Prioritaskan Kesehatan Generasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ade Rosanah (Komunitas Pena Islam)

 

Semester akhir tahun ajaran 2020/2021 di tengah pandemi akan segera berakhir. Sementara, pandemi Covid-19 hingga saat ini belum juga menunjukan tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Bahkan, terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 di berbagai daerah dan ditemukan juga varian baru Covid-19.

Melalui kementrian pendidikan RI, pembelajaran tahun ajaran baru 2021/2022 harus dilaksanakan secara tatap muka. Hal ini karena pendidikan di Indonesia saat ini sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah melakukan pembukaan sekolahnya untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka. Akan tetapi, menurut wakil ketua MPR RI Jazilul fawaid mengatakan “sebaiknya untuk sekolah yang sudah memulai melakukan pembelajaran tatap muka ditunda dan dijadwal ulang. Dikarenakan, pada saat ini terjadi lonjakan kasus positif serta ditemukannya varian baru Covid-19 yang akan mengancam kondisi anak-anak. Melindungi kesehatan generasi penerus bangsa lebih penting dibandingkan yang lain”, Ahad (20/6).

Memang sebuah keputusan yang sulit, tapi sebuah saran yang harus dipertimbangkan dari wakil ketua MPR RI, mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir. Di satu sisi orang tua sudah merasakan dampak buruk dari PJJ, tapi di sisi lain ada ancaman yang berbahaya bagi anak-anak. Beberapa kebijakan sudah dikeluarkan pemerintah, tapi kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi pandemi tidak dapat menekan angka penularan virus dan justru muncul varian baru Covid-19 di berbagai wilayah di Indonesia. Baiknya pemerintah mengkaji ulang kebijakan untuk PJJ dan melakukan prioritas terhadap kesehatan generasi.

Belum teratasinya pandemi pada saat ini terlihat dari kebijakan yang diambil pemerintah. Pemerintah terkesan tidak serius dan kurang maksimal mengatasi pandemi. Setiap kebijakan pemerintah tidak lepas dari sistem yang diterapkan yaitu sistem Kapitalisme.

Sistem Kapitalisme sudah menjadikan pemerintah cenderung memertahankan eksistensi kaum kapitalis dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil berdasarkan manfaat. Sistem Kapitalisme sangat mementingkan pada pertumbuhan ekonomi, sehingga tampak lebih pro kepada para pengusaha. Jadi, setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentu tidak akan sampai merugikan kegiatan ekonomi para kapitalis.

Kebijakan yang tumpang tindih pun berdampak pada potret dunia pendidikan di Indonesia. Pelajar kehilangan semangat belajarnya karena proses belajar hanya ditekankan pada beban tugas-tugas sekolah semata. Proses belajar idak memfokuskan dan memerhatikan pelajar apakah mampu memahami materi pelajaran dan menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-sehari ataukah tidak.

Pandemi bukan sebuah halangan bagi dunia pendidikan jika saja kurikulum yang diterapkan berlandaskan akidah Islam, yaitu sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam memiliki keunggulan dalam tujuan pendidikan dan prinsip pembelajarannya. Tujuan pendidikan dalam Islam tiada lain untuk membangun kepribadian Islam, mentalitas yang kuat dan menyiapkan anak-anak untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan, proses pembelajaran ditekankan kepada perubahan perilaku. Artinya, guru membina anak didiknya memahami dan memraktikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Guru berkomunikasi baik dengan orang tua murid untuk menyamakan pola pengasuhan dan pendidikan anak. Orang tua dilibatkan dan memiliki peran mengawal dan mendidik perilaku anak di dalam rumahnya.

Bila hal yang demikian diterapkan, maka kondisi dunia pendidikan tidak akan seperti saat ini. Pembelajaran tatap muka ataupun PJJ di tengah kondisi pandemi pun bisa diatasi karena kunci pendidikan di sekolah sejalan dengan pola pengasuhan dan pendidikan orang tuanya di dalam rumah.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *