Sekolah Tatap Muka Kembali, Resiko Besar Menanti

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Asiyah Farha (Muslimah Peduli Generasi)

 

Setelah sekian lama belajar daring, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim akhirnya memutuskan untuk mengizinkan pemerintah daerah kembali membuka sekolah mulai semester genap tahun ajaran 2020/2021 dan kembali bertatap muka. Pembukaan kembali sekolah kali ini berlaku untuk seluruh zona resiko virus covid-19.

Hal ini merupakan angin segar bagi para orangtua yang sudah mulai kewalahan untuk menampingi anak-anaknya dalam pembelajaran jarak jauh. Orangtua merasa khawatir jika anaknya banyak tertinggal dalam pencapaian kurikulum sekolah, karena sistem pjj tidak begitu optimal untuk siswa. Tetapi resiko tertular covid19 juga menghantui berbagai pihak.

Bagaimana tidak, hingga saat ini belum ada tanda-tanda kurva penularan covid19 melandai. Data yang dirilis Satgas penanganan Covid19 mencatat penularan masih diatas 6000 kasus dalam 24 jam terakhir. Jumlah kenaikan ini menunjukkan bahwa penanganan pandemi oleh pemerintah masih jalan ditempat.

Begitu halnya dengan sekolah yang belum siap untuk kembali membuka kegiatan belajar tatap muka karena tidak memiliki pos lain untuk menyediakan wastafel dan protokol kesehatan lainnya. Dilansir dari cnnindonesia.com 20/11/2020, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan masih banyak sekolah yang belum siap secara protokol kesehatan dalam penerapan kembali pembelajaran tatap muka.

 

Masyarakat Menunggu Keberhasilan Pemerintah Menangani Covid19

Sudah nyata dimata kita, ketidaksiapan sistem kapitalis sekuler dalam menghadapi pandemi ini. Hampir 9 bulan lamanya sejak covid19 meluas di Indonesia, tetapi kurva penularan belum pernah menurun. Masyarakat sudah sangat ingin menyekolahkan kembali anak-anaknya, namun juga tidak mau mempertaruhkan nyawa karena sebetulnya covid19 belum teratasi.

Masyarakat sangat menunggu langkah-langkah pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus ini. Kita tentu tidak ingin mempertaruhkan nyawa anak-anak didik, para pendidik bahkan keluarganya yang bisa menjadi cluster baru penularan covid19. Maka hendaknya pemerintah mengambil langkah yang tepat untuk memutus mata rantai penularan virus terlebih dulu. Dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan, baru kemudian bisa membuka kembali sekolah.

 

Keberhasilan Islam Dalam Menghadapi Pandemi

Pemerintah sebaiknya belajar dari syariat Islam untuk menghadapi pandemi. Dalam Islam, keselamatan rakyatnya adalah yang terpenting. Sehingga para penguasa akan bersunguh-sungguh mengurus rakyatnya, ini berdasarkan dari hadis Rasulullah Saw,  “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Saat pertama kali wabah menyebar, maka Islam memerintahkan untuk mengisolasi wilayah yang terdampak wabah. Ini akan mengunci perluasan wabah, sehingga penyebaran tidak akan meluas ke wilayah yang lain. Ini tentu akan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Ini berdasarkan dari hadis Rasulullah Saw,

“Tha’un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya.” (HR Bukhari Muslim).

Dalam wilayah yang terdampak pandemi, sistem Islam akan mengoptimalkan untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Tentunya pemerintah Islam tidak akan mudah untuk membuka sekolah sebelum penyebaran virus dapat dihentikan. Dengan penanganan yang tepat, maka pandemi bisa lebih cepat berlalu dan pendidikan untuk anak-anak dapat segera diselenggarakan kembali. Semua ini dapat dicapai jika sistem Islam diterapkan secara kaffah.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *