Perangi Terorisme Dan Bela Palestina, Bagaimana Caranya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam/ Dosen dan Pengamat Politik

 

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menegaskan tentang pentingnya memerangi terorisme dan membela perjuangan Palestina. Seperti dilansir Iqna.ir pada Senin (30/11), hal itu disampaikan dalam pertemuan ke-47 Dewan Menteri Luar Negeri OKI yang sedang berlangsung di Niamey, Niger. Pertemuan itu juga menekankan persatuan dunia Muslim dalam menangani Islamofobia untuk perdamaian dan pembangunan.

Para peserta pertemuan membahas masalah Palestina, melawan Islamofobia, komunitas Muslim di negara non-anggota, dan memerangi antara lain ekstremisme, terorisme, dan kekerasan. Dalam kesempatan itu Sekretaris Jenderal OKI Yousef Ahmed Al-Othaimeen menggambarkan terorisme sebagai ancaman paling berbahaya yang dihadapi dunia. Ia mengatakan OKI menegaskan bahwa tidak ada hubungan antara Islam dan terorisme. Ia juga merujuk pada tindakan anti-Islam baru-baru ini dan mengatakan bahwa upaya internasional diperlukan untuk melarang penodaan kesucian agama.

Sementara itu Presiden Niger Mahamadou Issoufou mengatakan Islam adalah agama perdamaian dan kasih sayang. Ia juga mengatakan agama tersebut tidak ada hubungannya dengan terorisme. Para menteri luar negeri OKI akan mengadopsi resolusi dan proklamasi ‘Deklarasi Niamey’. Sedangkan Sekretaris Jenderal OKI dan presiden sesi CFM ke-47 rencananya dijadwalkan untuk mengadakan konferensi pers bersama setelah pertemuan dua hari tersebut berakhir yang dimulai sejak Sabtu lalu. (republika.co.id. 30/11/2020)

Akhir-akhir ini kembali banyak beredar informasi tentang aksi terorisme. Dari benua Eropa hingga ke Asia, wabilkhusus dinegeri-negeri muslim. Ditambah beberapa kasus islamophobia juga yang kian meningkat tanpa henti. Sehingga, perkumpulan ummat Islam lintas bangsa dan Negara seperti OKI merasa sangat perlu untuk merespon semua kejadian yang terjadi. Apalagi untuk isu terorisme yang mengglobal juga Palestina yang selalu menyentuh hati banyak manusia. Lalu pertanyaannya adalah, apakah OKI mampu berbuat lebih sekedar hanya konfrensi dan mengecam? Jika OKI mengajak memerangi terorisme, dengan cara apa? Bersama siapa? Bukankah semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul dibenak kaum muslimin?

Ajakan untuk memerangi terorisme adalah sesuatu yang harus dan sangat mulia. Dalam hal ini, OKI benar telah mengajak kebaikan. Setiap negara di dunia ini tentu tidak ingin menjadi sasaran brutal aksi terorisme yang terus terjadi. dan terorisme adalah perbuatan yang dilandasi keyakinan tanpa Ketuhanan. Artinya, mengaitkan terorisme dengan agama tertentu adalah suatu ketidakbijaksanaan. Semua pasti sepakat dengan hal ini. Teroris adalah teroris. Penjahat global yang membuat onar dan kerusakan serta selalu menebar terror (ketakutan).

Yusuf Ahmed (sekretaris jenderal OKI) mengatakan bahwa terorisme sebagai ancaman paling berbahaya yang dihadapi dunia. Tidak salah, namun kurang tepat. Sebab, yang paling berbahaya itu adalah pemain dan pemelihara para teroris ini dibalik layar. Tanpa adanya dukungan dari satu kekuatan besar, baik berupa modal, jaminan hukum, serta kerjasama yang kuat dan rapi, para teroris ini tidak akan bertahan dan tumbuh subur. Faktanya, teroris ini menjamur. Jika mereka adalah organisasi kecil dengan sedikit anggota, masa iya dengan kecanggihan teknologi penyadapan dan intelligent hari ini tidak mampu mendeteksi dan membongkar hingga ke akar-akarnya? Eropa, Amerika, Rusia, Australia misalnya, Negara-negara Maju yang kerap didatangi teroris, tetapi tidak mampu melumpuhkannya. Sangat sulit diterima nalar sehat bukan?

Sialnya, meskipun semua organisasi kaum muslimin seperti OKI dan lainnya sudah menyampaikan bahwa tidak ada relasi sedikitpun antara Islam dan terorisme, tetap saja pelaku selalu identik bernama ke-arab-araban yang notabene beragama Islam. Jika bukan muslim, maka pelakunya tidak disebut teroris melainkan separatis, gunman, manusia bar-bar, vandal, dan sebagainya. Kenapa kata “terorisme” hanya disematkan jika pelakunya bernama ke  arab-araban dan ujung-ujungnya yang dituduh adalah Islam dengan lebel dibelakang “ektrism atau radikal?”

