Pluralisme, Buah Busuk Demokrasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Hamnah B. Lin

 

Terus bermunculan pernyataan – pernyataan menyesatkan dari berbagai tokoh nasional di negeri ini. Yang berbahaya hingga aqidah bisa tergadaikan. Jika tidak bergerak cepat, maka umat akan termakan oleh opini yang salah ini.

Baru -baru ini muncul pernyataan dari Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman yang melontarkan suatu pernyataan kontroversial. Kata dia, jangan terlalu fanatik dalam beragama. Sebabnya, kata dia, semua agama benar di mata Tuhan. (Pikiran-rakyat.com, 15/9/21).
Beberapa waktu sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas meminta agar doa semua agama dibacakan di acara-acara Kementerian Agama. (cnnindonesia.com, 5/4/21).

Sungguh ini harus mendapat perhatian penuh dari umat Islam, karena setingkat tokoh nasional bahkan seorang Menteri Agama menyatakan hal demikian, menganggap semua agama sama alias Pluralisme. Benar – benar menyesatkan.

Jika diteliti secara mendalam, sesungguhnya yang menjadi akar dari pemikiran pluralisme ini adalah sistem demokrasi yang diterapkan di negeri ini. Sistem buatan manusia, pengagung kebebasan berpendapat dan berperilaku. Sekulerisme yang menjadi asas demokrasi adalah pemahaman bahwa agama ( read; Islam ) harus dipisahkan dalam segala urusan. Hingga saat bertingkah laku dan berpendapat, bukan lagi takwa yang menjadi pondasinya, namun kebebasan dalihnya.

Andai negara dibangun atas landasan akidah Islam, sebenarnya masalah pluralisme akan hilang karena negara Islam akan senantiasa menjaga akidah warga negaranya. Negara bertanggung jawab membina warga negaranya dalam berislam kafah.

Pluralisme yang maknanya mengakui semua agama dan kepercayaan adalah sama benar, tertolak dalam ajaran Islam. Islam tidak mengakui pluralisme. Islam dengan terang-benderang menolak konsep pluralisme karena satu-satunya ajaran agama yang benar dan lurus adalah Islam.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali- imran ayat 19 yang berbunyi:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”

Mengutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat 19 Ali Imran itu sebagai berita dari Allah SWT yang menyatakan, tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang diutus Allah SWT di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad SAW yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditempuhnya. “Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah sesudah Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima Allah SWT,” katanya.

Alhasil, setiap muslim tentu wajib menegaskan bahwa hanya Islam yang benar. Agama di luar Islam semuanya salah/batil. Ini adalah keyakinan dasar sekaligus mutlak di dalam Islam. Karena itu pernyataan bahwa “semua agama benar” adalah pernyataan menyimpang dari Islam. Pelakunya bisa murtad. Sebabnya, Allah Swt. sendiri menegaskan bahwa hanya Islam agama yang Allah SWT akui dan ridai.
Marilah bergandengan tangan menyelamatkan umat dari segala penyimpangan, sebagai bentuk sayang dan amar ma’ruf nahi mungkar. Yakinlah bahwa Agama Islam yang di ridhai Allah SWT, hingga lahir sebuah langkah nyata berdakwah untuk mewujudkan sebuah institusi yang membawa Rahmat bagi seluruh Alam. Yakni Khilafah Islamiyah.
Wallahu a’lam biasshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *