Oleh: Rumaisha 1453 (Aktivis BMI Kota Kupang)
Negeri dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah hingga hari ini masih dililit persoalan ekonomi yang kompleks dan karut marut. Iya, inilah negeri yang dijuluki zamrud khatulistiwa, dan paru-paru dunia. Tetapi pada kenyataanya, rakyat tidak tersejahterakan dengan limpahan kekayaan ini, akibat salah kelola ekonomi ala kapitalis.
Perekonomian Indonesia diprediksi kuat akan mengalami resesi pada kuartal II-2020. Hal ini terlihat dari peluncuran laporan Bank Dunia untuk ekonomi Indonesia Juli 2020. Resesi akan terjadi jika kasus covid-19 di Indonesia terus meningkat. Direktur Eksekutif Indef Taufik Ahmad menjelaskan, resesi dapat dilihat dari keadaan masyarakat yang pendapatannya semakin menurun, kemiskinan bertambah, sehingga masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. (https://finance.detik.com, 18/07/2020).
Akibat pandemi covid-19 bukan hanya Indonesia yang terkategorikan negara berkembang yang diperediksikan kuat akan mengalami resesi. Akan tetapi sebelumnya banyak negara maju seperti Singapura, Jepang, Hong Kong, Jerman, Perancis, dan Italia sudah mengalami resesi pada pada kuartal sebelumnya. Dan kini Indonesia dan Amerika Serikat yang menjadi negara adikuasa sedang menunggu giliran resesi di kuartal berikutnya. (http://www.cnbcindonesia.com, 19/07/2020).
Resesi sudah didepan mata, akan tetapi kebijakan penguasa di Negeri ini belum menunjukan keseriusan dalam menghadapi sebuah masalah besar ini. Jangan sampai sejarah tahun 1998 berulang kembali. Sejarah seharusnya dijadikan sebagai pembelajaran untuk memperbaiki keadaan yang sekarang. Disaat masyarakat sedang kesulitan dalam menghadapi musibah berupa kehilangan orang-orang terdekat mereka, masyarakat pun dihantui lagi dengan resesi ini.
Para ahli pun mendorong masyarakat mengatisipasi resesi ini dengan gaya hidup hemat dan menyiapkan alternatif pekerjaan. Jangan kan dengan dorongan para ahli ini, masyarakat pun sudah terlebih dahulu menghemat karena banyak kebijakan pemerintah sebelumnya yang memaksa mereka hidup hemat. Dengan kenaikan tarif listrik, iuran BPJS yang dinaikkan, tunjangan guru yang dihentikan, bahkan diterbitkannya tapera. Secara otomatis semua kebijakan ini menuntut masyarakat untuk berusaha jauh lebih keras dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Jangankan dengan mencari pekerjaan alternatif, semejak pandemi saja banyak masyarakat terutama banyak pegawai yang sudah kehilangan pekerjaan alias menjadi pengangguran. Meyediakan lapangan pekerjaan apalagi ditengah pandemi merupahkan tugas negara. Bukan tugas dari seorang ahli yang sebatas memotivasi belaka. Karena perekonomian masyarakat pada ambang keterpurukan, dan ini juga berpengaruh besar pada pendapatan negara.
Tidak cukup mengantisipasi dengan dua hal yang disarankan oleh para ahli, akan tetapi perlu solusi tuntas untuk bisa mengatasi masalah perekonomian yang sudah mengakar di Negeri ini. Resesi merupakan cacat bawaan sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di Indonesia. Karena dalam sistem ekonomi kapitalis yang menjadi standar adalah bukan kesejahteraan rakyat, tapi hanya manfaat belaka. Materilah yang menjadi standar atas segala kebijakan penguasa yang diambil hari ini. Hal ini berbading terbalik dengan sistem ekonomi Islam.
Dalam sistem ekonomi Islam diatara tugas penting yang diemban oleh negara adalah menjamin pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok setiap warga negara. Juga menjamin adanya peluang setiap individu rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelengkap pada level tertinggi yang mampu dicapai. Berkaitan dengan jaminan kebutuhan pokok ini, Allah SWT menyerukan untuk setiap individu berusaha mencari rezeki dalam upaya memenuhi kebutuhan pokoknya, dan orang yang dibawah tanggungannya, dengan negara menyediakan lapangan pekerjaan, serta sarana prasarana yang mendukung.
Syara’ juga membolehkan setiap individu memiliki dan memanfaatkan harta dengan membolehkan yang sifatnya umum. Pembolehan ini akan mendorong individu tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti bekerja, berburu, membuat pabrik, dan sebagainya. Semua aktivitas ini tidak terlepas dari pengawasan negara. Sehingga dalam sistem ekonomi Islam rentan terjadi resesi, dan perekonomiannya pun tetap stabil.
Dengan demikian dalam menghadapi wabah pun negara tidak kesulitan dalam memikirkan resesi. Dan rakyat pun tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena problem asasi ekonomi Islam bertumpu pada distribusi kekayaan, bukan produksi kekayaan ala sistem ekonomi kapitalis. Negara pun memiliki simpanan di Baitul Mal yang berasal dari pos pemasukan jizyah, Kharaj, dan ‘usyur yang dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat terjadi wabah seperti saat ini.
Sayang seribu sayang yang diterapkan hari ini adalah sistem perekonomian kapitalis, yang membuat masyarakat semakin tercekik. Maka dari itu perlu mendorong masyarakat untuk memahami cacat bawaan sistem kapitalis ini. Setelah masyarakat paham pasti adanya penolakan untuk tidak lagi menerapkan semua yang dibawa oleh sistem hari ini, dan kembali kepada sistem yang mulia dari Sang Pencipta. Yang akan menerapkan seluruh aturan, dan hukum illahi termasuk bagian ekonomi. Seperti firman Allah SWT yang artinya, “Kemudian Kami menjadikan kamu berada diatas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu, dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (TQS. Al-Jatsiyah: 18).
WalLahu a’lam bi ash-shawab.