Oleh : Raisa J. Al Anshory (Pelajar)
Meneladani Nabi Muhammad Saw adalah salah satu cara untuk berakhlak kepadanya. Semua ini merupakan konsekuensi logis dari iman akan adanya Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulullah. Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt memilih di antara manusia untuk dijadikan rasul-Nya untuk menyampaikan wahyu-wahyuNya kepada umat manusia.
Meneladani Nabi Muhammad Saw dalam kehidupan sehari-hari harus dimulai dengan mengetahui apa saja sifat-sifat yang dimilikinya dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Alquran dan Sunnah/Hadits, sebagai dua sumber utama ajaran Islam, memberikan informasi yang lengkap tentang semua sifat dan perilaku Nabi Muhammad Saw. Dengan menjadikan kedua sumber ajaran ini sebagai landasan utama dalam sikap dan perilaku kita, berarti kita benar-benar telah meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan kita sehari-hari.
Akhlak kepada Nabi Muhammad Saw merupakan konsekuensi logis dari akhlak kepada Allah Swt. Rasulullah Saw dan juga para rasul yang lain merupakan utusan Allah yang menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat manusia. Allah Swt menurunkan wahyu-wahyuNya kepada manusia melalui para rasul-Nya mulai Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul Allah yang terakhir memiliki keistimewaan dibanding nabi-nabi sebelumnya. Salah satu keistimewaannya adalah misi risalah Muhammad tidak terbatas pada umat (bangsa) tertentu, tetapi meliputi semua umat manusia (rahmatan lil’alamin). Semua umat manusia yang hidup pada masa Muhammad hingga tibanya hari akhir nanti wajib mengikuti syariat yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Sebagai nabi yang terakhir, Muhammad dibekali satu kitab Allah yang terlengkap, yakni Alquran yang isinya memuat keseluruhan isi kitab-kitab yang pernah turun sebelumnya. Dengan Alquran inilah Nabi Muhammad dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapinya, di samping juga dengan ide-idenya yang mendapatkan bimbingan wahyu dari Allah Swt (Sunnah/hadis). Semua yang tertuang dalam Alquran terealisasi dalam sikap dan perilaku Nabi Muhammad Saw sehari-hari.
Tidak ada satu pun sikap dan perilaku Muhammad yang menyimpang atau bertentangan dengan apa yang tertuang dalam Alquran. Karena itulah, setiap umat Islam wajib meneladani Nabi Muhammad Saw dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Berakhlak terhadap Nabi Muhammad Saw merupakan salah satu pilar keyakinan (iman) dalam Islam. Banyak cara yang harus dilakukan dalam rangka berakhlak kepada Nabi Muhammad Saw. Diantaranya adalah mencintai dan memuliakannya, taat dan patuh kepadanya, serta mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. Namun, yang paling penting dari semua itu adalah meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai rasul terakhir. Pertama, dengan berakhirnya risalah kenabian kepada Muhammad Saw berarti bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw telah sempurna dan menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Allah Swt. berfirman: “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu untukmu semua, dan Aku telah melengkapkan kenikmatan-Ku padamu, dan Aku telah rela Islam itu sebagai agama untukmu semua.” (QS. al-Maidah (5): 3).
Kedua, dengan posisinya sebagai nabi terakhir berarti bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw, yakni agama Islam, bersifat mendunia dan berlaku untuk seluruh umat manusia. Allah Swt. berfirman: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba’ (34): 28). Dan yang ketiga, karena kedudukannya sebagai penutup serangkaian para nabi, maka Nabi Muhammad Saw. adalah rasul untuk semua umat manusia. Allah Swt. berfirman: “Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua’.” (QS. al-A’raf (7): 158).
Kewajiban umat Islam untuk mengimani Allah sekaligus mengimani Rasulullah Saw. dinyatakan dalam Alquran surat al-A’raf (7): 158: “Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. al-A’raf (7): 158).
Karena itulah, sebagai umatnya, kita harus mencintai beliau dan sekaligus memuliakannya. Cinta kita kepada beliau harus melebihi cinta kita kepada yang lain selain Allah Swt. Cinta ini akan tumbuh dalam diri kita jika kita benar-benar beriman. Jika iman kita tidak utuh, maka kita tidak akan dapat mencintai beliau. Dengan demikian cinta seorang mu’min kepada Nabi Muhammad Saw. harus melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, orang tuanya dan kaum kerabatnya, serta semua manusia. Artinya, orang yang cinta kepada selain Allah Swt melebihi cintanya kepada Nabi, berarti ia belum beriman secara benar.
Cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw harus benar-benar mendominasi perasaan cinta kita sebagaimana cinta kita kepada Allah Swt. Dengan cinta kepada Allah dan Rasulullah inilah kemudian ditambah jihad di jalan Allah, kita berharap agar Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita. Jika kita tidak menyintai Allah dan Rasulullah serta tidak mau berjihad di jalan Allah, maka kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang fasik yang jauh dari petunjuk Allah.
Mencintai Nabi Muhammad Saw tidak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata, tetapi juga harus dinyatakan dalam bentuk perbuatan nyata, misalnya: 1. Mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sampai kepada kita melalui Alquran dan Hadits yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. 2. Mempercayai semua berita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. 3. Berjuang menegakkan, mengembangkan, dan membela ajaran-ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. serta menjaga kemurnian ajaran-ajaran beliau dari berbagai bentuk bid’ah dan khurafat. 4. Memuliakan Nabi Muhammad Saw dengan memperbanyak membaca shalawat dan salam kepada beliau. 5. Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabat Nabi Muhammad sebagaimana memuliakan beliau.
Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang, karunia, dan nikmat yang diberikan kepada makhlukNya di seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin). Rahmatan lil alamin menunjukkan bahwa kehadiran Rasulullah di tengah kehidupan masyarakat mewujudkan rasa kedamaian dan ketentraman bagi alam semesta dan manusia tanpa membedakan agama, suku, dan ras. Rasulullah menjadi rahmat bagi semesta, termasuk di dalamnya adalah hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
Wallahua’lam bishawab.