Perempuan Berdaya di Balik Keseteraan Hak

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Rindi (Guru dan Aktivis Muslimah Jakarta)

Seperempat abad sejak dunia dipaksa mengadopsi aksi Beijing atau (Beijing Declaration platform for action/BPFA). Barat menilai kemajuannya sungguh lambat masih terjadi ketimpangan gender (gender parity) yang menghambat capaian kesetaraan. Pada tahun 2020 ini World Economic forum (WEF) mengingatkan dunia akan komitmen internasional menuju target capaian Sustainable Development Goals/SDGs 2030 yang bersinergi dengan peringatan BPFA+25.

“Ketidaksetaraan gender mengakibatkan dampak negatif dalam berbagai aspek pembangunan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga pertahanan dan keamanan. Beberapa lembaga internasional melihat ketidaksetaraan gender memiliki hubungan yang kuat dengan kemiskinan, ketidaksetaraan akses pendidikan, layanan kesehatan, hingga akses keuangan,” tutur Sri Mulyani.

Derita Perempuan dan Keluarga

Kerusakan sendi-sendi hubungan sosial kemasyarakatan. Baik dalam masalah pribadi ataupun publik. Yang sudah menjadi kenyataan yang kini kita hadapi.

Masyarakat dunia serempak memiliki penyakit sosial yang berawal dari pembangkangan mereka terhadap syariah Islam kaffah. Padahal aturan-Nya sungguh sederhana sekaligus kompleks dalam menjaga keharmonisan sosial antar-anggota masyarakat dan keluarga.

Peranan liberal yang disandang kapitalisme ikut menjadi bagian untuk penghancuran peran sentral anggota keluarga. Persaingan ekonomi yang keras menekan perempuan untuk memasuki dunia kerja.

Mereka dipaksa untuk menggantikan peran laki-laki sebagai pencari nafkah sekalipun jika mereka ingin tinggal di rumah dan merawat anak-anak.

Peradaban kapitalistik juga telah mereduksi nilai perempuan Hanya dianggap berharga bila mandiri secara finansial.

Posisi perempuan dalam dunia kerja tak jarang turut memelihara mental laki-laki tentang ketidakpedulian terhadap tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

Betapa banyak perempuan yang depresi akibat memikirkan posisi nya sebagai pegawai di dunia kerja, plus bertanggung jawab mengendalikan rumah dan keluarganya.

Wajar bila kerap terjadi pertengkaran tentang hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Yang saling menuntut akan hak dan kewajibannya. Banyak pasangan tak mampu melewatkan ujian pernikahan sehingga perceraian menjadi pilihan logis. Apalagi ketika perempuan memiliki penghasilan. Belum lagi masalah pengasuhan anak.

Masalah ekonomi yang di atasi dengan cara memosisikan perempuan sebagai pencari nafkah. Maka tak jarang banyak anak-anak yang kurang perhatian.

News, Indonesia. — Jika ditotal, setidaknya terdapat 40 anak usia sekolah, sebagian besar anak-anak yang ditinggalkan oleh ibu dan bapak untuk mencari nafkah di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI).

“Kegiatan belajar ini dapat menjadi saluran bagus bagi mereka agar mereka tidak terlalu bersedih karena ditinggal oleh ibu mereka dan bahkan oleh kedua orang tua mereka,” jelas Suprihatin.

Ibu madrasah pertama yang tak berperan. Akan melahirkan generasi yang jauh dari Islam. Hingga kehidupan jauh dari Islam.

Begitu berat hidup rumah tangga. Ada pula yang menunda atau menghindari kehamilan demi mengejar karier. Dengan menolak melahirkan, bagaimana mereka mampu mewujudkan fitrah keibuan yang telah Allah Swt berikan?

Kodrat yang Tak Bisa Disalahkan

Laki-laki dan perempuan sudah terlahir dengan kodrat yang berbeda. Allah telah menciptakan dan harus dijalankan sebagaimana mestinya. Sebagai seorang perempuan menuntut hak kesetaraan dengan laki-laki adalah menyalahi kodratnya.

Seorang perempuan lebih mendominasi kepada perasaan yang Allah sudah lebihkan sebagai tempat berkasih sayang bagi seorang anak dan pasangannya.

Karena perempuan ditakdirkan untuk menjadi ibu dan mengurus rumah tangga. Terlebih soal anak. Perempuan memiliki hak, tugas dan kewajibannya tersendiri. Bukan berarti perempuan terbelakang.

Tapi kodrat yang ditetapkan sudah pasti untuk memuliakan perempuan itu sendiri. Bagaimana jika perempuan bersikeras untuk tetap berada di luar rumah untuk menjadi tulang punggung bagi keluarga.

Tentu ke depan bangsa akan hancur. Jika generasinya tidak di pupuk dan di bekali ilmu. Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya.

Jika seorang anak sudah tidak mendapatkan pendidikan pertamanya. Lalu di serahkan begitu saja kepada sekolah atau tenaga pendidik. Belum cukup untuk menjadikan anak-anak tersebut untuk menjadi generasi penerus bangsa terlebih bagi agama.

Sumber dibalik kesetaraan hak yang digagas oleh Barat adalah sumber malapetaka. Kemajuan gender yang dipropagandakan hanyalah mantara sihir yang menyuburkan mimpi perempuan dan kekuarganya untuk meraih kebahagiaaan semu. Yang parameternya hanya bernilai materialistik.

Yang disuarakan untuk menyetarakan adalah perempuan yang menginginkan kesamaan terhadap pengaruhnya di bidang pembagunan, ekonomi, sosial, hingga pertahanan dan keamanan.

Padahal realitasnya, kapitalis yang serakah terus menerus mengeksploitasi perempuan demi mewujudkan totalitas hegemoni atas dunia.

Dunia yang disetir oligarki pengendali multi nasional corporation strategi setelah menguasai SDA vital dan bisnis global tentu.

Mereka membutuhkan SDM untuk mengelola produksi barang dan jasa di korporasi miliknya tenaga kerja perempuan memiliki keunggulan komparatif karena itu ditebarkanlah propaganda demi memobilisasi keterlibatan mereka yang akan menjadi sumbangsih bagi kesejahteraan keluarga dan bangsa.

Kembali kepada Junnah, Perempuan akan Damai

Beginilah kerusakan yang dirasakan di seluruh penjuru dunia. Bagaimana sistem yang dipakai saat ini adalah kapitalis yang hanya memikirkan dari segi materialis. Dan liberalisme hingga kesetaraan gender yang menghancurkan masyarakat.

Untuk menghentikannya yang kita butuhkan adalah pemecahan masalah secara struktural bukan secara individual. Dunia butuh khilafah.

Negara yang tidak akan tunduk terhadap undang undang buatan manusia. Dan akan menerapkam Islam secara kaffah.

Hanya khilafah yang menjadi solusi yang mampu melaksanakan ketentuan Allah. Sekaligus menjamin keberkahan kehidupan.

Wallahu’alam bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *