Ramadan Tiba Kenaikan Harga Menyapa

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ramadan Tiba Kenaikan Harga Menyapa

Aulia Rahmah
Kelompok Penulis Peduli Umat

 

Ramadan, bulan yang dinanti-nanti akan segera tiba. Di setiap bulan Ramadan Allah memberi banyak keutamaan dan pahala berlipat-lipat bagi hambaNya yang rajin ibadah. Sampai- sampai tidur pun diberi pahala pula. Bagi hamba yang bertakwa, bulan Ramadan diibaratkan seperti seorang petani yang sedang panen. Ya, memanen pahala yang sebelumnya telah menanam benih kebaikan dan memupuk benih tersebut di bulan Rajab dan Sya’ban. Panen kasih sayang, ampunan, pahala dan keridhaan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Namun kegembiraan menyambut bulan suci Ramadan sedikit ternodai oleh naiknya harga bahan pangan seperti, cabe, gula premium, dan minyak goreng. Rakyat yang berada pada level ekonomi rendah tak lagi mampu mendapatkannya. Padahal bahan pokok tersebut sangatlah diperlukan. Kenaikan harga yang terus berulang setiap tahunnya seolah tradisi yang pasti terjadi. Keburukan ini jangan sampai terulang lagi agar kebahagian rakyat menyambut bulan mulia menjadi semakin sempurna.

Harapan ini tentu tak dapat diupayakan sendiri tanpa perhatian dari negara. Mengapa saat Ramadhan tiba kenaikan harga selalu saja menyapa, padahal negeri kita ini adalah negeri agraria yang terbentang luas lahan pertanian di dalamnya. Seharusnya komoditas seperti minyak goreng, gula dan cabe stoknya melimpah di pasaran. Harganya pun stabil semua lapisan masyarakat dapat menjangkaunya, terutama masyarakat ekonomi rendah.

Menanggapi terjadinya peningkatan harga bahan pokok yang selalu terjadi di bulan Ramadan, Wapres Ma’ruf Amin dalam Siaran persnya di Alila Hotel Solo menyampaikan, bahwa pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi kenaikan harga jelang Ramadhan, misalnya dengan mendatangkan bahan pokok dari daerah lain yang memiliki stok lebih dan biaya transportasinya ditanggung Pemda. Wapres juga menuturkan bahwa fenomena kenaikan harga selama Ramadhan ini bersifat sementara karena adanya peningkatan permintaan. Wapres meminta kenaikan harga ini jangan sampai melampaui kewajaran. Pemerintah akan melakukan pemantauan harga juga melakukan penanggulangan inflasi yang terjadi akibat tambahan biaya. (setneg.go.id, 14/2023)

Publik menilai, perhatian pemerintah terhadap kenaikan harga jelang Ramadan sangatlah kurang. Tak boleh dianggap wajar karena adanya peningkatan permintaan. Adanya produksi minyak goreng *Minyak Kita* yang harganya tinggi diakibatkan oleh penerapan sistem ekonomi kapitalisme, yang mementingkan keuntungan semata.

Negara gagal menindak dan menghukum para pelaku pasar yang curang. Tidak menutup kemungkinan sampai hari ini, masih ada saja pihak-pihak yang melakukan penimbunan dan memonopoli perdagangan sehingga stok barang dalam negeri menjadi langka, akibatnya harga barang pun mahal. Jika pun sudah ada barang kualitasnya rendah harganya tinggi.

Menjamin kesejahteraan tiap individu rakyat adalah tanggung jawab negara. Termasuk dalam aktivitas memproduksi bahan pangan dan mendistribusikannya kepada rakyat. Menjaga stabilitas harga bahan pokok dan menjamin tersedianya stok juga menjadi tanggung jawab negara. Jauh-jauh sebelum Ramadan datang, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah antisipatif dengan mencari mekanisme distribusi bahan pokok yang ampuh untuk menjaga gejolak harga, misalnya dengan memberi bantuan kepada masyarakat ekonomi rendah baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung misalnya dengan memberi bantuan subsidi harga kepada masyarakat, sedangkan secara tidak langsung adalah dengan memberikan pelatihan, lahan dan sarana kepada para petani agar semangat memproduksi bahan pokok. Pemerintah harus dapat menjamin kesejahteraan petani karena mereka yang berjasa dalam menjaga stabilitas stok barang.

Jika negara masih terus mengukur kemanfaatan hanya dari segi materi dengan terus menadah pajak dari pemilik modal usaha dan komoditas yang dijual, maka kenaikan harga di momen-momen tertentu akan sulit dihentikan. Pemerintah harus mengubah cara pandang bernegara dari orientasi memburu materi kepada orientasi ibadah pada ilahi. Sangatlah tepat bagi negeri ini untuk muhasabah.

Jelang ramadan, marilah menyucikan diri dari pemikiran dan tujuan bernegara yang kotor, yang terus melakukan kecurangan dengan korupsi, menadah belas kasih investor dan cukong, juga mengkhianati serta memalaki rakyat.

Hijrah level negara adalah pilihan tepat. Mencontoh Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin dalam mengelola negara dapat mengeluarkan negeri ini dari beragam persoalan yang mendera. Bukankah lebih baik beramal shalih daripada terus bersahabat dengan investor untuk menggarong harta publik? Bukankah lebih baik beramal sholih dengan menerapkan sistem takzir bagi pelaku pasar yang menimbun dan memonopoli perdagangan?

Jabatan adalah amanah. Jika pemimpin hari ini gagal menyejahterakan dan mendzalimi rakyat. Kita yakin masih ada pengadilan akhirat. Rakyat akan menuntut penyelesaian dan kedzaliman yang dibuat oleh para pemimpinnya. Dan tentu siksa akhirat lebih berat daripada kenikmatan dunia yang sedang dirasakan saat ini.

Wallahu a’lam bi ash-showab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *