakinan mayoritas masyarakat, namun dimandulkan dalam penerapan aturan. Ajaran Islam dikriminalisasi, dicap radikal, bahkan dibelokkan pemahamannya. Istilah radikal ini menjadi gorengan paling laris yang dijajankan di negeri ini.

 

Istilah radikal sekarang pun sudah dijadikan alat untuk memukul umat Islam. Mulai dari para pengemban dakwah, ulama, dan sampai ke tataran keluarga Muslim. Realitas ini tidak terpisahkan dari paham sekuler yang banyak dianut masyarakat dunia saat ini. Dalam kacamata paham sekuler agama harus dipisahkan dari kehidupan. Mengatur dan mengurus keluarga pun tidak perlu bawa agama yang berlebihan. Agamanya yang biasa-biasa saja atau dikenal dengan Islam moderat.

 

Di tengah gempuran persoalan akibat paham sekuler ini, keluarga Muslim semakin sadar akan kebutuhan yang sangat urgen. Kebutuhan itu adalah tidak lain dan tidak bukan mengenali, mempelajari, serta menerapkan ilmu agamanya. Para orang tua harus bekerja ekstra untuk membersihkan pengaruh paham sekularisme dari kehidupan anak-anaknya. Dan menggantikannya dengan penanaman keimanan yang kokoh lewat jalan yang benar.

 

Setelah anggota keluarga terutama anak-anak memiliki pemahaman yang kokoh, selanjutnya adalah orang tua mengajarkan aturan Islam dengan benar. Mengajarkan terkait kesempurnaan Islam yaitu dengan menjadikan Rasulullah Saw  sebagai teladan. Teladan Rasulullah Saw dalam hal ibadah dan aktivitas sosial lainnya yang dilakukan oleh Beliau. Sehingga akan menumbuhkan kecintaan keluarga pada Nabi Saw, Syariah yang dibawa Nabi Saw kian didambakan dalam keluarga Islami.

 

Itulah beberapa hal  yang perlu dilakukan oleh keluarga Muslim di tengah derasnya narasi radikalisme. Sebenarnya narasi radikalisme ini sendiri diarahkan ke keluarga Muslim untuk menghalangi pengenalan agama kepada keluarga. Anak-anak dilarang untuk mengenal Islam secara totalitas dan penerapan aturan Islam secara praktis. Dalam tataran keluarga sekalipun penerapan aturan Islam ini sangat dibutuhkan. Apalagi penerapan aturan Islam secara menyeluruh dari masyarakat hingga negara pun sangat urgen.

 

Dengan realita seperti ini seharusnya membuat kita semakin sadar bahwa usaha untuk mengurangi ajaran Islam semakin masif. Karena tujuan dari narasi ini jelas sangat merugikan keluarga Muslim. Belum lagi banyak keluarga Islam yang semakin takut ketika narasi ini mulai disebarkan. Oleh karena itu semakin banyak usaha yang sudah dilakukan untuk membentengi keluarga dari serangan ini. Karena serangan ini membuat orang tua yang menyampaikan kebenaran Islam sesuai aturan Islam dianggap radikal.

 

Setelah sadar maka keluarga Muslim seharusnya tetap kokoh dan konsisten dalam menegaskan bahwa solusi Islamlah yang paling urgen. Islam harus dijadikan sebagai solusi atas segala problematika yang terjadi saat ini. Karena konsep Islam jelas datang dari sang Pencipta. Aturan Islam mengatur kehidupan manusia dari tataran individu, masyarakat hingga sampai ke negara.

 

Ancaman yang merusak dan menyesatkan akidah sudah di depan mata, bahkan masuk ke ranah keluarga. Tidak ada waktu untuk berleha-leha. Segera lakukan pemberantasan secara tuntas sampai ke akar-akarnya. Selain melakukan upaya penjagaan dalam keluarga, kita pun wajib terlibat dalam perjuangan menegakkan aturan Sang Pencipta di muka bumi ini. Dalam satu institusi negara yang akan menjadi pelindung dan perisai bagi seluruh warga negaranya.

 

WalLahu a’lam bi ash-shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *