Pentingnya Pemimpin Tegas dalam Mengakhiri Wabah Covid-19

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ummu Ibrahim

Dunia masih berduka atas adanya pandemi Covid-19 termasuk di Indonesia. Jumlah kasus di Indonesia kian hari kian meningkat tajam. Menurut sumber gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 per 17 Mei 2020, Indonesia menempati peringkat ke 33 dengan jumlah kasus 17514 positif, 1148 diantaranya meninggal dunia.

Di tengah meningkatnya kasus covid-19, sangat mencengangkan ketika Presiden Jokowi justru sering mengubah (mencla-mencle) pernyataanya mengenai wabah Covid-19. Yang menghebohkan adalah “pesan damai terhadap covid 19” ,tak ayal membuat banyak pihak tak setuju. pesan damai itu disampaikan Jokowi pekan lalu, Kamis (7/5). Kala itu, Jokowi mengatakan kasus virus Corona di Indonesia masih mengalami fluktuasi. Karena itu, menurut dia, selama belum adanya vaksin, masyarakat harus berdamai dengan virus ini.

Tidak heran jika presiden memberikan pernyataan damai dengan covid-19 karena pernyataan tersebut memang sejalan dengan statement Dr. Mike Ryan (Direktur Kedaruratan WHO) bahwa virus (covid 19 baru) ini bisa menjadi virus endemik yang ada ditengah masyarakat dan virus ini mungkin tidak akan pernah menghilang.

Tak berselang lama Presiden mengeluarkan pernyataan yg berbeda lagi. Sepekan telah berlalu. Kini, Jokowi tak lagi menggunakan frasa ‘hidup berdamai dengan covid’. Jokowi secara tegas meminta masyarakat Indonesia untuk tak putus asa dalam menghadapi virus covid-19.

“Dalam menghadapi kesulitan ini kita tidak boleh pesimis, putus asa. Kita semua wajib berikhtiar, berusaha sekuat tenaga melindungi diri kita, melindungi keluarga, melindungi saudara-saudara kita, bangsa kita dari penularan virus Corona ini. Sehingga semua bisa terjaga, keselamatan raganya,” kata Jokowi dalam acara ‘Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan’ yang digelar virtual dan disiarkan langsung di kanal YouTube Kementerian Agama, Kamis (14/5/2020).

Sepintas, seolah pernyataan Presiden nampak tidak masalah. Wajar dilakukan, karena memang kondisi menuntut yang demikian. Padahal, jika kita melihat lebih dalam, justru ini menunjukkan sinyal bahwa pemimpin tidak konsisten dengan pernyataannya sendiri. Seharusnya presiden sebagai pemimpin mengambil sikap tegas dari awal pandemi melanda negri ini sehingga mampu menahan laju kasus pandemi. Namun sangat disayangkan justru yg nampak, sikap tidak konsisten pemimpin.

Akibatnya banyak lini masyarakat yang bingung atas sikap presiden yang tidak konsisten dari awal pandemi padahal tenaga medis, para ahli dan lapisan masyarakat berupaya maksimal untuk menangani Covid- 19.

Walhasil, terlihat sekali bahwa pemimpin negara ini belum mengambil langkah yang tegas dan terkesan acuh tak acuh dalam rangka menyelasaikan wabah Covid-19.

Jika ditelisik lebih dalam, adanya pernyataan “berdamai dengan covid-19” atau seolah tegas menangani Covid-19 tapi dilapangan minim realisasi adalah upaya lepas tangan pemimpin untuk melindungi rakyatnya dari wabah Covid-19. Pemimpin enggan menyelesaikan masalah wabah ini secara tuntas dan membiarkan masyarakat berduel dengan virus ini, siapa yang bertahan maka akan selamat dan yang menyerah akan mengalami nasib yang menyedihkan bahkan bisa meninggal dunia.

Itulah potret kepemimpinan dalam sistem Kapitalis yang dengan seenaknya melepaskan tanggung jawabnya terhadap keselamatan rakyatnya.

Sistem Kapilatis tak mampu mencetak pemimpin berjiwa kesatria yg melindungi rakyat secara sungguh-sungguh.

Lain halnya ketika kepemimpinan berada dibawah sistem Islam, sejarah telah menorehkan tinta emas peradaban islam, salah satunya zaman Khalifah Umar bin Khatab.

Dalam sejarah kekhilafahan, dibawah kepemimpinan Umar bin Khatab. Wabah pernah melanda negri kaum muslimin. Wabah tersebut melanda dibagian Syam, dengan tegas dan cepat tanpa berubah-ubah keputusannya. Khalifah Umar meminta untuk melockdown wilayah tersebut.
Tidak ada yang boleh masuk ataupun keluar dari wilayah Syam serta menjamin seluruh kebutuhan hidup rakyatnya termasuk pemenuhan logistik rakyat ditanggung penuh oleh negara ketika lockdown. Membutuhkan waktu hingga wabah benar-benar hilang, disisi lain Khalifah Umar mengerahkan upayanya dalam rangka menemukan obat-obatan untuk menyembuhan rakyat serta memohon ampunan kepada Allah agar wabah tersebut segera diangkat Allah.

Dalam sistem Islam, pemimpin hadir dalam rangka melayani rakyatnya secara total serta mampu mengatasi masalah apapun yang melanda negaranya, karena kelak dia akan mempertanggung jawabkan kepemimpinan tersebut dihadapan Allah.

Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggung jawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.

Inilah ajaran islam yang kelak akan membentuk karakter pemimpin yang bersungguh2 dalam melindungi rakyatnya.
Itulah mengapa,
Umat manusia butuh diterapkannya ajaran islam secara menyeluruh hingga dalam hal bernegara, karena hanya dalam naungan sistem Islam, pemimpin akan melayani rakyatnya tanpa memikirkan untung rugi duniawi serta melaksanakan amanah kepemimpinan secara tegas tanpa mencla-mencle.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

One thought on “Pentingnya Pemimpin Tegas dalam Mengakhiri Wabah Covid-19

  • Semoga memberikan sumbangsih dalam mwncerdaskan umat

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *