Persatuan Umat Mewujudkan Keadilan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

 

Oleh : Ummu Salman
(Pendidik generasi)

Perdamaian, sudah seharusnya diwujudkan dalam tatanan kehidupan dunia, sebab hanya dengan kondisi damai, maka tujuan penciptaan dan kehidupan manusia akan mampu tertunaikan dengan baik.

Namun, apa jadinya jika suatu wilayah, seringkali teancam bahkan terkoyak keamanannya hingga berpuluh-puluh tahun lamanya dan belum mampu merasakan kedamaian hingga saat ini. Sebagaimana yang terjadi selama ini di salah satu negeri muslim yakni palestina.

Konflik anatara Palestina-Zionis israel hingga kini belum ada tanda-tanda akan berakhir. Karenanya, tentu sangat dibutuhkan peran nyata, wilayah negeri muslim lainnya agar membantu saudara mereka dalam penyelesaian konflik berkepanjangan yang telah terjadi selama ini.

Dilansir dari SERAMBINEWSCOM, 23 Mei 2021. Uni Emirat Arab (UEA) siap memfasilitasi perdamaian Palestina dan Israel, seusai keduanya sepakati gencatan senjata.

Kantor berita negara UEA, Minggu 23/5/2021) melaporkan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al-Nayhan siap mewujudkan perdamaian.

Komentar Sheikh Mohamed datang saat panggilan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi.

Dia memberi apresiasi ke Mesir yang telah berhasil menggerakkan gencatan senjata Israel dan Palestina setelah 11 hari pertempuran.

UEA, yang tahun lalu menandatangani perjanjian menormalkan hubungan dengan Israel, siap bekerja dengan semua pihak.

Khususya mempertahankan gencatan senjata.

Kemudian, menemukan cara baru untuk mengurangi eskalasi dan mencapai perdamaian, ucap Sheikh Mohammed.

Sedangkan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Sabtu (22/5/2021) mengatakan permusuhan Palestina dan Israel telah dihentikan dengan gencatan senjata.

Tetapi, untuk mencapai perdamaian abadi harus didasarkan pada solusi dua negara, dialog dan resolusi PBB yang relevan.

*Perhatian Dunia Islam*

Konflik Palestina-(Zionis) israel telah menarik perhatian negara-negara dunia, termasuk respon keras umat muslim dari berbagai penjuru. Demikian juga kecaman serta protes yang telah terjadi di berbagai wilayah, termasuk negeri-negeri muslim dan para pemimpin mereka.

Namun sangat disayangkan, tindakan yang dilakukan dalam protes menanggapi konflik Palestina-(Zionis) israel masih sebatas kecaman sebagaimana yang ada di beberapa wilayah negeri muslim.

Belum lagi gencatan senjata yang menjadi salah satu pilihan atas solusi konflik yang terjadi, menunjukkan ketidaksempurnaan pembelaan atas saudara muslim di palestina yang merupakan korban permusuhan yang terjadi selama ini.

Bahkan, dengan gencatan senjata serta perdamaian sementara tersebut dikhawatirkan menjadi sarana Zionis israel dalam memulihkan kembali kekuatan yang dimilikinya, hingga pada akhirnya kembali melakukan penyerangan terhadap wilayah palestina, tentu ini merupakan kekhawatiran, sebab telah sangat banyak korban yang berjatuhan akibat konflik yang berkepanjangan tersebut.

Disisi lain, umat muslim juga pasti berharap, agar dunia islam tidak _enggan_ mengirimkan pasukan militernya dalam memberikan solusi tuntas untuk menghentikan pendudukan dan membuat Zionis agar keluar dari bumi palestina yang diberkahi.

Sebab tidak dipungkiri, adanya hubungan dagang serta normalisasi hubungan diplomatik atas dunia islam seolah menjadi “batu sandungan” tersendiri bagi mereka dalam rangka mengambil keputusan yang tegas terhadap konflik palestina dengan Zionis israel agar mengakhiri penjajahannya selama ini.

Peliknya permasalahan aqidah dan kemanusiaan yang seolah tidak berujung tersebut, menegaskan bahwa terpisahnya aturan Allah swt sebagai Al-khaliq Al-mudabbir dengan kehidupan skala luas, meniscayakan penerapan aturan hasil kesepakatan manusia diterapkan dalam segala aspek.

