Persoalan Perempuan Selesai Dengan Ulama Perempuan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Sri Rahayu

 

Pengertian ulama secara gamblang telah dijelaskan oleh syariat. Ulama, pewaris nabi kedalaman ilmunya, menjadikan takut kepada Allah. QS Al Fathir (35):28] “Sesungguhnya mereka yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama.”

Ulama menjadi harapan dan tumpuan umat untuk memberikan petunjuk karena berpegang pada Islam. “Sesungguhnya perumpamaan Ulama dimuka bumi laksana bintang-bintang yang ada di langit yang menerangi gelapnya bumi dan laut. Apabila padam cahayanya maka jalan akan kabur”. (HR. Ahmad).

“Sesungguhnya kedudukan seorang alim sama seperti kedudukan bulan diantara bintang-bintang, Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Demikianlah ulama mengembangkan dan mengajarkan yang haq (Islam) baik dalam masalah ibadah maupun muamalah, semata-mata untuk meraih ridhaNya dan bukan keridhaan manusia.

Sebagaimana dilansir Kompas.com 19/02/2021, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) tentang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak berbasis masjid. MoU tersebut ditandatangani langsung oleh Menteri PPPA Bintang Puspayoga dan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar di kantor Kementerian PPPA, Jumat (19/2/2021)

Imam Masjid Istiqlal akan merealisasikan MOU tersebut dengan program untuk melahirkan ulama perempuan, agar persoalan perempuan dapat diselesaikan. Program ini menarik untuk kita cermati, ke mana arahnya?

Pertama, apakah tujuan yang hendak dicapai dengan membentuk pengkaderan ulama perempuan tersebut? Untuk kepentingan Islam dan kaum musliminkah? Atau jangan-jangan untuk memperkuat dan menjaga ideologi kafir penjajah bernama sekulerisme.

Kedua, kalau program ini sejalan dengan pandangan kapitalisme tentu berbahaya. Karena kapitalisme memiliki cara pandang khas terhadap perempuan, yaitu sebagai objek eksploitasi.

Atas nama kebebasan, perempuan dibidik dan dieksploitasi demi kelanggengan ideologi mereka. Perempuan dibimbing agar melepaskan dirinya dari pakaian taqwa dan ketaatannya pada syariatNya. Dapat kita bayangkan apa yang terjadi ketika perempuan lepas dari syariat Islam. Tentu kegoncangan dahsyat menimpa keluarga, anak, generasi, masyarakat dan negara.

Ketiga, benarkah persoalan perempuan akan selesai jika dimunculkan ulama perempuan?

Persoalan perempuan tak dapat di selesaikan dengan banyaknya jumlah ulama perempuan yang sejalan dengan ideologi sekulerisme . Karena hakikatnya, hanya aturan Allah yang mampu menyelesaikan secara tuntas. Ketika Allah Subhanahu wata’ala menciptakan manusia, Allah telah membuat aturan terbaik untuk kita. Aturan Allah pasti sesuai fitrah, memuaskan akal dan menenteramkan batin dan dijamin pasti menyelesaikan secara tuntas. Karena Islam Dien yang kamil dan syamil. Jelaslah bahwa solusi persoalan perempuan bukan karena hadirnya ulama perempuan.

Keempat, persoalan manusia termasuk persoalan perempuan adalah persoalan sistemik. Yaitu persoalan yang lahir akibat dari penerapan ideologi buatan manusia bernama sekulerisme.

Sebagai gambaran kesempurnaan Islam dapat kita rasakan ketika satu hukum diterapkan pasti membawa kebaikan pada aspek-aspek lainnya. Satu hukum tentang pakaian saja misalnya, mampu menyelesaikan persoalan- persoalan hidup lainnya. Perempuan yang mengenakan jilbab dan khimar, tentu telah menyelamatkan jutaan mata yang haram melihat aurat terhindar dari perbuatan dosa. Demikian juga di bidang bisnis dan muamalah tentu menyuburkan industri pakaian muslimah. Bisnis yang berjalan akan mengikuti selera dengan standar syariah.

Demikianlah, kesalahan paradigma memandang persoalan akan menuai kesalahan dan gagal berpikir benar.

Wahai kaum muslimin tetaplah fokus persoalan umat dan bagaimana syariah menyelesaikannya. Jangan mudah terkecoh oleh tawaran kafir penjajah yang bukan menyelesaikan persoalan perempuan tapi justru menjadikan perempuan dieksploitasi dan menjadi budak-budak kapitalisme. Ingat persoalan itu tak mengenal jenis kelamin. Persoalan adalah persoalan dan tentu solusinya pasti ada pada Islam, bukan yang lain. Karena Islam ideologi shohih sementara selain Islam menimbulkan kerusakan semata. Jadi persoalan tak butuh solusi laki atau solusi perempuan. Masalah manusia semuanya sudah ada rumusnya, yaitu hanya selesai tuntas dengan menerapkan hukum Allah secara kaffah. Wallahu a’lam bi shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *