Pentingnya Mengedukasikan Seks pada Anak

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd (Guru SD Muhammadiyah Unggulan Jembrana)

 

Edukasi seks bukanlah hal tabu lagi. Apalagi untuk anak usia dini di zaman yang penuh kebebasan, maka para orang tua dan para pendidik perlu menyisipkan pendidikan tentang seks kepada anak-anak. Edukasi tentang seks menjadi salah satu bentuk kepeduliaan terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang ada di dalam tubuhnya, khususnya anak perempuan.

 

Edukasi tentang seks menjadi hal penting mengingat banyak kejadian pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh para predator seksual (pedofil). Bahkan pelecehan seksual terhadap anak bisa datang dari keluarga terdekat. Namun para orang tua sering lengah terhadap edukasi seks ini, mereka berpikir bahwa edukasi seks akan didapat seiring berjalannya waktu dan akan diajarkan oleh guru di sekolahnya. Padahal orang tua lah yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya.

 

Edukasi seks pada anak tidak perlu membahas hal yang sensitif seperti pada orang dewasa, cukup berikan pengertian tentang anggota badannya. Kemudian ajarkan bagaimana cara merawat kebersihan dan cara menjaga anggota badannya. Kenalkan pula anggota badan mana saja yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, lalu siapa saja yang boleh menyentuh dan siapa yang tidak boleh menyentuh.

 

Memberikan edukasi tentang seks pada anak juga akan menjadi imun dan pengetahuan baginya guna menjaga dari tindak kekerasan atau pelecehan seksual yang bisa saja terjadi di kemudian hari.

 

Menurut Boyke dalam jurnal Perlunya Pendidikan Seks pada Anak Sejak Usia Dini oleh Adel Adelia menerangkan bahwa secara garis besar pendidikan seks untuk anak dibagi ke dalam empat tahap berdasarkan usianya, yaitu usia 1-4 tahun, usia 5-7 tahun, usia 8-10 tahun dan usia 11-13 tahun.

 

Pada usia 1-4 tahun, orang tua disarankan untuk mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genitalnya. Kenalkan pada anak, ini mata, ini kaki, ini vagina dengan bahasa ilmiah tanpa menggunakan istilah lain agar ketika remaja anak tidak canggung untuk menyebutkannya.

 

Pada usia 5-7 tahun rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak.

 

Pada usia 8-10 tahun Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.

Pada usia 11-13 tahun Anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Pada usia ini, anak semakin banyak keinginan untuk mengeksplorasikan dirinya. Maka peran orang tua dan pendidik harus lebih masif untuk mengawasi perilaku anak-anak.

 

Pentingnya edukasi seks pada anak adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama yang kuat untuk membentuk karakter anak agar memiliki bekal yang kuat dalam dirinya sehingga terhindar dari pergaulan seks bebas saat masa remaja dan dewasanya. Nilai agama sangat berperan penting sebagai dasar pemahaman anak untuk dapat menjaga dirinya dengan baik.

 

Meski edukasi seks telah diajarkan kepada anak, namun tidak menutup kemungkinan anak-anak akan bertemu dengan para predator seksual ketika anak-anak bermain di luar rumah atau sekolah.  Inilah yang menambah kekhawatiran para orang tua dan pendidik saat meninggalkan anaknya. Seolah rasa aman tidak ada lagi di dalam benak mereka.

 

Oleh sebab itu, untuk meminimalisir tindak kekerasan atau pelecehan seksual pada anak oleh para predator (pedofil), tentu dibutuhkan solusi fundamental. Solusi fundamental hanya lahir dari aturan yang mendasar dan tidak tumpang tindih. Maka Negara lah yang wajib mengakomodir seluruh aturan tersebut dengan tujuan melindungi seluruh generasi dari tindak kriminal.

 

Aturan tersebut yaitu yang berkaitan dengan sistem ekonomi, pendidikan, sosial, media massa, juga sistem sanksi bagi para pelaku tindak kriminal.

1. Sistem ekonomi pada saat-saat krisis seperti ini, banyak kepala keluarga yang kehilangan pekerjaannya, yang ini membuat para istri ikut mencari pekerjaan hingga rela keluar negeri. Lantas jika sudah seperti ini, para suami bingung untuk melampiaskan hawa nafsunya. Sehingga dengan pikiran yang dangkal, maka mereka memilih untuk menyalurkan kepada anak-anak. Inilah perilaku pedofil yang kerap terjadi di masyarakat.

2. Sistem pendidikan adalah aspek terpenting untuk menguatkan akidah. Negara wajib menerapkan aturan pendidikan dengan basis akidah. Dengan akidah yang kuat, maka orang tua akan memahami peran pentingnya sebagai pelindung dan penjaga anak-anaknya. Dengan akidah yang dimiliki, maka para calon pelaku juga akan berpikir tentang sebab-akibat dari tindakan kriminal yang akan ia lakukan kepada anak-anak.

3. Sistem sosial yang terjadi di masyarakat tentu berkaitan dengan interaksi. Maka Negara perlu membuat aturan untuk mengatur tentang interaksi lawan jenis, melarang adanya aktivitas khalwat dan ikhtilat. Dengan begitu, tak ada lagi kecenderungan yang tidak halal ataupun mengumbar keromantisan di khalayak umum.

4. Media massa haruslah berisi tentang konten yang mengantarkan kepada ketakwaan, baik ketakwaan individu, masyarakat, juga Negara. Tak boleh ada konten yang berbau pornoaksi, pornografi, atau yang sejenisnya, sehingga masyarakat tidak akan terangsang atau tergiur dengan naluri seksual yang sesat dan menyesatkan.

5. Sistem sanksi yang diberlakukan tidak boleh pandang bulu, jika bersalah maka harus dihukum. Siapapun orangnya dan bagaimanapun kedudukannya. Sanksi yang diberlakukan juga harus tegas dan tidak tumpang tindih. Bukan pula berdasar permintaan atau penawaran. Dengan sanksi yang tegas, maka akan membuat para pelaku jera dan dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran bagi masyarakat yang menyaksikannya agar tak berbuat yang seperti itu.

 

Seluruh aturan tersebut akan berhasil diterapkan dengan sempurna jika diatur dengan peraturan Islam. Oleh karena itu, maka perlu ada Negara yang menerapkan Islam secara sempurna dalam kehidupan bernegaranya. Islam bukan hanya diterapkan secara ibadah saja tapi Islam juga mampu mengatur seluruh kehidupan manusia.

 

Dengan demikian, maka edukasi seks yang telah diajarkan kepada anak akan selalu berguna sepanjang masanya. Orang tua pun tak akan khawatir lagi melepaskan anak-anaknya untuk belajar di luar rumah ataupun sekolah.

Wallahu a’lam bish showab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *