Pengkhianatan Atas Nama Normalisasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh  : Irma Ismail ( Aktifis Muslimah Balikpapan)

 

Perang Israel-Palestina, adalah sebuah peperangan yang tragis, rumit dan hingga saat ini belum terselesaikan. Dan Amerika adalah sekutu paling akrab dan pendukung setia Israel, dengan kekuatan militer dan  Hak Veto-nya di PBB, pengaruh Amerika sangat terasa bahkan Amerika bisa menjaga eksistensi Israel di tanah Palestina bertahan hingga saat ini. Dari matamatapolitik.com, Asisten Profesor Maha Nassar dari Sekolah Studi Timur Tengah dan Afrika Utara di University of Arizona berpendapat bahwa dukungan AS terhadap Israel telah menjadi salah satu  alasan utama mengapa konflik ini sangat sulit diselesaikan.  (30/11/2020)

Adanya normalisasi hubungan Israel –UEA dan beberapa negara Arab lainnya, tentu saja mengejutkan banyak pihak. Seperti yang di sampaikan oleh Menteri Negara Hubungan Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Anwar Gargash yang berdalih bahwa normalisasi dengan Israel seperti mendobrak suatu yang tabu dan meminta agar Palestina memahami bahwa normalisasi ini justru akan dapat membantu kedaulatan Palestina. Perjanjian Abraham Accord yang disetujui baru-baru ini akan menjadi jalan menuju Timur Tengah yang modern, dimana Palestina juga di akui kebereadaannya.(Republika.co.id 19/9/2020). Selanjutnya Maroko menyusul UEA untuk mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel pada hari Kamis (10/12/2020)

Dibukanya hubungan ini bukanlah tanpa sebab dan alasan, sebagai negara kapitalis jelas faktor ekonomi akan dinomor satukan dan memang hal ini menguntungkan bagi Israel dan Amerika. Dikutip dari PikiranRakyat.com (18/11/2020)  dari Middle East Monitor, wartawan Hagal Amit mengatakan bahwa normalisasi ini berhubungan dengan industri persenjataan milik Amerika serta awal masuknya pasokan persenjataan AS ke negara-negara Teluk. Qatar akan membeli 76 unit jet tempur F-15 untuk kali pertama, UEA juga akan menerima beberapa unit jet tempur F-35, Kerajaan Arab Saudi memesan kepada Boeing sebanyak 70 unit jet tempur F-15. Total nilai kontrak sebesar 9,8 miliar dollar atau setara dengan Rp 138 triliun. Dan semua ini dilakukan setelah penandatanganan kesepakatan normalisasi dengan Israel. Angkatan udara Israel pun secara tidak langsung juga mendapatkan keuntungan dari kesepakatan itu, selain itu beberapa onderdil untuk jet tempur diproduksi dan dipasangkan oleh industry penerbangan Israel.

Dan normalisasi hubungan ini jelas menimbulkan sakit hati bagi bangsa Palestina dan kaum muslim lainnya, dan ini adalah sebuah kesalahan fatal dan pengkhianatan. Demi nilai materi maka melukai sesama saudara muslim,  karena hal ini sama saja dengan mengakui eksistensi Israel di tanah Palestina yang direbut secara paksa dan berlindung dibawah PBB. Dengan kekuatan Zionisme yang dipelopori oleh Theodore Herzl pada tahun 1897 yang memang bertujuan mendirikan negara khusus Yahudi, maka dipilhlah Palestina sebagai tanah yang di janjikan untuk mereka. Jadi Israel adalah penjajah yang dengan paksa menduduki tanah Palestina dan mengusir penduduk aslinya. Fakta bahwa Amerika berperan sangat jelas ketika dengan hak veto-nya Amerika akan siap untuk menghentikan langkah dari negara-negara manapun yang berusaha untuk mengusir Israel dari tanah Palestina.

Masalah Palestina bukanlah masalah batas negara, karena sesunggunya itu semua milik Palestima, milik kaum muslim. Israel tidak punya hak atas tanah itu. Para Ulama menyebut Qodhiyah Filistin yaitu Qodhiyah Wujud dan bukan Qodhiyah Hudud, artinya akar masalah Palestina adalah keberadaan Israel, bukan masalah tapal batas. Tanah Palestina adalah tanah kharajiyah, yaitu tanah milik kaum muslim di seluruh dunia hingga akhir zaman nanti, tidak bisa diserahkan kepada yang lain. Dalam sebuah hadist dikatakan ,”Tidaklah di adakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid, Masjid Nabawi (Madinah), Masjidil Haram (Makkah) dan Masjidil Aqsa (Palestina)”. (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan keistimewaan Tanah Makkah, Madinah dan Palestina, sebagai tanah yang diberkahi dan menjadi milik seluruh kaum muslim.

Oleh karena itu sikap yang harusnya di ambil oleh kaum muslim dalam masalah ini adalah mengusir dan perangi Israel, yang sudah nyata membuat kerusakan dan mengusir penduduk asli Palestina bukan duduk bersama dan berunding membuat perjanjian damai serta membagi tapal batas wilayah, apalagi sampai menormalisasi hubungannya dengan Israel. Ini secara tidak langsung membunuh rakyat Palestina secara nyata. Karena jelas bahwa Israel merampas tanah dan mendudukinya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2: 191),”Usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” Jelas bahwa Israel memang harus diperangi dan di usir dari Tanah Palestina, hanya dengan jihad fii sabillah akan dilakukan. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh Negara, bukan kelompok. Lantas apakah bisa ?

Ya , tentu saja bisa jika Islam menjadi sebuah kekuatan dan kepemimpinan yang satu, yaitu negara Islam atau Daulah Khilafah. Karena hanya dengan ini maka permasalahan Palestina akan teratasi. Karena bukan sekedar mengambil tanah Palestina dari Israel tapi juga mengembalikan kedudukan Tanah Palestina sebagai tanah yang diberkahi. Maka sudah saatnya kaum muslim dan negeri-negeri muslim memahami akar masalah ini, memberikan bantuan makanan dan obat-obatan itu memang penting dan diperlukan oleh penduduk Palestina, tetapi itu saja tidak cukup, harus ada perjuangan nyata oleh kaum muslim di seluruh dunia untuk mengusir Israel .

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *