Perilaku Absurd Pejabat Kapitalis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Elly Waluyo (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

 

Hujatan demi hujatan terus bergulir, mengomentari perilaku absurd pejabat dalam sistem kapitalis ditengah pandemi. Perilaku yang tidak mencerminkan rasa empati terhadap rakyat yang merupakan subyek penderita dalam penerapan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Hujatan dalam bentuk sindiran terhadap pejabat pemerintah yang membeberkan kenyamanan dirinya menonton sinetron pada saat pelaksanaan PPKM darurat bahkan mengulas kurangnya pengetahuan penulis sinetron tersebut terhadap hukum. Meskipun pejabat juga manusia yang membutuhkan sarana rekreasi untuk menghilangkan kejenuhan dirumah apalagi disaat PPKM darurat yang membatasi mobilitas diluar rumah namun tidak etis jika dibeberkan didepan rakyat yang banyak menanggung penderitaan akibat pandemi.  Tak ada rasa empati terhadap masyarakat yang mungkin kehilangan pekerjaan atau dirampas dagangannya saat pejabat tersebut sedang san(www.suara.com: 2021)

Masyarakat menyoroti beberapa menteri di era pemerintahan ini yang melakukan pelesiran keluar negeri saat PPKM darurat sebagai sense of crisis. “Di tengah situasi domestik yang lagi gawat, sepertinya sense of crisis-nya belum kebangun,” ujar Tauhid Ahmad Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef). Tak perduli dalam negri  sedang mengalami krisis disegala bidang terutama ekonomi dan kesehatan yang kolaps karena tidak memadainya faskes dan banyaknya jiwa yang melayang akibat wabah corvid-19. Ekonomi yang terus terpuruk yang menyebabkan banyak rakyat yang kehilangan pekerjaan. Peringatan presiden untuk tidak melakukan pelesiran keluar negeri selama masa pandemi jika tidak ada hal yang bersifat khusus rupanya tidak diindahkan. (Tempo.co: 2021) Anak dan menantu dari seorang menteri pun tak luput dari sasaran hujatan karena mengunggah foto bulan madunya keluar negeri di media sosialnya saat PPKM darurat berlangsung dalam negaranya. Unggahan yang dianggap sebagai ketidakpekaan terhadap situasi yang terjadi dalam negeri. (Suara.com: 2021).

Ketidakpekaan terhadap kebutuhan utama rakyat disaat pandemi juga  ditunjukkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang meminta berkolaborasi dengan komedian dalam negeri untuk menghibur masyarakat. Menteri tersebut menganggap bahwa masyarakat membutuhkan hiburan sebagai sarana peningkatan imun. “Kalau kita mendapatkan humor, ada hormon endorfin untuk meredakan nyeri dalam tubuh kita saat tertawa, menonton komedi, mendengarkan musik dan makan cokelat” demikian ujar menteri tersebut. (bisnis.tempo.co: 2021).

Sederetan perilaku Absurd pejabat pemerintahan sistem kapitalis akan semakin mempertontonkan bobroknya sistem kapitalis yang memberikan kebebasan indivdu pada penganutnya yang melahirkan pemimpin dan pejabat – pejabat tidak amanah, egois, mementingkan dirinya sendiri yang tak perduli dengan penderitaan orang lain. Ditengah pandemi yang berlarut larut dan semakin parah tidak serta merta membuat para pejabat rezim kapitalis turun tangan secara langsung membantu rakyat yang megap – megap ekonominya akibat Pemberlakuan PPKM Darurat, belum lagi rakyat harus berhadapan dengan kelangkaan oksigen dan pontang – panting mencari rumah sakit yang masih mampu menampung pasien corvid-19 akibatnya banyak jiwa melayang. Bukan berempati, Pejabat-pejabat ini malah memamerkan kenyamanan dirinya yang menggambarkan Seolah kebijakan-kebijakan itu hanya diberlakukan pada rakyat saja namun tidak berlaku bagi pejabat. Kebijakan yang dilahirkannya tak berpihak pada rakyat bahkan malah semakin membebani rakyat, memakmurkan dirinya sendiri dan menguntungkan para pemilik modal. Tentu saja hal ini mematik rasa kecewa rakyat terhadap perilaku tidak peka para pejabat rezim ini dan semakin menurunkan tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

Penerapan Syaria’at Islam secara kaffah dalam sistem Islam melahirkan pejabat-pejabat yang takut pada Allah SWT sehingga menjadikannya amanah dan bertanggung jawab sekaligus berhati – hati dalam menunaikannya. Penguasa sebagai Junnah (pelindung) dan Ra’in (pengurus) yakni pelindung bagi rakyatnya yang mengurus, menjaga dan menyelamatkan rakyat. Beratnya tanggung jawab penguasa dan pejabat tak kan mungkin dipahami oleh penganut kapitalis. Kepemimpinan sesuai Syaria’at Islam menjadikan warga negaranya makmur, aman dan sejahtera. Kebijaksanaa kepemimpinan Islam telah dicontohkan 1400 tahun yang lali. Yaitu di masa para Khalifah. Rakyat tanpa harus menunggu atau meminta, Daulah lebih dahulu memberikan hak-hak rakyatnya. Kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang diterapkan saat wabah, dapat melindungi rakyatnya. Daulah menjamin kebutuhan ekonomi rakyatnya disaat lockdown. Orientasi pelayanan kesehatan pada menjaga jiwa membuat negara menjamin pelayanan kesehatan warga negaranya dengan memberikan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan memadai yang dapat diakses secara gratis oleh warga negaranya. Kestabilan sumber pendapatan Daulah yang salah satunya berasal dari sumber daya alam yang dikelola secara mandiri dengan penuh rasa tanggung jawab menyebabkan Daulah mampu bertahan dalam keadaan terburuk sekalipun. Kepemimpnian seperti ini tak kan pernah bisa didapat tanpa penerapan Islam secara kaffah.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *