Polemik Malang Halal City, Buah Sekulerisasi 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Azrina Fauziah (Pegiat Literasi Pena Langit)

 

Keinginan Wali Kota Malang, Sutiaji, yang akan mewujudkan Malang Halal City dipertanyakan oleh Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid tokoh agama asal Malang. Bagi beliau seharusnya, Malang haruslah mewujudkan kota yang toleran. “Malang itu seharusnya diwujudkan sebagai Kota Toleran. Apalagi setiap kota di Indonesia itu latar belakangnya relijius dan nasionalis.”

 

“Arogansi Wali Kota Malang ini harus dipertanyakan oleh Bapak Mendagri, arogansi ingin mewujudkan Malang Kota Halal. Bapak Mendagri harus mempertanyakan maksudnya apa? Saya khawatir timbul sentimen, karena pemaknaan halal itu, jangan sampai dikaitkan dengan syariat Islam” kata Habib Syakur (Jatim.poskota.co.id)

 

Pernyataan diatas seolah menunjukkan bahwa agama adalah sumber perpecahan bagi suatu bangsa. Padahal bila dicermati perpecahan yang tejadi di negeri ini disebabkan oleh paham sekuler.

 

Paham yang memisahkan agama dari kehidupan ini menimbulkan banyak polemik dalam kehidupan sehingga banyak problem yang memicu adanya kesenjangan sosial antar masyarakat seperti problem hukum, akibat penerapan sistem sekuler hukum berlandaskan buatan manusia. Hukum yang diterapkan menjadi tumpang tindih dan tidak adil. Semisal kejahatan para elit pejabat di negeri ini sering diberi keringanan masa hukuman. Sebaliknya hukum bagi rakyat jelata yang hanya mencuri dikarnakan memenuhi kebutuhan perut, harus merasakan masa hukuman yang tak sesuai dengan kejahatannya bahkan lebih berat.

 

Problem ekonomi, ekonomi yang tidak merata juga menjadi sumber perpecahan. Dikutip dari katadata.co.id, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2021 sekitar 26,50 juta jiwa. Mengapa hal ini bisa terjadi di negeri yang kaya? Hal ini disebabkan oleh sistem ekonomi kapitalisme yang hanya memutar roda perekonomian dikalangan para elit saja. SDA yang harusnya dikelola negara demi kepentingan rakyat justru di privatisasi. Alhasil rakyat jelata tidak pernah bisa merasakan kebermanfaatannya. Ketimpangan ekonomi ini tentu saja kemudian menghasilkan gejolak yang luar biasa terjadi hingga beberapa wilayah menginginkan pemisahan wilayah dari Indonesia seperti yang terjadi di Papua.

 

Problem politik, dukungan antar kubu pengusa dengan oposisi yang fanatik juga memicu perpecahan. Semenjak lahirnya buzzer dalam pemilihan presiden, sentimen antar kubu semakin memanas. Para buzzer ini pun saling kritik, menghujat, memfitnah meski bisa jadi kepada saudara seimannya. Tak heran dari sikap fanatik ini menimbulkan keresahan.

 

Problem agama, kebencian Barat kepada Islam yang telah mengakar membuat mereka mengusahakan segala cara yakni membidik Indonesia untuk dijadikan proyek WOT (war on terror). Tak heran opini radikalisme sering diboomingkan oleh penguasa. Narasi ini sering dipakai untuk mendiskreditkan Islam.

 

Islam sebagai dien dan aturan kehidupan mengatur bagaimana toleransi antar umat. Sejak kemunculannya, Islam begitu memuliakan seseorang dimulai dari perintah memerdekakan budak hingga memberikan toleransi kepada umat agama lain.

 

Sejarah telah mencatat bagaimana Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar dengan ikatan aqidah Islam. Tak hanya itu, Rasulullah Saw menciptakan contoh negara dengan keberagaman masyarakat di Madinah dan memberikan keluasaan bagi masyarakat yahudi dalam memeluk agamanya. Kemudian ajaran toleransi beragama ini dilanjutkan oleh para Khalifah selanjutnya. Tercatat sejarah bahwa Andalusia yang berada dibawah kepemimpinan Islam hidup rukun berdampingan dengan masyarakat nasrani dan yahudi.

 

Rasullulah Saw pernah bersabda, “Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. An Nasa’i)

 

Selain itu seorang sejarawan asal Amerika Will Durant memberikan pengakuan, ia mengatakan “Agama Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari Cina, Indonesia, India hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Maroko dan Spanyol. Islam pun telah memiliki cita-cita mereka, menguasai akhlaknya, membentuk kehidupannya, dan membangkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan urusan kehidupan maupun kesusahan mereka. Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemulian bagi mereka…” (Will Durant- The Story of Civilization).

 

Inilah indahnya ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw, Sang pembawa rahmat bagi seluruh alam. Masihkan meragukannya? Waallahu ‘alam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *