Oleh : Afras Salsabila Zahra– (Mahasiswi dan Aktivis Remaja)
Dunia kini mulai membuktikan bahwa penerapan sistem kapitalisme dengan turunannya yaitu Nasionalisme telah menimbulkan banyak kesakitan yang para di tubuh negeri kaum muslimin. Nasionalisme membuat sekat dan memotong tubuh kaum muslimin menjadi wilayah yang terpisah. Hingga duka yang terjadi pada muslim di wilayah lain tidak akan dirasakan oleh seluruh kaum muslimin. Melainkan hanya sebagian kecil. Setiap negara muslim sibuk untuk menyembuhkan penyakit didalam negerinya dan menolak untuk merasakan juga kesakitan yang lain.
Pada mulanya Nasionalisme tumbuh di negeri Barat dan kini menyebar ke negeri kaum muslimin. Hingga para pemimpin di negeri kaum muslimin hanya menjadi antek dan boneka kaum barat bukan lagi selayaknya pemimpin dalam Islam. Termasuk negeri dengan sebutan jamrud Katulistiwa yaitu Indonesia. Muslim Rohingya adalah salah satu korban nasionalisme yang kini menjadi sorotan publik.
Setelah Palestina dan Uighur yang masih belum menemukan keselamatan apalagi kesejahteraan. Derita muslim Rohingya yang terombang ambing dilautan hingga ditolak oleh negara-negara saudaranya sendiri. Seperti Bangladesh dan Malaysia menjadi bukti bahwa negeri muslim telah tergerogoti nasionalisme yang parah. Negara Muslim menolak untuk membantu saudaranya sendiri meski mereka mengetahui secara nyata penyiksaan yang telah terjadi pada para saudara seakidah mereka. Atas dasar bukan tanggungjawabnya dan inilah bukti bahwa sekat nasionalisme menumbuhkan penyakit yang mematikan.
Para penjajah melakukan ekspedisi dan datang ke negeri-negeri kaum muslimin dan memaksakan identitas nasionalisme melekat pada setiap negara. Membawa pesan 3G yang tidak mungkin dapat terlupakan dalam buku sejarah. Gold yaitu mecari kekayaan dan keuntungan dengan mengumpulkan emas, bahan tambang dan bahan lain yang berharga. Glory yaitu mencari kejayaan, superioritas dan kekuasaan. Dan Gospel yaitu menyebarkan pemikiran mereka. Para penjajah datang dan menjarah segala sumber daya alam dan manusia hingga menimbulkan kesengsaraan dan kemiskinan di tubuh negeri kaum muslimin.
Penguasa atau pemimpin hadir hanya untuk menduduki kursi kekuasaan. Berusaha memperoleh kemaslahatan sebanyak-banyaknya dari jabatannya. Serta melanggengkan Nasionalisme di negeri Islam. Mereka mengadopsi segala ide kufur yang bertentangan dengan sistem Islam dalam mengatur masyarakatnya yang mayoritas muslim. Menentang hukum-hukum buatan Sang Pencipta dan Pengatur. Membiarkan rakyat yang berada dibawah kepemimpinannya terus di bodohi, sengsara dan miskin.
Wajar bila kini kita dapati bahwa penyakit nasionalisme terus menggerus banyak nyawa. Mencekik rakyatnya hingga kematian terasa dekat setiap waktu. Muslim Uighur, Palestina, Kashmir, Rohingya dan lainnya adalah segelintir korban atas kejamnya Nasionalisme yang diterapkan di negeri kaum muslimin.
Nasionalisme adalah ide yang muncul dari nafsu egoisme yang berdiri atas dasar emosional kesamaan bangsa dan tanah air. Yang jelas bertentangan dengan Islam. Akibatnya, lebih 1,6 milliar umat Islam terpecah kedalam 50 negara kecil. Menjadikan kaum muslimin lemah dan penjajahan semakin kokoh. Serta konflik yang terus berkepanjangan di negeri muslim.
Sudah saatnya kaum muslimin kembali kepada kehidupannya dalam sistem mereka sendiri dan membuang nasionalisme pada sampah peradaban. Menjadikan hanya Islam sebagai satu-satunya sistem yang mengatur segala aspek kehidupan. Sejarah telah mencatat kegemilangan sistem Islam dalam mengatur kehidupan dalam bingkai khilafah. Dan Islam yang mampu memberantas segala bentuk penjajahan atas diri kaum muslimin.
Wallahu A’lam