Hal ini telah mendorong manusia termasuk kaum muslimin sendiri, dalam rangka hidup terpisah dengan sesama kaum mislimin yang lainnya dengan sekat wilayah (bangsa), hingga menjadikan mereka tidak lagi berada dalam satu pemikiran, perasaan dan peraturan.

Tentu dengan keadaan yang sudah berlarut-larut ini, umat muslim merindukan persatuan untuk mewujudkan secara bersama-sama kesatuan yang hakiki dalam rangka melakukan pembebasan atas tanah suci palestina. Menggerakkan hati para pemimpin negeri muslim untuk bersatu menolong saudaranya yang teraniaya.

*Butuh Persatuan Hakiki*

Islam dengan kesempurnaan yang dimilikinya, diantaranya adanya syariah yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal keamanan, sudah selayaknya keamanan kaum muslim disandarkan pada syariah yang Allah swt turunkan, sehingga dapat membebaskan negeri islam yang terjajah dari konflik bersenjata.

Besarnya potensi militer di dunia islam, selayaknya akan mampu membebaskan saudara mereka yang saat ini memerlukan bantuan, agar terbebas dari penjajahan, sebagai bentuk kasih sayang sesama muslim, yang memang diperintahkan agar saling mengasihi diantara mereka.

Sabda Rasulullah saw :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا أَّنَ رَسُوْ لَ الله ُصَلَى الله ُعَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَيَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِيْ حَا جَةِ أَخِيْهِ كَانَ الله ُفِيْ حَا جَتِهِ، وَ مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْ بَةً فَرَجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَا مَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Ibnu Umar RA, disebutkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzhaliminya dan juga tidak acuh tak acuh terhadapnya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah memenuhi kebutuhannya. Barang siapa melapangkan saudaranya dari kesusahan, kelak Allah akan melapangkannya dari suatu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa menutup aib saudaranya, kelak Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.”(Muttafaq ‘alaih).

Akan tetapi potensi besar ini hanya dapat diwujudkan apabila kaum muslimin mewujudkan ikatan aqidah islam dalam kehidupan yang nyata, ukhuwah islamiyah inilah yang akan melahirkan sikap saling mencintai, selain itu juga seharusnya menjadi pengikat diantara kaum muslimin, dimanapun mereka berada.

Rasulullah saw bersabda :

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, dll.).

Persatuan umat muslim dimanapun mereka berada, akan menjadikan kekuatan tersendiri bagi mereka, sehingga akan menimbulkan rasa segan diluar kalangan mereka, sebab persatuan ini bersumber dari Dzat yang maha agung.

Allah swt berfirman :

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahagagah lagi Mahabijaksana.” (QS al-Anfal [8]: 63).

Karenanya, menghilangkan batas-batas pemisah ikatan aqidah bagi umat muslim penting untuk dilakukan, dalam rangka menghimpun dunia islam dibawah satu naungan kepemimpinan yang berdasarkan pada syariah islam semata.

Hal yang demikian tidaklah mustahil, sebab kembalinya kepemimpinan islam adalah janji Allah swt dan Rasul-Nya. Inilah yang seharusnya berupaya diwujudkan dengan penuh kesungguhan oleh umat muslim.

Allah swt berfirman :

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ

Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa”. (QS An-Nur: 55).

Hadirnya kembali kehidupan Islam akan mampu untuk mengakhiri seluruh problematika kehidupan kaum muslimin secara keseluruhan, bukan hanya di palestina, namun tentunya di seluruh wilayah negeri-negeri muslim yang saat ini mengalami ketidakadilan dalam kehidupan. Sebab, kepemimpinan islam adalah perisai bagi umat muslim itu sendiri.

Sabda Rasulullah ﷺ,

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang Imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (Khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Dengan demikian, sudah seharusnya umat muslim mengerahkan segenap upayanya dalam rangka berdakwah, menyeru kepada kebaikan islam, serta mencegah dari kemungkaran, agar kehidupan islam yang dijanjikan dapat segera terwujud.

Wallaahu a’lam bishshowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *