Ironis, Pesta Pora di Tengah Derita Bencana Cianjur

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ironis, Pesta Pora di Tengah Derita Bencana Cianjur

Oleh Eva (Komunitas Tinta Pelopor)

 

Kontestasi pemilihan presiden 2024 masih 2 tahun lagi. Meski demikian upaya calon pasangan untuk membuat citra dirinya terhadap publik sudah banyak dilakukan. Salah satunya diselenggarakannya acara yang dikemas dalam silaturahmi nasional bertajuk Nusantara Bersatu di Stadion GBK Jakarta pada hari Sabtu, 26 November 2022.

Acara ini digagas oleh gabungan relawan Jokowi seluruh Indonesia. Sayangnya, acara tersebut membuat ramai di perbincangan publik. Betapa tidak, gelaran ini menyisakan 31 ton sampah yang berserakan di lokasi sehingga mengotori area sekitaran GBK. Dalam gelaran tersebut, Jokowi memaparkan sejumlah keberhasilannya selama memerintah dalam kurun waktu 2 periode terutama dalam bidang infrastruktur. Bahkan juga menjabarkan sejumlah catatan penting untuk dicermati para relawannya tentang sosok dan calon pemimpin masa depan di tahun 2024 nanti.

Hanya saja, dalam hal ini publik menyoroti hingga berujung viral di media sosial ialah penampakan lautan sampah di GBK pasca acara. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sampai  mengerahkan 500 personel pasukan oranye untuk membersihkan dan mengangkut sampah dan berhasil mengumpulkan total 31 ton beragam jenis sampah usai acara tersebut. “Semua terlibat dalam membereskan sampah ini, baik dari kasudin, kasatpel, hingga petugas jasa layanan perorangan semua terlibat,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, dikutip Antara.

Selain acara ini menghasilkan sampah, juga merupakan gambaran dari empati yang hilang. Sebab belum lama ini negeri ini diguncang bencana gempa di wilayah kota Cianjur, Jawa Barat. Para korban masih banyak yang membutuhkan pertolongan dan bantuan.

Dikutip dari bbc.com(23/11/2022), data terakhir hingga sabtu 26 November 2022 korban jiwa yang meninggal dunia akibat gempa bumi di Cianjur bertambah menjadi 318 orang. Hal ini disampaikan oleh Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Fajar Setyawan kepada wartawan. Belum lagi, ratusan infrastruktur dan fasilitas publik juga ikut terdampak.

Dilansir kompas.com (26/11/2022), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 526 infastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran, dan tiga fasilitas kesehatan. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit.

Sangat disayangkan di tengah duka lara gempa Cianjur, penguasa justru mengadakan pertemuan besar demi eskalasi politiknya yang tentunya menghabiskan biaya besar pula apalagi di tengah suasana politik menjelang pemilu 2024, pertemuan dengan relawan pasti ‘rawan’ ditunggangi dengan kepentingan ‘pribadi’ dalam hal jabatan/kekuasaan. Dugaan adanya ‘penipuan kegiatan’ makin menguatkan hal tersebut.

Sudah menjadi kebiasaan penguasa dalam sistem kapitalisme saat ini yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibanding urusan rakyat. Hal ini muncul karena paham kapitalisme menjadikan penguasa hanya melihat asas manfaat sebagai tujuan dari kebijakannya. Penguasa saat ini akan melihat mana peluang yang lebih besar untuk menaikkan kepemimpinannya. Dengan berbagai cara dapat dilakukan mulai dari pencitraan, kunjungan kepada korban bencana demi formalitas, atau menghimpun massa dengan dalih relawan.

Bagi penguasa kapitalisme hal itu lebih penting daripada mengurus korban secara langsung. Sebab politik demokrasi yang dijunjung tinggi demi eksistensi kapitalisme mengharuskan penguasa yang legal ialah mereka yang memiliki suara mayoritas. Oleh karena itu rakyat bisa melihat masih saja ada penguasa yang melakukan pencitraan di tengah bencana bahkan di tengah himpitan sulitnya ekonomi.

Sungguh berbeda dalam pandangan Islam. Tidak hanya sekedar agama formalitas belaka tetapi Islam memiliki aturan yang sangat sempurna dan menyeluruh.

Dalam Islam, hubungan antara penguasa dan rakyat harus saling menguatkan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

“Tidaklah seorang pemimpin mengurusi urusan kaum muslim kemudian tidak bersungguh-sungguh untuk mengurusi mereka dan tidak menasehati mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka” (Shahih Muslim). Di hadits yang lain, Rasul saw bersabda : “Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat. Dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya” (Shahih Al Bukhori).

Makna ar rai’ menurut Ahmad bin Muhammad bin Abi bakr bin Abdul Malik Al-Qashalani dalam irsyad As-sari Li Syarh Shahih Al Bukhori ialah penjaga, pemelihara, wali, pelindung, pengawal, pengurus, pengasuh yang diberi amanah.

Pemimpin wajib mewujudkan kemaslahatan kepada siapa saja dibawah kepemimpinannya. Maka ketika sistem Islam diterapkan dalam kurun waktu 1300 tahun lebih lamanya, kita akan menemukan banyak sekali penguasa yang begitu luar biasa memberi perhatian penuh kepada rakyatnya.

Salah satu dianataranya adalah kepemimpinan Umar bin Khaththab. Dimana pada masa kekuasaan beliau, pernah terjadi paceklik pada akhir tahun 18 H di bulan Dzulhijah yang berlangsung selama 9 bulan. Masyarakat mengalami kesulitan. Kekeringan mulai melanda seluruh bumi Hijaz, orang-orang mulai merasakan sangat kelaparan sehingga banyak dari mereka yang beramai-ramai ke Madinah untuk mencari bantuan kepada penguasa Umar bin Khattab saat itu. Sikap amirul mukminun pun sigap dan tanggap. Beliau mendirikan tungku-tungku dan posko-posko bantuan makanan yang dananya diambil dari Baitul Maal.

Saat itu bantuan hanya bisa mencukupi kebutuhan 6000 penduduk saja. Di tengah usaha keras beliau tetap mencukupi kebutuhan rakyatnya, Al-Faruq pun juga tegas pada dirinya sendiri. Beliau berkata : “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan”. Pada masa itu Umar bin Khattab hanya makan roti dan minyal sehingga kulitnya berubah menjadi hitam. Beliau rela ikut menanggung rasa lapar, menahan dirinya untuk tidak makan enak karena begitu prihatin dengan nasib rakyatnya bahkan beliau menolak makanan berupa daging dan hati unta yang telah disiapkan untuk beliau. Justru beliau menyuruh Aslam untuk membagikan makanan tersebut kepada rakyatnya.

Inilah sosok penguasa dalam sistem Islam. Mereka mengurus rakyat dengan sepenuh hati bukan untuk kepentingan eksistensi kepemimpinanya melainkan demi menjalankan kewajibannya yang Allah SWT berikan.

wallahu’alam bish showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *