Oleh. Siti Juni Mastiah, SE
(Anggota Penulis Muslimah Jambi dan Aktivis Dakwah)
Rajab adalah bulan suci yang menjadi bagian salah satu dari bulan haram. Pada bulan suci ini lah terjadi peristiwa besar Rasulullah Saw melaksanakan perjalanan yang dikenal oleh kaum muslim sebagai peringatan Isra’ Mi’raj.
Pada bulan Rajab yang suci ini, amalan manusia dilipatgandakan baik perbuatan dosa maupun pahala. Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt dalam Al Qur’an Surat At Taubah ayat 36, bahwa Allah Swt melarang kita mendzalimi diri sendiri pada bulan-bulan haram (Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram), apalagi mendzalimi pihak lain.
Imam Al-Baihaqi menyatakan bahwa Allah Swt telah menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan-bulan haram tersebut lebih besar atau dilipatgandakan, begitu juga dengan amal shalih dan pahalanya juga sangat besar, (Al Baihaqi, Syu’ab Al Imam, III/370).
Berbagai peristiwa yang terjadi di bulan Rajab seperti pengawalan kaum muslim untuk melaksanakan sholat 5 waktu yang menjadi tiang agama bagi kaum muslim yang beriman dan bertakwa. Peristiwa besar yang diluar nalar manusia ini menjadi bukti kebesaran dan ke Maha Kuasaan Allah untuk memposisikan Rasulullah Saw sebagai nabi dan rasul yang istimewa diantara para nabi yang lain. Selain sebagai pemimpin seluruh umat manusia, beliau juga dititahkan menjadi imam para nabi dan rasul terdahulu di Baitul Maqdis.
Momen bersejarah lainnya di bulan Rajab ini adalah pertama bulan yang mengajak pada kedamaian. Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin mengajak pada kebaikan, kebenaran, ketentraman dan kedamaian. Ketika Islam diterapkan dalam bingkai negara, maka suatu negara tersebut mempunyai kewajiban untuk mengajak negeri-negeri yang lain agar bergabung untuk menerapkan sistem aturan Islam yang sama. Sehingga mengajak pada kebaikan (al khoir) dengan dakwah dan jihad adalah suatu kewajiban.
Terkhusus untuk empat bulan suci tersebut, Allah Swt mengingatkan agar di bulan haram yang disucikan ini jangan sampai terjadi pertumpahan darah, terkecuali jika kaum muslim diserang terlebih dahulu, maka tidak berdosa jika kaum muslim membela kehormatannya dengan membalas serangan dari kaum kafir atau musyrikin. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah Swt QS Al Baqarah ayat 217 dan Al Maidah ayat 2.
Kedua, berbagai peristiwa penaklukan yang terjadi di bulan Rajab, seperti Perang Tabuk yang menggentarkan adidaya Romawi pada tahun 9 H (Ibnu Hisyam, As Sirah An Nabawiyah, V/195). Kemudian Perang Yanmurk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid ra., dalam menghadapi Romawi pada tahun 15 H / 636 M (Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah, VII/4).
Selain itu tepat pada 28 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187 M, Baitul Maqdis berhasil direbut kembali oleh kaum muslimin dibawah kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi. Saat itupun azan kembali dikumandangkan dan sholat Jumat kembali dilaksanakan di Masjidil Al Aqsha setelah 88 tahun diduduki tentara salib.
Ketiga, ini merupakan peristiwa yang harus diingat oleh kaum muslimin diseluruh dunia, yakni runtuhnya Daulah Khilafah Islmiyah. Akibat keruntuhannya umat Islam tak ada lagi perisai yang menjadi pelindung mereka. Peristiwa ini terjadi tepat pada 28 Rajab 1342 H / 3 Maret 1924 M, yang diruntuhkan oleh Musthafa Kemal Ataturk dimana saat itu pemerintahan Islam berpusat di Istanbul Turki.
Akibat keruntuhan Daulah Islam, kehidupan masyarakat terutama di Turki berubah menjadi sekuler. Dimana sebelumnya Islam berfungsi sebagai agama dan sistem hidup bermasyarakat dan bernegara mulai digantikan. Umat Islam yang bersatu dalam sistem pemerintahan Islam terpecah – belah, bercerai – berai menjadi negeri-negeri kecil yang tak berdaya. Hingga saat ini umat Islam sudah 101 tahun tanpa Daulah Khilafah Islamiyah yang menjadi naungannya.
Berbagai peristiwa bersejarah diatas, maka sudah saatnya umat Islam menyadari untuk mengembalikan kejayaannya yang mulia dengan menerapkan Islam secara kaffah, baik dari individunya, masyarakatnya, hingga negaranya. Kita tidak mengabaikan kemuliaan bulan-bulan haram (suci) termasuk bulan Rajab. Maka sepatutnya kaum muslimin menjauhi segala larangan-larangan Allah.
Hendaknya bulan Rajab ini pun kita jadikan momen untuk mengokohkan tekad dan menggelorakan semangat terus berjuang serta berpartisipasi semaksimal mungkin dalam mewujudkan penerapan syariah Islam secara kaffah. Itulah bukti perwujudan hakiki ketakwaan kita kepada Allah Swt, yang insya Allah akan menghadirkan aneka keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya :
“Andai penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Kami pasti akan membuka untuk mereka ragam keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka kebanyakan mendustakan (ayat-ayat Kami). Karena itu Kami mengazab mereka karena perbuatan dosa yang telah mereka lakukan.” (T.QS. Al’Araf : 96)
Wallahu a’lam bishawab.