Pilu, Matinya Naluri Seorang Ibu
Oleh : Nurul K, S.Pd.
Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS. (www.kumparan.com)
Di Kediri, Seorang ibu membunuh dua anak kandungnya. Kedua korban M Balya (14) dan Binti Nadhiroh (17) tewas dianiaya oleh ibunya sendiri yang mengalami depresi. Penganiayaan terjadi saat kedua korban dan ayahnya sedang tertidur. (www.news.okezone.com)
Beralih ke Pulau Sulawesi, diberitakan seorang wanita berinisial RD di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng) diamankan polisi gegara hendak menceburkan anak-anaknya yang masih kecil ke laut. RD diduga depresi usai ditinggal suaminya hingga berniat mengakhiri hidup ketiga anaknya. (www.detik.com)
Beberapa deretan kasus di atas menambah panjang potret buram tragedi pilu yang dilakukan seorang ibu. Ibu, sosok perempuan yang berkedudukan tinggi karena melahirkan generasi, saat ini kondisinya perlu perhatian tinggi. Ibu, yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa, bahkan pada anak kandungnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa matinya naluri keibuan nyata adanya.
Jika diteliti, sebagian besar kasus yang menimpa para ibu ini disebabkan karena gangguan mental atau depresi yang dialami. Melansir dari siloamhospitals.com, depresi adalah gangguan kesehatan mental yang dapat memengaruhi perasaan, cara berpikir, serta perilaku seseorang. Gangguan suasana hati ini merupakan respons mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Sebenarnya, tidak ada penyebab utama dan tunggal mengapa seseorang bisa mengalami gangguan depresi. Namun, ada pencetus atau faktor yang membuat seseorang bisa mengalaminya, diantaranya riwayat keluarga, masalah kesehatan fisik, pengalaman dan trauma masa kecil, tekanan hidup, stres berat akibat kejadian-kejadian tertentu seperti kesulitan finansial, masalah rumah tangga, kematian orang terdekat, merasa terisolasi, tidak ada dukungan dari orang sekitar, dan lain sebagainya.
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa seorang ibu yang depresi disebabkan karena imannya tidak kuat. Sejatinya, belum tentu hal tersebut bisa dikatakan benar. Ini karena ada juga ibu yang agamanya dinilai bagus, ternyata bisa mengalami depresi. Dan faktanya, depresi kebanyakan terjadi karena adanya faktor luar.
Sistem kehidupan yang ada hari ini, dapat dikatakan, menjadi faktor eksternal terbesar dan telah memberikan banyak sumbangsih bagi para ibu yang mengalami depresi. Fenomena yang terjadi pada para ibu ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan, khususnya sistem pendidikan juga sistem sanksi. Ideologi yang diterapkan dalam sistem kehidupan hari ini yang berlandaskan sekularisme telah melahirkan segala bentuk kebijakan yang terpisah dengan aturan agama.
Sistem pendidikan kapitalisme, sangat berpengaruh pada kesehatan mental ibu dan calon ibu. Saat ini, pendidikan hanya berorientasi pada materi. Belajar sekadarnya untuk bisa bekerja. Tidak ada tujuan khusus membentuk kepribadian mulia para siswa dan mahasiswa. Pendidikan hanya menyiapkan orang siap kerja, dan bagi kaum perempuan, tidak ada pendidikan tentang bagaimana menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu generasi.
Sistem pergaulan pun berperan penting. Kebebasan yang saat ini ada membuat generasi mudah melakukan zina. Tidak ada sanksi yang diberlakukan bahkan jika mereka sampai hamil diluar nikah. Banyak perempuan yang usianya masih sangat muda mengalami kehamilan sebelum menikah dan akhirnya belum siap menerima tanggung jawab untuk berkeluarga.
Sistem sanksi yang diberlakukan untuk kasus kejahatan yang dilakukan oleh para ibu juga tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh syariat. Sehingga tidak menimbulkan efek jera dan akhirnya tetap berulang terjadi di belahan bumi lainnya.
Sedangkan dari sistem ekonomi kapitalisme, penerapannya melahirkan berbagai macam problem, seperti kesenjangan sosial, jerat riba, mahalnya segala kebutuhan, tidak adanya jaminan keamanan, dan lainnya yang tidak hanya berimbas pada kaum laki-laki, tetapi juga berpengaruh pada para ibu.
Sungguh, sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini terbukti menaikkan tingkat depresi kaum ibu. Sistem ini tidak sesuai dengan fitrah perempuan yang membutuhkan penjagaan dan perlindungan.
Berbeda dengan sistem Islam. Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama sehingga negara akan berperan penuh untuk merealisasikan peran dan fungsi ini.
Sistem pendidikan Islam juga bervisi mencetak generasi berkepribadian Islam, yaitu generasi yang mempunyai pola pikir dan sikap sesuai Islam. Dalam konteks ini, Islam menyiapkan kaum perempuan agar kelak dapat menjalankan kewajibannya, yaitu sebagai ibu dan manajer rumah tangga.
Selain itu, sistem Islam akan melindungi kaum perempuan (terutama para ibu) dari depresi. Di antara aturan tersebut adalah Islam mewajibkan suami/ahli waris untuk memberikan nafkah kepada istri. Alhasil, istri tidak wajib banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam penerapan sistem pergaulan, seperti penjagaan hubungan perempuan dan laki-laki untuk mencegah terjadinya zina, Islam juga memiliki aturannya tersendiri. Para calon ibu akan terjaga kesuciannya dan bisa menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menjadi ibu generasi.
Semua aturan yang demikian akan menjaga para calon ibu dan ibu dari tekanan yang menyebabkan mereka depresi.
Kesempurnaan sistem Islam tampak dari sistem pendidikan yang mampu membentuk kepribadian islam, sistem sanksi dan juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebaikan, ketaatan dan keberkahan Allah. Jadi, sudah sepantasnya negara mengambil Islam sebagai solusi untuk menghidupkan naluri ibu dan agar depresi pada ibu tidak terjadi lagi.
Wallahu’alam Bish-shawwab