Ritel Gulung Tikar, Pengangguran hingga Titik Nadir

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh Titien Khadijah (Muslimah Peduli Umat)

 

Kehilangan pekerjaan, kerap kali menghasilkan duka yang sama seperti di saat kehilangan orang terkasih, tahapan emosional dalam berduka sama, diawali dengan keraguan dan penyangkalan dan rasa marah kemudian diakhiri dengan penerimaan dan harapan. Kehilangan pekerjaan bisa melelahkan secara emosional, dan akan lebih menyakitkan di kala mengalaminya di saat lingkungan sekitar ada dalam ketidakpastian. Sampai kapan kita akan terus menghadapi stress yang semakin akut di tengah situasi pandemik yang tidak menentu ini.

Liputan 6.com_Jakarta, Hero Supermarket Tbk (Hero group) memutuskan untuk menutup seluruh gerai giant. Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey, mengatakan dampak dari penutupan gerai modern bisa menghilangkan pendapatan negara, selain itu restrubusi daerah akan hilang “lantaran pajak reklame, pajak air, pajak tanah dan lain sebagainya sudah tidak lagi, dan yang lebih ngiris dengan adanya PHK, penganguran semakin banyak.

Di saat indikator penjualan eceran dan konsumsi masyarakat mulai membaik, satu per satu ritel besar justru gulung tikar dan beralih fungsi karena terdampak Covid-19.

Langkah Hero grup mengikuti peritel besar lainnya yang sudah terlebih dahulu menutup sebagian atau seluruh gerainya, seperti PT Matahari Department Store yang menutup 25 gerainya pada tahun 2020 dan berencana kembali menutup 13 gerainya di tahun ini. Adapula gerai ritel Fashion Lentro, adapula Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

Bisnis ritel telah memasuki titik nadir, setelah satu tahun lebih terdampak pandemik Covid-19. Di tengah pandemik dimana masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan ditambah banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja menambah semakin membludaknya pengangguran di negeri kita.

Tingkat pengangguran yang begitu tinggi di negeri kita tidak lepas dari dua faktor, internal dan eksternal. Pertama, internal, adanya kemalasan dari setiap individu, sistem kapitalisme sekuler mempengaruhi masyarakat, ingin kaya tapi tidak mau kerja keras maunya instan dan kaya mendadak. Kedua, rendahnya pendidikan dan keterampilan, mau bekerja tapi tak punya ketrampilan disebabkan tidak mengenyam pendidikan secara layak, inilah yang terjadi di masyarakat, jangankan yang tidak sekolah tinggi, sarjana yang nganggur pun banyak yang sulit mendapatkan pekerjaan. Sungguh dilema.

Saat ini di sistem kapitalisme, secara faktual perusahaan-perusahaan lebih banyak menyerap tenaga kerja wanita daripada laki-laki, karena menurut sistem kapitalisme tenaga kerja wanita lebih mudah disetir, dan upah lebih rendah dibandingkan tenaga kerja laki-laki. Kondisi inilah, tenaga kerja wanita di negeri kita lebih mendominasi dan laki-lakinya banyak yang menganggur.

Dengan bermunculannya berbagai persoalan ketenagakerjaan yang tidak pernah kunjung tuntas, dan salah satunya tingginya tingkat pengangguran. Persoalan ini tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan sistem yang ada di negeri kita yaitu sistem kapitalisme sekuler liberalisme.

Di dalam sistem Islam, negara dan kepala negara berkewajiban memberikan pekerjaan kepada rakyat yang membutuhkannya, dengan membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan menguatkan sektor ekonomi riil (pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain). Rasulullah saw. bersabda, “Imam/pemimpin adalah pemelihara urusan rakyat, dia akan diminta pertanggungjawabannya kelak terhadap urusan rakyatnya.” (HR. Buhari dan Muslim).

Sistem Islam pun mewajibkan kepada setiap individu laki-laki untuk bekerja, hal ini pernah dilakukan oleh Khalifah Umar ra. ketika mendengar jawaban orang-orang yang berdiam di masjid di saat itu orang-orang sedang sibuk bekerja katanya bahwa mereka sedang bertawakal, saat itu beliau berkata, “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak pernah menurunkan emas dan perak.” Lalu Umar ra. mengusir mereka dari masjid dengan memberi mereka semangkuk biji-bijian.

Hanya sistem Islam yang bisa memberikan solusi untuk bisa keluar dari permasalahan ini, sejarah telah mengukir dengan kejayaan Islam dengan menguasai dua per tiga dunia dengan cemerlang, dan mampu menyelesaikan problematika umat bukan hanya masalah pengangguran saja.

Wallahu a’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *