Oleh : Wahyu Utami, S.Pd (Guru di Bantul Yogyakarta)
Ini kisah nyata yang yang terjadi di sebuah pasar tradisional di Yogyakarta di tengah wabah covid 19. Pada Hari Ahad, 3/5/2020, ada seorang ibu yang membawa tiga mushaf Al Qur’an lusuh ke pasar tersebut. Dengan suara lirih, ibu tersebut keliling pasar untuk menjajakan Al Qur’an yang dibawanya. Dia menawarkan dengan harga 10.000/mushaf Al Qur’an.
Menetes air mata mendengarnya, saking beratnya kondisi ekonomi warga terdampak covid sampai barang apapun dijual termasuk Al Qur’an. Kisah di atas hanyalah sacuil potret bagaimana beratnya kondisi masyarakat pasca lesunya ekonomi di masa pandemi covid ini. Masih banyak kisah-kisah lain yang lebih menyesakkan dada. Ada kisah satu keluarga dengan bapak, ibu dan 5 anaknya di Sulawesi barat yang menumpang tinggal di kebun orang karena tidak punya uang sepersenpun. Saat ditemukan warga kondisi sangat mengenaskan, apalagi sang ibu juga dalam kondisi hamil besar (tribun.com 2/5/2020). Ada pula kisah seorang ibu 4 anak yang meninggal dunia di Banten karena kelaparan dua hari tidak makan (tribunnews.com). Dan masih banyak kisah-kisah memilukan lainnya yang terjadi di tanah air pasca wabah corona merebak.
Negara ini terlihat sangat gagap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama wabah ini. Padahal dana yang didapat dari hutang sebesar 405,1 Trilyun sudah digelontorkan tapi masih saja cerita pilu masyarakat yang kelaparan terus terdengar dimana-mana. Belum lagi donasi dari masyarakat yang terus mengalir. Salah satunya dari pendiri mualaf center yang sekaligus juga seorang pengusaha, Koh Steven yang telah menjual hampir seluruh hartanya untuk penanggulangan covid hingga mencapai 13 Milyar. Semua langkah ini tetap belum mampu menyelesaikan problem ekonomi masyarakat terdampak wabah.
Apa yang salah dari tata kelola negeri ini? Bukankah negeri ini adalah negeri zamrud katulistiwa dengan berlimpahnya sumber daya alam yang ada di dalamnya. Sebenarnya sudah lama para ulama telah mengingatkan tata kelola negara ini salah kaprah karena berbasis kapitalisme liberal. Berbagai aset penting negara dijual dan sumber daya alam yang melimpah dijarah oleh negara-negara adidaya dengan selimut investasi dan globlalisasi. Akhirnya rakyat negeri ini hidup semakin miskin dan tidak mendapat apa-apa. Negarapun juga kesulitan untuk memenuhi anggaran yang dibutuhkan sehingga harus berhutang dalam jumlah yang sangat besar.
Hal ini sangat berbeda dengan konsep ekonomi Khilafah Islam. Konsep APBN Khilafah baik pemasukan dan pengeluaran diatur berdasarkan syariah. Di antara sumber pemasukan APBN Khilafah adalah harta milik umum yang sangat berlimpah seperti tambang, kekayaan laut, hutan, dsb. Kedudukan harta jenis ini adalah harta milik umum sehingga tidak boleh dimiliki individu apalagi diserahkan kepada asing. Sumber pemasukan yang lain didapat dari harta milik negara seperti pungutan jizyah, kharaj, ghanimah, fa’i,dst. Dengan kekayaan yang sedemikian besar sangat memungkinkan negara Khilafah mampu mengurusi hajat rakyatnya termasuk dalam kondisi pandemi baik untuk kebutuhan pangan, kesehatan, kebutuhan energi, dan sebagainya.
Penguasa negeri ini harus mau berbesar hati mengakui kesalahan tata kelola negara ini dan memperbaikinya. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, penguasa harus mau belajar dari keberhasilan para pemimpin Islam di masa Khilafah dulu. Dalam berbagai pemberitaan, politikus PDIP menyejajarkan tindakan Presiden Jokowi bagi-bagi sembako pada malam hari dengan perbuatan Kholifah besar Islam, Umar bin Khottob. Padahal apa yang dilakukan Umar itu hanyalah satu dari sekian banyak ketaualadanan yang diberikan oleh para khalifah Islam. Kenapa Penguasa tidak mau menerapkan bagaimana tata kelola ekonomi pada masa Khilafah Islam hingga mampu membawa Islam pada masa yang sangat makmur hingga bahkan di masa Umar Bin Abdul Aziz tak dijumpai satu warga miskinpun? Bahkan penguasa sekarang justru mengkriminalisasi para pengemban dakwah Khilafah?
Semoga penguasa mau mengambil pelajaran dari wabah ini. Negara kembali mengelola sumber daya alam dengan benar sesuai aturan dari Sang Pencpta alam. Dan yang paling utama negara ini mau menerapkan syariat Islam kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Islam.