Penjualan Beras ke Ritel Modern, Bagaimana Nasib Rakyat Kecil?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Penjualan Beras ke Ritel Modern, Bagaimana Nasib Rakyat Kecil?

Oleh Khatimah

Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah

Beberapa pekan ini kaum hawa, khususnya yang sudah memiliki gelar sebagai ibu rumah tangga dibuat risau dengan kenaikan harga beras. Yang mau tidak mau berapa pun harganya harus tetap dibeli karena merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa diganti dengan barang lainnya.

Kenaikan harga beras, terutama jenis medium sudah terjadi lebih dari dua bulan lalu. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menilai, pangkal masalah yang berlarut ini karena kesalahan Bulog yang tidak optimal melakukan penyerapan beras pada musim panen tahun lalu. Hal itu menyebabkan Bulog kekurangan cadangan untuk stabilisasi harga. Ini yang diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi Sarijowan (Replubika.co.id, 3/2/2023)

Menyikapi tentang kenaikan harga beras di tingkat konsumen yang semakin tinggi, Presiden turut angkat bicara dan mengarahkan supaya Badan Pangan Nasional atau BAPANAS memerintahkan agar Perum Bulog untuk menjual cadangan berasnya ke pasar ritel modern. Tugas itu tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 01/KS.02.02/K/1/2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Perluasan dan peningkatan penyaluran SPHP melalui pasar ritel ini sejalan dengan arahan Presiden agar mewaspadai kenaikan harga beras dengan melakukan langkah-langkah stabilisasi secara masif, ujar Arief Prasetyo Adi yang sebagai Kepala Bapanas (Tempo.co, 29/01/2023)

Jika ditelisik lebih dalam penjualan yang diarahkan ke pasar ritel modern, dianggap sebagai langkah antisipasi naiknya harga beras dan meningkatkan keterjangkauan sampai kepada konsumen agar beras Bulog lebih terserap. Tapi pada dasarnya ini merupakan upaya negara untuk lepas tangan. Karena jika langkah ini berhasil, maka Bulog akan menghentikan operasi pasar.

Langkah ini bisa jadi akan berimbas kepada rakyat kecil, dalam menjangkau beras saat harga beras tinggi di pasar, dan para pedagang pasar pun akan menurun omsetnya. Efeknya, pemenuhan dalam kebutuhan rumah tangganya akan mengalami kesulitan, maka pasti kemiskinan akan semakin meluas, dikarenakan harga beras yang tidak terkendali.

Sungguh ironis Indonesia yang memiliki potensi besar dalam sumber daya alamnya, beserta tanah yang subur namun masyarakat masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Mulai dari harga-harga yang selalu naik tidak terkendali bahkan kehabisan stok barang. Bagaimana bisa hal itu terjadi di tanah yang katanya dijuluki “gemah ripah loh jinawi” ini.

Tidak lain hal ini disebabkan sistem yang dijadikan dasar berpikir untuk menentukan sumber hukumnya, berasal dari akal manusia yang serba terbatas dan mengikuti hawa nafsu. Sistem kapitalisme yang menjadikan segala sesuatu diukur dari materi, dan harus menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tidak peduli dengan nasib rakyat. Jadi wajar saja jika negara yang menerapkan sistem ini memberikan peluang kepada pasar-pasar modern untuk melancarkan usahanya, karena mampu memberikan modal.

Tentunya berbeda dengan sistem Islam, yang masa kejayaannya telah terbukti seluruh masyarakatnya hidup dalam kesejahteraan. Islam sebagai agama yang sempurna telah menyiapkan seperangkat aturan dalam kehidupan manusia termasuk dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

Negara yang berasaskan Islam akan sangat memperhatikan dalam membuat kebijakan tidak akan menyusahkan akyatnya. Apalagi terkait dengan kebutuhan pokok berupa beras yang harus segera dipenuhi oleh negara.

Seperti kisah pemimpin yang sangat terkenal Umar bin Khattab ra. Beliau adalah seorang pemimpin yang banyak dikenang karena langkahnya yang selalu sigap mengutamakan kebutuhan rakyatnya. Tidak segan memikul sekarung beras dan makanan penuh untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya, memberi dengan penuh rasa hormat juga tanggung jawab serta kasih sayang kepada rakyat. Bukan melempar dari unta atau kuda yang menjadi kendaraannya untuk diperebutkan hingga menjadi tontonan yang menarik. Beliau seorang pemimpin yang senantiasa menjaga kehormatan rakyatnya. Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah berkata:”Akulah sejelek-jelek kepala negara, apabila aku kenyang rakyatku kelaparan”.

Dari kisah tersebut tentulah bisa diambil hikmahnya bagaimana seorang pemimpin bersikap dalam memenuhi kebutuhan dari rakyat. Seorang pemimpin melakukan blusukan bukan untuk mendapat suara rakyat agar simpati namun hal itu dilakukan agar tidak ada rakyat yang kelaparan, karena setiap amanah akan dimintai pertanggung jawaban.

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: “Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”.(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam ada kemudahan yang dijamin oleh negara, agar setiap individu bisa memenuhi kebutuhan dasarnya berupa sandang, pangan, dan papan. Bila karena suatu hal, ada yang tidak mampu memenuhi, maka kewajiban negara untuk membantunya. Namun sebelumnya akan diserahkan terlebih dahulu kepada para wajib nafkah. Baru negara mengambil alih jika yang ditunjuk tersebut tidak mampu memenuhi. Inilah tugas negara yang akan selalu memantau kebutuhan rakyatnya, melalui pejabat daerah ataupun pemimpin negara untuk melakukan sidak secara langsung.

Hanya dengan aturan syariat Islam, sebuah negara akan betul-betul memperhatikan kebutuhan setiap individu masyarakatnya. Sudah seharusnya sebagai hamba Allah Swt. untuk senantiasa tunduk pada aturan-Nya agar keberkahan bisa dirasakan oleh setiap individu.

Wallahu a’lam bish shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *