Oleh Farizatul Ilmi (Ibu rumah tangga dan Aktivis Dakwah)
Dampak pandemi covid-19 semakin menguak bobroknya sistem kapitalisme. Dampak covid-19 ini juga mengancam seluruh lini kehidupan, terutama ekonomi. Dari segi ekonomi, sistem ini membuat banyak perusahaan gulung tikar sehingga menyebabkan banyaknya karyawan yang di PHK, meningkatnya jumlah penganguran, banyak UMKM yang ditutup. Termasuk di antaranya perusahaan ritel akhirnya gulung tikar karena tak mampunya bertahan. Hingga awal 2021, dampak pandemi covid-19 pun masih terasa di Negeri ini.
Salah satu dampak pandemi covid-19 pada awal 2021 adalah ditutupnya banyak gerai. Salah satu yang diputuskan ditutup oleh HERO Group pada akhir Juli 2021 adalah gerai Giant. Penutupan ini dilakukan untuk lebih memfokuskan pada merek dagang lain, seperti IKEA, dll. Disebabkan pertumbuhan merek dagang ini lebih tinggi dibandingkan Giant. (https://www.liputan6.com, 25/05/2021).
Selain HERO Group, sebelumnya PT Matahari Department Store telah menutup 25 gerai pada tahun 2020. Dan PT ini berencana menutup kembali sebanyak 13 gerai di tahun ini. Selain itu ada juga gerai riteil fashion centro Departement store dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Akibatnya bisnis ritel telah memasuki titik terendah setelah setahun terdampak pandemi, hal dinyatakan oleh Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia, Roy Mandey. (https://www.kompas.id, 28/05/2021).
Ditutupnya beberapa gerai dan ritel di Indonesia saat ini menunjukan gagalnya sistem ekonomi kapitalisme. Mengapa demikian? Bisa terlihat jelas, kondisi ketidakstabilan ekonomi saat pandemi menjadi salah satu penyebab utamanya. Dengan ditutup nya berbagai gerai yang sudah di sebutkan di atas sehingga mengakibatkan banyaknya karyawan yang di PHK, daya beli masyarakat pun ikut menurun akibat tata kelola ekonomi negera yang kurang baik. Disaat pandemi, banyak UMKM ditutup, mengakibatkan dampak pada ekonomi sektor ritel.
Disaat beberapa gerai ritel ditutup, secara langsung mengakibatkan banyaknya karyawan yang di PHK. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran sangat tinggi. sehingga tingginya angka pengangguran tersebut berdampak pada kehilangan daya beli dari pekerja yang di PHK di wilayah tersebut. Dan juga akibat dari tingginya angka pengangguran tersebut berimbasnya pada semakin tingginya angka kemiskinan sehingga menimbulkan penyebab – penyebab yang lainnya seperti meningkatnya kriminalitas, gizi buruk bahkan berimbas pada perceraian. Selain dari itu, peritel akan kehilangan investasinya, mau tidak mau akan menimbulkan kerugian bagi korporasi. Kerugian korporasi ini berdampak pada berkurangnya investasi yang dilakukan oleh investor. Sedangkan investasi sangat dibutuhkan dalam sistem kapitalisme untuk menghidupkan ekonomi suatu negara.
Terpuruknya sektor ritel juga dipengaruhi oleh terjadinya krisis global yang berimbas pada Indonesia. Sebagaimana juga dialami oleh negara-negara lainnya. Kondisi ini membuat masyarakat menurunkan konsumsi ke produk yang lebih murah dan cenderung mengurangi konsumsinya. Selain itu juga terjadinya defisit neraca perdagangan, inflasi mata uang, kebijakan import yang tak menghargai produk lokal. Adanya inflasi ini maka menyebabkan lemahnya mata uang rupiah sehingga harga barang dan jasa cenderung meningkat. Akibatnya daya beli masyarakat juga ikut menurun.
Akar masalah dari semua ini karena terjadinya krisis global kenapa terjadinya krisis global? Karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Semua ini menjadi bukti gagalnya sistem ekonomi kapitalisme pada massa pandemi. Sebelum pandemi saja, ekonomi dunia sudah mengalami kegagalan, apalagi saat pandemi. Sistem ekonomi kapitalisme yang hanya berfokus pada produksi kekayaan semata, bukan pada kesejahteraan. Hal ini membuat para pemilik modal semakin kaya, dan bagi masyarakat menengah atau bawah perekonomian mereka semakin merosot.
Sistem ekonomi yang ideal untuk mengatur perekonomian, menggantikan kapitalisme yang sudah kolaps. Sebagai seorang Muslim, senantiasa mengembalikan semua masalah pada solusi Islam. Dalam Islam, karakter sistem ekonomi Islam sangat berbanding terbalik dgn sistem ekonomi kapitalisme. sistem ekonomi Islam dikenal dengan tiga jenis kepemilikan: kepemilkan pribadi, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Kepemilikan individu dibatasi oleh kepemilikan negara dan kepemilikan umum dimana kepemilikan individu tidak boleh memiliki harta yg terkategoti kepemilikan umum atau kepemilikan negara.
Demikian pula dengan kepemilikan umum, sudah ditetapkan oleh Allah tentang kepilikan umum sehingga menjadi milik bersama kaum Muslim seperti air, tanah, tambang dan sebagainya. Sehingga setiap individu boleh mengambil kekayaan tersebut yang merupakan kepemilikan umum. namun, Allah melarangnya untuk dimiliki secara pribadi.
Tanpa aturan kepemilikan Islam tersebut masyarakat tidak akan mendapatkan kesejahteraan terutama pada sektor rill. Sebab semua itu akan jatuh atau di pegang oleh para pemilik modal. Sehingga pilar penting dari sistem ekonomi Islam adalah bagaimana pendistribusian dari harta kekayaan, baik dari kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Dalam ekonomi Islam kebutuhan dasar rakyat sangat dijamin oleh negara begitu juga kebutuhan sekunder dan tersiernya.
Demikianlah solusi Islam dalam mencegah krisis ekonomi. Andai saja sistem kehidupan Islam yang dipakai untuk mencari solusi atas pandemi dan krisis global ini tentu akan semakin cepat diatasi, karena satu nyawa saja bagi kaum muslim, setara dengan dunia dan seisinya. Dan juga semangat menyelesaikan pandemi ini bukan hanya soal kepentingan ekonomi saja melainkan keseluruhannya.
Untuk itu umat hanya membutuhkan Islam sebagai solusi dari segala solusi yang ada, solusi yang benar benar merata dari yang lingkup terkecil hingga lingkup terbesar, bukan dari sistem kapitalisme yang nyatanya adalah biang kerok dari segala permasalahan yang ada. Semoga umat semakin sadar dan mau kembali diatur oleh Islam bahwa hanya sistem ekonomi Islam lah satu-satunya sistem yang paling terbaik dalam mengurusi perekonomian terutama pada masa pandemi ini.
Wallahu a’lam bisshawab.