Oleh: Dian (Aktivis Muslimah)
Lagi-lagi beredar kabar yang menyebut bahwa Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi yang mengusulkan mengganti Assalamu’alaikum diganti dengan salam Pancasila.
Terkait dengan hal itu, Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP, Aries Heru Utomo menjelaskan tentang pemberitaan yang berasal dari wawancara blak-blakan Kepala BPIP, bermaksud Jihad Pertahankan NKRI, di salah satu media nasional pada tanggal 12 Februari 2020.
Wawancara tersebut dilakukan sebelum Kepala BPIP melakukan Rapat Dengar Pendapat ( RDP) dengan Komisi II DPR RI, pada 18 Februari 2020.
Daud Jusuf ( Menteri Pendidikan era Orde Baru) ketika menjadi menteri, ia tidak pernah mengucapkan Assalamu’alaikum di hadapan publik. Tapi, ketika bertemu pribadi fasih betul (mengucapkan Assalamu’alaikum). Mungkinkah nilai-nilai semacam Daud Jusuf ini bisa di hidupkan kembali ?
Kepala BPIP, menjelaskan tentang hal ini, karena dulu kita sudah mulai nyaman dengan selamat pagi sebagai salam nasional. Tapi, sejak reformasi diganti dengan Assalamu’alaikum. Maksudnya di mana-mana tidak peduli ada orang Kristen, Hindu, pokoknya hajar saja dengan Assalamu’alaikum.
Tetapi karena mencapai titik ekstrimnya, maka sekarang muncul kembali. Kalau kita salam sekarang ini harus 5 atau 6 (sesuai dengan agama-agama). Nah ini jadi masalah baru lagi, sekarang sudah ditemukan oleh siapa gak tau Yudi Latif atau siapa yang lain (yang namanya) Salam Pancasila, ujar Yudian.
Salam Pancasila sebagai salam kebangsaan diperkenalkan untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan, serta menguatkan persatuan dan kesatuan yang terganggu karena menguatnya sikap intoleran, ucapnya.(https://www.wartaekonomi.co.id/read273377/ganti-assalamualaikum-jadi-salam-pancasila-ini-klarifikasi-bpip/2)
Dalam menyikapi pernyataan Yudian Wahyudi ini, maka bisa disimpulkan bahwa agenda berpengaruh utama toleransi antar umat beragama masih terus digencarkan. Toleransi antar umat beragama ini, digadang-gadang bakal mewujudkan persatuan.
Sehingga akan menimbulkan banyak penafsiran dari umat Islam, karena nampak jelas bagaimana Yudian memperlihatkan secara terang-terangan dengan menghadirkan pernyataan kontrapersial mulai dari agama musuh Pancasila dan yang terbaru ingin mengganti ucapan salam dengan salam Pancasila.
Sehingga akhirnya tidak sedikit masyarakat menilai bahwa Yudian ingin membenturkan syariat Islam dengan Pancasila yang pada akhirnya tidak mustahil akan menyulut kemarahan umat Islam.
Mayoritas penduduk di Indonesia adalah kaum muslim, mengucapkan salam dengan Asalamualaikum sudah dipahami dari awal merupakan ucapan yang mengandung kebaikan selain itu menebarkan salam adalah syariat Islam, maka dengan mengganti salam adalah bukti adanya upaya untuk menghilangkan syariat dan ajaran Islam.
Rezim saat ini, menganggap umat Islam menjadi sumber masalah keagamaan. Sehingga ingin mengotak atik ajaran Islam yang merupakan Rahmat dari Allah SWT. Sejatinya dengan usulan ingin mengganti ucapan salam maka akan menghadirkan penolakan dari masyarakat, dan akan menguatkan dugaan bahwa rezim saat ini mengidap islamofobia. Rezim sekuler akan selalu membenturkan umat dengan istilah radikal dan akan selalu menganggap Islam sebagai ancaman negara.
Pernyataan ini wajib ditolak, sebagimana firman Allah SWT memperingatkan umat dalam kalam-Nya; “Di antara manusia (ada) orang yang menggunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. (QS. Luqman: 6).
Sesungguhnya Islam adalah agama yang sempurna, syariatnya mencakup semua urusan kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dari perkara yang paling kecil hingga perkara yang paling besar. Hingga urusan dari bersifat individual, sosial masyarakat, hingga bernegara.
Kehidupan sosial yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, yakni menebarkan salam. Beliau mencontohkan bahwa bila seorang muslim berjumpa dengan muslim lainnya, maka hendaklah ia mengungkapkan salam yaitu Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh, yang artinya salam damai untukmu dan semoga Rahmat dan Keberkahan Allah menyertaimu.
Salah satu syiar yang disyariatkan dalam Islam, yakni menebarkan salam. Islam mengajarkan mengucapkan salam merupakan pekara sunnah dan menjawabnya adalah wajib.
Ucapan salam juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) dan kasih sayang. Karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendoakan agar mereka mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Salam dalam Islam akan mendatangkan kebaikan.
Sebagimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam al-Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda; “Jika seorang bertemu dengan saudaranya yang muslim, maka ucapkanlah Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh”. (HR. al-Tirmidzi).
Dari Abdullah bin Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Rasulullah Saw; “Amalan Islam apa yang paling baik? Beliau (Rasulullah Saw) lantas menjawab, memberi makan (kepada orang yang membutuhkan) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali”. (HR.Bukhari).
Adapun Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda; “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu mau jika aku tunjukkan pada satu perkara yang jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu”.(HR. Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda; “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada orang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam”. (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)
Sangat jelas, penjelasan syiar yang disyariatkan Islam, yakni menebarkan salam. Karena syiar Islam memiliki banyak makna yakni, doa kebaikan, wujud cinta, pertautan hati, dan akan mendatangkan pahala.
Salam apapun untuk menggantikan salam dalam Islam, sama sekali tidak memiliki makna kebaikan sebagaimana salam yang ada dalam Islam.
Seharusnya dari sini, umat harus menyadari bahwa adanya bagian dari upaya sistematis untuk menjauhkan muslim dari keterikatan terhadap agama dan mengganti identitas Islam dengan identitas liberal.
Dengan demikian, umat harus sadar bahwa mengganti salam dalam Islam adalah menghapus simbol-simbol Islam yang sudah menjadi budaya di tengah masyarakat.
Wallahu a’lam bish-shab