Semua Negara-negara barat kapitalis mengaminkan hal ini. Seolah-olah bersepakat bahwa terorisme adalah Islam dan pelakunya adalah muslim. Buktinya? Itu tadi, mereka hanya menyematkan satu kata untuk mengelabui ummat dengan istilah ekstrim dan radikal. Dan mereka menghembuskan kalimat beracun, “itulah ajaran islam temtang jihad melawan kafir atau perjuangan menegakkan Negara Islam. Sungguh permainan propoganda yang amat rapi dan sistemik.

Ummat Islam khususnya kalangan pelajar merasa tertuduh dan merasa butuh merespon perkara ini tanpa membuka mata menyibak tabir dibalik agenda jahat WOT (war on terrorism) untuk memushui Islam. Akhirnya, para pelajar dan organisasi antarbangsa baik  muslim maupun tidak, terjebak permainan WOT dan mengikuti cara kapitalis barat memeranginya. Bagaimana? Tentu dengan kebijakan mereka termasuk mengebiri dan memonsterisasi ide-ide Islam politik agar menjauh dari benak kaum muslimin.

Maka sebenarnya, bukan terorisnya yang diperangi, tetapi Islamlah yang diburu dan juga kaum muslimin. Jika sudah demikian, untuk apa ikut memerangi terorisme? Ikut memerangi agama sendiri? Saudara seiman sendiri? Bukankah semua itu propokasi untuk mengadu domba sesama muslim agar tidak memiliki kesatuan dan kekuatan lagi?

Katanya mau membela Palestina juga? Menghentikan Islamophobia? Jika Islam sebagai keyakinan sendiri diperangi dan ditakuti, bagaiman membela Palestina? Adakah ajaran ideologi lain selain Islam yang memihak  sepenuhnya kepada Palestina? Semua sudah tahu jawabannya. Jika Islam juga dianggap layak dikriminalisasi, lalu apa kekuatan melawan islamophobia? Yang ada, ummat Islam telah terjangkit penyakit islamophobia yang dihembuskan kafir barat.

Sudah banyak resolusi untuk membela Palestina. Sudah banyak proklamasi untuk mendukung Palestina. Apa hasilnya? Israel dan Negara-negara Barat kapitalis selalu berada dipihak yang diuntungkan. Tanpa adanya kekuatan dan kesatuan kaum muslimin dalam memperjuangkan Palestina, maka Palestina tidak akan terbebaskan. Dan perjuangan itu haruslah perjuangan politik.

Perjuangan membebaskan Palestina bersama seorang Khalifah dan pemimpin hebat seperti Umar bin Khattab, Salahuddin Al-ayyubi, serta berani seperti Sultan abdul Hamid Khan. Caranya? Tentu kaum muslimin harus bersepakat untuk mengangkat seorang Khalifah yang akan menegakkan institusi politik Islam, yaitu Khilafah. Simbol kesatuan ummat, dan lonceng kematian bagi musuh-musuh Islam.

Sudah tidak terhitung lagi jumlah kerjasama. Sudah tidak terkira lagi perjanjian memerangi teroris dan islamophobia. Hasilnya? Negara –negara kafir Barat kapitalis juga berada pada pihak yang diuntungkan. Karena ksepakatan hanya berpihak pada mereka. Cara yang dipakai cara mereka, Interpolnya mereka punya, serta idenya juga berasal dari mereka. Adakah aksi teroris berakhir? Adakah Islampobhia berkurang?

Kemudian, dengan cara bagaimana juga agar terorisme berakhir dan islampobia bisa dihentikan? Caranya harus menyampaikan kebenaran ditengah-tengah masyarakat kaum muslimin, bahwa WOT adalah agenda busuk Negara-negara kapitalis global untuk memerangi Islam dan mengalihkan perjuangan politik kaum muslimin. Mereka seolah-olah mengajak memberantas kejahatan terror, tetapi terus membidik ajaran Islam dan kaum muslimin.

Kaum muslimin yang sadar dengan agenda global ini harus terus membongkar kejahatan dan kebusukan pemikiran Barat kapitalis dan memutus kepercayaan ummat terhadap ide-ide kufur barat sebagai kiblat peradaban dunia. Serta menyadarkan kaum muslimin untuk segera menyamakan persepsi bahwa mengakhiri semua agenada kafir barat secara tuntas adalah dengan menerapkan Islam secara kaffah.

Kenapa harus kaffah? Karena  Allah swt memerintahkan demikian, dan ummat Islam akan memilliki banteng pertahanan dan militer-militer yang siap diterjunkan untuk jihad bersama seoramg pemimpin yang taat dan amanah serta bijaksana. Ia tidak akan berani semena-mena dan dzalim. Karena Ia adalah Khalifah kaum muslimin. Khalifah yang kelak memgakhiri semua agenda kafir barat dengan gertakan, ancaman,juga perang. Bahkan bisa dengan cinta. Wah, hebat bukan? Negara mana yang mampu menebar cinta kepada musuhnya? Tidak ada kecuali Negara yang merapakan Islam kaffah.

Wallahu a’alam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *