Potret Kelam Sistem Pendidikan Sekuler
Masyita, S.Pd., M.M
(Praktisi Pendidikan)
Pendidikan ideal dalam suatu negara adalah hal yang sangat didambakan. Oleh karena itu, banyak negara yang berlomba-lomba melakukan apa saja untuk memajukan pendidikan di negaranya. Mulai dengan melakukan program studi banding, merombak kurikulum, serta berbagai macam program-program lain yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan guru dan siswanya. Namun, hal yang memprihatinkan saat ini adalah ketika sistem pendidikan semakin dipoles, justru semakin bertambah pula kerusakannya terhadap generasi.
Tidak bisa dipungkiri, kualitas pendidikan saat ini semakin menurun, hal itu ditandai dengan banyaknya fakta-fakta kerusakan generasi. Mulai dari pergaulan bebas, narkoba, bunuh diri dan lain-lain.
Seperti kasus bunuh diri yang terjadi pada Sulthan Nabinghah Royyan. Saat itu, Dia sedang menjalani masa ospek kampus. “Kami melaksanakan koordinasi terhadap Universitas IPB atas kegiatan korban yang masih masa ospek mahasiswa baru di Universitas IPB,” ujar Kapolsek Dramaga AKP Hartanto, kepada Okezone, Rabu 7 Agustus 2024. (https://nasional.okezone.com)
Kasus ini tidak hanya terjadi pada Sulthan. Kabarnya Sejak 2015, terdapat lima kasus mahasiswa IPB University yang juga mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Banyaknya kasus bunuh diri pada mahasiswa menggambarkan kompleksnya persoalan yang dihadapi. Semua ini tak terlepas dengan penerapan sistem pendidikan sekuler yang sedang dijalankan. Sistem ini pun terbukti gagal melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, padahal generasi akan menjadi penerus dan pembangun peradaban.
Inilah potret kelam sistem pendidikan sekuler yang menjadikan pola pikir dan pola sikap mengikuti Barat. Sistem pendidikan sekuler telah membentuk kepribadian generasi yang jauh dari agama. Akibatnya, mereka menilai kebahagiaan hanya terkait kesenangan dunia saja, seperti uang, gadget, musik, makanan, hingga percintaan. Semua ingin serba instan, membuat mereka terlena, manja dan menjadi generasi lamban yang terlihat bagus dari luar padahal di dalam lembek.
Ketika keinginan mereka belum terwujud mereka pun menganggap dunia tidak adil, kejam, lalu mencari jalan keluar yang salah dan akhirnya memilih bunuh diri untuk mengakhiri segala persoalan hidup. Mereka tidak memahami bahwa bunuh diri bukanlah solusi atau akhir dari segala persoalan, melainkan awal dari segala pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Demikianlah buah penerapan sistem sekuler kapitalisme, yang mengeliminasi peran tiga pilar hingga gagal membentuk generasi tangguh dan kuat. Peran tiga pilar itu antara lain:
Pertama, keluarga. Mereka tidak merasakan peran kehadiran orang tua, baik secara fisik maupun psikis. Akibatnya, mereka memiliki mental yang rapuh karena berjauhan dari orang tua, keluarga broken home, motherless, atau fatherless. Bahkan Indonesia ketiga terbanyak sebagai negara fatherless.
Kedua, masyarakat dan dunia pendidikan. Dimana didalamnya diterapkan kurikulum sekuler yang menjauhkan manusia dari agama (aturan Allah Ta’ala) dan akhirnya terbentuk masyarakat individualis kapitalistik. Mereka berperilaku tidak terkendali dalam standar halal-haram. Bagi mereka standar kebahagiaan adalah kesenangan duniawi dan meraih materi sebanyak-banyaknya.
Ketiga, peran negara. Dalam hal kebijakan untuk rakyat, negara tidak memberi solusi dengan mahalnya biaya hidup dalam segala aspek, khususnya yang menyangkut mahasiswa. Seperti mahalnya biaya kuliah karena kebijakan pemerintah menaikan UKT, kurikulum perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa cakap dalam bekerja, tugas yang menumpuk, SKS yang padat menyebabkan mahasiswa stres. Banyak mahasiswa bunuh diri karena stres akibat skripsi dan membayangkan kehidupan setelah wisuda.
Sedangkan dalam sistem Islam, keluarga adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya dengan cara menanamkan akidah Islam. Memahamkan bahwa manusia adalah hamba Allah yang wajib taat akan segala aturan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan pendidikan dan pola asuh berlandaskan Islam, generasi akan tumbuh dengan kepribadian Islam, mencegah berbuat maksiat dan menjadi pribadi yang taat. Dengan iman dan takwa akan kuat menghadapi segala masalah dan paham apapun yang terjadi adalah ketetapan Allah.
Negara dalam sistem Islam akan memastikan sistem sosial berlangsung dengan baik, mengedukasi masyarakat agar tidak stres dan menciptakan kondisi sosial yang sehat. Memastikan kebutuhan rakyat terpenuhi melalui penerapan ekonomi Islam berupa pengelolaan keuangan yang diserahkan kepada Baitul Mal, adanya kas negara dari jizyah, kharaj, ghanimah, fai hingga pengelolaan SDA. Kas itulah yang akan dipakai untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyat dalam naungan daulah Khilafah.
Hanya dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruh solusi hakiki problematika umat, hal itu terbukti selama 13 abad lamanya, karena semua berlandaskan aturan Allah. Islam adalah satu-satunya agama yang tidak hanya mengatur aspek ruhiah atau ritual saja, namun mengatur seluruh aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bishshawab