Saat Sultan Abdul Hamid II Membungkam Para Penghina Rasulullah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh Aisyah Farha (Komunitas Kesatria Aksara Bandung)

“Tak tergambar budi pekertimu, tidak tergambar indahnya akhlakmu, tidak terbalas segala jasamu sesungguhnya engkau makhluk mulia” (Rasulullah, Raihan)

Begitu mulianya Rasulullah dihati kaum muslimin, rasa cinta dan kerinduan membuat hati tidak berhenti untuk bershalawat kepadanya. Harapan yang senantiasa dipupuk setiap hari, agar suatu saat bisa berjumpa dengan beliau di surga Allah. Kisahnya selalu terngiang dan diceritakan kembali kepada anak cucu kita.
Tetapi selalu ada saja orang yang menghina Rasulullah. Kita masih ingat dengan majalah Prancis Chalie Hebdo yang membuat karikatur Rasul dan menuai banyak kecaman kaum muslimin hingga menimbulkan aksi bom bunuh diri yang menewaskan 11 orang, kini Presiden Prancis Emmanuel Macron memajang karikatur Rasulullah dengan alasan kebebasan berpendapat.
Protes atas penghinaan sudah dilakukan kaum muslimin sedunia sejak lama, yaitu memboikot berbagai produk asal Prancis. Tetapi aksi penghinaan ini terus saja berulang. Pertanyan yang kemudian timbul adalah, mengapa persoalan penghinaan kepada Rasulullah yang dilakukan oleh orang kafir ini selalu saja berulang? Apakah hal ini memang lumrah terjadi sepanjang masa? Ataukah sebenarnya penghinaan ini bisa kita hentikan?

Akar masalah penghinaan yang terus berulang
Negara-negara di Eropa adalah negara penyunjung tinggi kebebasan termasuk kebebasan berpendapat. Tetapi apa yang mereka perlihatkan saat ini adalah islamofobia yang parah. Mereka ingin agar warganya yang mengemukakan pendapat yang menyudutkan Islam didengar, namun tidak memberi ruang bebas untuk umat Islam melaksanakan ibadahnya. Tentu saja kita masih ingat saat Prancis melarang hijab untuk warganya muslimahnya, ini adalah cacat dari penerapan kebebasan ala mereka.

Disana tidak ada hukuman jera yang berpihak untuk para pelaku kriminal islamofobia, maka main hakim sendiri akan terjadi pada kondisi seperti ini. Tetapi kita juga menyaksikan, rangkaian aksi ‘bela nabi’ di Prancis diluar jalur hukumpun tidak memberikan efek jera. Kasus penghinaan kepada Rasulullah tercinta masih saja terjadi dan terus berulang.

Disinilah kita menemui jalan buntu atas persoalan ini. Pengulangan kasus yang terjadi seolah menjadi takdir yang bisa kita hindari. Kita tentu saja tidak boleh terjebak dalam kondisi seperti ini karena gelar sebagai umat terbaik sudah Allah sematkan untuk kita. Kita juga harus berupaya agar penghinaan ini tidak terjadi lagi.

Penghinaan yang berulang dari Barat kepada Rasulullah dan kaum muslimin sejatinya adalah kebencian mereka terhadap Islam yang terhujam di dalam dada mereka. Kaum muslimin melakukan upaya boikot produk yang berasal dari Prancis dan ini tentu saja memberikan efek yang menyakitkan untuk mereka. Atas aksi boikot ini Macron dengan mudahnya memberikan klarifikasi atas ucapannya. Maka boikot produk tidak akan pernah cukup untuk menghentikan semua penghinaan ini.

Umat Butuh Khilafah Untuk Membungkam Para Penghina
Tindakan menista (istihza’) kemuliaan Rasulullah adalah haram dan termasuk dosa besar. Tindakan demikian sama saja dengan menyakiti Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT melaknat pelakunya, sebagaimana firman-Nya:
“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknati mereka di dunia dan di akhirat serta menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan” (TQS alAhzab [33]: 57).
Sungguh kita tidak bisa membiarkan penghinaan ini terluang lagi dan lagi. Kita tentu saja merindukan sosok Sultan Abdul Hamid II yang merupakan Khalfiah bani Ustmaniyah marah besar dengan rencana pemerintahan Prancis yang akan menggelar pertunjukan teater dengan tokoh utamanya Nabi Muhammad Saw. Tentu saja tujuan mereka adalah untuk menghina Rasulullah dan ajaran Islam.
Saat itu, Sultan langsung memanggil legasi Prancis dan mengatakan “Akulah Khalifah umat Islam Abdul Hamid Han. Aku akan menghancurkandunia di sekitarmu jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut”. Sultan mengucapkan hal itu dengan rasa geram sambil melempar koran dari tangannya kepada legasi Prancis tersebut. Ketegasan dari seorang pemimpin kaum muslimin ini akhirnya membuat Prancis ketakutan dan akhirnya membatalkan pertunjukan tersebut.
Kini Prancis mengulangi penghinaan itu, namun tidak ada lagi Khalifah yang bisa memobilisasi kaum muslimin untuk menyatakan perang. Tanpa Khalifah, kaum muslimin terhina dan tidak berdaya.
Maka marilah kita mendukung segala upaya yang dilakukan oleh sebagian umat Islam untuk menghadirkan kembali Khalifah yang akan menghentikan penghiaan kepada agama ini. Sebab hanya dengan Khilafah, umat Islam akan mendapatkankan kembali kemuliaannya. Hanya khalifah yang akan membuat Barat ciut bertekuk lutut.

Wallahu A’lam bish shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *