RAMADHAN MENJELANG, HARGA PANGAN MENJULANG

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ilvia Nurhuri (Mahasiswi dan Aktivis Dakwah Islam Kaffah)

 

Tak terasa bulan Ramadan kini telah tiba, bulan yang penuh berkah dan rahmat ini adalah bulan yang di nanti-nanti oleh umat islam, semua menyambut bulan Ramadan dengan suka cita. Namun jelang Ramadan, harga pangan meroket tinggi bahkan tak ayal hal ini memang selalu terjadi setiap menjelang Ramadhan.

Dikutip dari kompas.com (15/04/2021) “Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan harga berbagai komoditas pangan mulai menunjukkan kenaikan beberapa hari menjelang puasa. Menurut Abdullah, harga bahan pangan yang meningkat dan cukup mencolok dalam 1-2 hari ini yakni daging ayam, daging sapi dan minyak goreng. Dia mengatakan, “saat ini harga rata-rata daging ayam bisa mencapai Rp 38.000 hingga Rp 40.000 per ekor, daging sapi sekitar Rp 130.000 hingga Rp 131.000 per kg, dan minyak goreng sekitar Rp 14.300 per kg.”

Perlu diingat distribusi dan pengelolaan stok barang di pasar adalah faktor penting untuk menjaga stabilitas harga barang, selain itu adanya mekanisme penawaran dan permintaan juga akan mempengaruhi ketersediaan barang di pasaran. Jika hal itu tidak dilakukan dengan baik oleh pemerintah maka yang terjadi adalah ketidakseimbangan harga pangan dan tidak tersedianya pasokan pangan yang memadai. Indonesia adalah negeri yang dianugerahi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) berupa lahan yang begitu subur, luas dan dapat ditanami dengan komoditas pangan yang sangat beragam. Tetapi dalam kasus ini, pada aspek distribusi sangat terlihat penguasa tidak memberi jaminan ketersediaan bahan.

Hal ini terjadi tidak lain adalah karena negeri ini menganut sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan penguasa tidak hadir sebagai pengurus rakyat. Mereka duduk berkuasa hanya sebagai regulator, alhasil pasar dan harga pangan menjadi tempat bermain para mafia pangan yang akan sengaja menahan dan menimbun pasokan barang sehingga terjadi kelangkaan. Dengan begitu mereka akan mudah melempar barang dengan harga tinggi untuk meraup keuntungan yang lebih tinggi atau mendorong penguasa untuk melakukan impor komoditas tersebut, kebijakan impor pun sangat mudah dilegalkan. Karena di dalam sistem kapitalis adalah meletakkan kedaulatan hukum ditangan manusia (penguasa) sehingga aturan bisa diubah atau direvisi. Terlebih selama kebijakan yang dibuat menguntungkan para mafia, penguasa akan mudah melegalkannnya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk balas budi karena para korporat (para mafia) tersebut telah membantu para penguasa untuk meraih kekuasaan kapitalis yang mahal.

Alhasil, naik turunnya harga barang adalah akibat dari distribusi pasar karena penimbunan, kartel, dan sebagainya.

Problem kebaikan harga pangan ini akan selalu berulang, jika negeri ini tetap menerapkan sistem kapitalisme untuk mengurus rakyat. Hal ini tidak akan terjadi jika konsep distribusi diatur oleh Islam.

Di dalam Islam, untuk menjaga kestabilan harga serta distribusi barang di pasaran dilakukan dengan dua cara; cara yang pertama yakni menghilangkan aktivitas penimbunan, intervensi harga dan sebagainya di dalam pasar sebab Islam tidak membenarkan penimbunan dengan menahan stok barang agar harganya naik. Jika pedagang, importir atau siapapun menimbun ia dipaksa untuk mengeluarkan barang dan memasukannya ke pasar. Jika efeknya besar maka pelakunya dijatuhi sanksi tambahan sesuai kebijakan Islam dengan mempertimbangkan dampak dari kejahatan yang dilakukannya.

Cara yang kedua adalah menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran. Jika terjadi ketidakseimbangan permintaan dan penawaran (harga naik/turun drastis) maka negara melalui lembaga pengendali seperti Bulog, segera menyeimbangkannya dengan mendatangkan barang dari daerah lain. Apabila pasokan barang dari daerah lain tidak mencukupi maka bisa diselesaikan dengan kebijakan impor yang tidak merugikan negara dan rakyat.

Seperti inilah Islam memberikan seperangkat sistem yang komprehensif dalam mengatasi pangan. Dengan begitu suasana tenang dan jaminan pemenuhan kebutuhan terutama menjelang Ramadhan ini bisa dirasakan oleh umat.

Wallahua’lam Bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *