Oleh: Khaulah (Aktivis BMI Kota Kupang)
Lengsernya Trump dari tampuk kekuasaan yang digantikan oleh Biden nyatanya membawa angin segar. Yaitu bagi umat Palestina khususnya dan umat muslim dunia umumnya. Hal ini tentu karena Trump dan Biden diangggap bak bumi dan langit dalam memperlakukan umat muslim khususnya di Palestina.
Umat akhirnya menaruh harapan besar untuk berakhirnya problem Israel-Palestina di kepemimpinan Biden. Indonesia sebagai negara mayoritas muslim pun tak tinggal diam. Melalui Menlu Retno, diungkap bahwa Indonesia sangat mengharapkan AS menjadi motor terciptanya dunia yang lebih damai. (republika.co.id)
Tak salah berharap, nyatanya harus jeli kepada yang mana kita berharap. Biden memang berjanji kembali menggelontorkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Biden memang menentang akitivitas pemukiman Israel di Tepi Barat yang mereka duduki. Sayangnya, Biden mengungkap tak akan memindahkan kedutaan keluar dari Yerusalem. (Tirto.id)
Jikalau ditelisik, AS tak akan pernah menjadi motor pencipta perdamaian dunia, kendatipun Biden yang menjadi Presiden. Apalagi Biden merupakan sosok yang cinta Israel, yang pada awal terpilih justru menegaskan komitmen mendalamnya terhadap Israel dan keamanannya. Pun jika dilihat dari ideologi yang dianut, AS berada di sisi yang bertolak belakang dengan Islam. Ya, mereka berdiri di barisan pembenci dan penghancur Islam dan umatnya.
Hal ini dilihat dari sepak terjang AS pada problem Israel-Palestina, yang tentu saja menegaskan kebenciannya pada Islam. Mulai dari menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel hingga mengeluarkan kebijakan berstandar ganda untuk problem Israel-Palestina. Tak lupa, mencap para pejuang Islam sebagai teroris.
Tentu saja, tingkah AS dilandaskan pada ideologi yang dianutnya. Yaitu menindas kuat kekuatan lain (baca: Islam) demi hegemoninya terhadap dunia. AS akan bertindak selicik mungkin tak lain berlandas materi. Menciptakan program fobia terhadap Islam, mencerai-berai umat untuk mengenyangkan tubuh mereka.
Maka secara empiris, beresnya problem Israel-Palestina di tangan AS merupakan sebuah kemustahilan. Umat harusnya berkaca, tak ada perdamaian apabila masalah umat diselesaikan oleh pihak-pihak pemungut materi dan pengenyang perut belaka. Masalah umat tak akan tuntas jikalau diserahkan penyelesaiannya kepada pihak pembenci Islam.
Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran ayat 118)
Secara normatif, merupakan keharaman menggantungkan harapan penyelesaian masalah Palestina ke pundak kafir penjajah, dalam hal ini AS. Karena mereka tak akan membawa kedamaian dan mustahil ada penyelesaian. Sebaliknya, membawa kemudaratan bagi umat.
Umat Islam pun pemimpin kaum muslim harusnya paham betul tabiat mereka (baca: kaum kafir). Mereka tak henti-hentinya menyusahkan umat, pandai bersilat lidah, tak dapat dipercaya. Umat harus kukuh, tak boleh terbuai dengan janji manis pemimpin pra dan pasca duduk di kursi kekuasaan.
Begitulah sikap yang harusnya dijalankan umat muslim serta pemimpinnya. Selain itu, negara kafir yang secara nyata memerangi dan merampas tanah umat mesti diperangi dan diusir. Allah Swt. berfirman, “Usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS. Al-Baqarah ayat 191). Allah Swt. juga berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 14, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum Mukmin”.
Tetapi, pada kondisi umat yang “memilukan” hari ini, bisakah sikap seperti itu (memerangi dan mengusir kafir penjajah) diperankan? Tentu saja tak bisa. Umat hari ini tak punya kekuatan akibat sudah tercerai-berai, tak memiliki persatuan.
Umat akan memiliki kekuatan tatkala dinaungi satu kepemimpinan, yakni kepemimpinan Islam dalam daulah Khilafah dengan satu khalifah sebagai pemimpinnya. Di dalam Khilafah, khalifah akan menjadi pengurus dan pelindung rakyat. Akan diterapkannya syariat Islam secara kafah, termasuk jihad mengusir dan memerangi musuh Islam. Maka, langkah untuk membereskan problem Israel-Palestina cuma satu, yaitu terwujudnya Khilafah. Dengan Khilafah pula, umat memiliki pelindung dari jeratan kafir penjajah.
Wallahu a’lam bishshawab.