Pendidikan Seksualitas Islami Bebas Vulgar

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Pendidikan Seksualitas Islami Bebas Vulgar

Oleh Fanissa Narita, M.Pd.

(Kontributor Suara Inqilabi)

Fenomena pelecehan seksual yang marak terjadi pada anak di bawah umur baik itu anak-anak sebagai korban ataupun pelaku sangat memprihatinkan. Kabar terbaru, siswi TK di Kabupaten Mojokerto menjadi korban perkosaan oleh tiga bocah sepermainanya yang masih duduk di bangku SD (Republika 21/1/23). Langkah preventif melalui pendidikan seksualitas penting untuk diberikan pada anak. Islam memiliki solusi pendidikan seksualitas yang selama ini masih menjadi kebingungan banyak orang tua karena merasa tabu untuk memperkenalkannya kepada anak.

Pendidikan seksualitas merupakan langkah preventif yang bisa diupayakan agar anak memiliki kewaspadaan dan menjauhi faktor yang dapat memicu terjadinya pelecehan seksual. Seperti yang dituturkan oleh dr. Eka Viora, Sp.K.J. bahwa anak hendaknya memperoleh pendidikan seks sejak usia dini untuk mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada anak, terutama bila anak sudah mulai mengenal informasi dari media seperti televisi , internet, buku dan sebagainya. Tidak dipungkiri bahwa digitalisasi saat ini membuat akses informasi menjadi tidak terbatas dan mudah diakses bahkan oleh anak-anak sekalipun. Sayangnya tidak semua mengandung konten yang ramah anak banyak juga konten berbau seksualitas berseliweran. Maka akan lebih bahaya jika anak-anak mencari tahu sendiri atau mendapatkan pemahaman yang salah. Meski begitu masih banyak orangtua yang merasa tabu untuk memberikan pendidikan seksualitas kepada anaknya karena dianggap vulgar.

Hal tersebut biasanya disebabkan oleh minimnya pengetahuan orang tua atau pendidik tentang pendidikan seksualitas itu sendiri. Faktanya pendidikan seksualitas bukan sekedar pengetahuan tentang hubungan intim namun lebih luas dari itu. Sesederhana memperkenalkan gender, organ tubuh, dan sentuhan yang diperbolehkan atau tidak juga sudah termasuk dalam pendidikan seksualitas. Selain itu, Islam juga menawarkan konsep pendidikan seksualitas yang unik jauh dari nuansa vulgar. Bahkan bisa ditanamkan dalam keseharian anak sedini mungkin diantaranya sebagai berikut.

1. Memisahkan Tempat Tidur Anak

Islam memerintahkan untuk memisahkan tempat tidur anak dengan orang tuanya dan dengan saudaranya baik lawan jenis maupun sesama jenis. Hal ini merujuk pada hadis Rasulullah SAW

Perintahlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak melaksanakan shalat) saat mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur di antara mereka (HR Abu Daud).

Kewajiban ini berlaku ketika anak berusia 10 tahun, namun untuk membiasakannya maka dapat diterapkan jauh sebelumnya. Pemisahan dapat dilakukan sejak anak usia 2 atau 3 tahun (Mukti, 2016). Ada beberapa hikmah yang diperoleh dengan pemisahan tempat tidur sejak dini yaitu:

• Menghindarkan anak dari mengetahui segala kegiatan orang tua, termasuk kegiatan seksualitas.

• Mencegah timbulnya dampak negatif sebab bercampurnya mereka melalui sentuhan, gesekan, pelukan yang dapat berpeluang terjadinya rangsangan seksual pada anak (Asmoro, 2010)

• Mencegah hubungan incest

• Mengajarkan anak memiliki privasi

2. Meminta Izin (Isti’dzan)

Ajaran Islam mengajarkan ada waktu-waktu tertentu untuk anak meminta izin masuk ke kamar orang tuanya. QS. Surat A-n-Nur ayat 58 menjelaskan pentingnya meminta izin dalam tiga waktu.

Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan) yaitu, sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan setelah salat Isya…

Berdasarkan ayat ini, anak perlu dibiasakan untuk meminta izin ketika hendak memasuki kamar orang tua ataupun saudaranya. Orang tua juga bisa memberikan contoh dengan meminta izin terlebih dahulu ketika hendak memasuki kamar anak. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak mengenai privasi terutama yang berkaitan dengan masalah seksual semisal terbuka aurat saat tidur dan lain-lain. Dari sini juga kita menanamkan pada anak bahwa privasi terhadap tubuh mereka itu penting. Jika dengan sesama anggota keluarga saja sudah dibiasakan ada batasan apalagi dengan orang asing. Tidak boleh sembarangan dilihat, disentuh, dan dipegang.

3. Mengenalkan Identitas Gender

Wa lâisa dzakaru ka al-untsâ (laki-laki itu tidak sama dengan perempuan). Itulah penggalan ayat Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 36. Dari ayat ini Islam mengajarkan pada orang tua bahwa anak perlu untuk mengenali jenis kelamin dan gender mereka dengan benar. Hal ini dikarenakan, anak balita biasanya sudah mulai mengerti soal perbedaan kelamin lawan jenisnya. Pengenalan identitas gender berkaitan dengan sifat dan peran yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Hal ini bisa dilakukan dari segi pemilihan pakaian, juga bisa mengenalkan peran melalui permainan atau buku cerita.

4. Menutup Aurat

Meski menutup aurat secara sempurna wajib bagi yang sudah baligh namun anak perlu dibiasakan jauh sebelumnya. Sejak usia balita anak dibiasakan untuk tidak mengumbar bagian tubuhnya di depan orang lain. Kebiasaan anak-anak yang terkadang malas memakai baju sehabis mandi atau buang air perlu diperhatikan. Biasakan sejak kecil sudah menggunakan pakaian yang sopan jangan hanya menggunakan kaos dalam misalnya. Hal ini penting apalagi jaman sekarang banyak kasus pelecehan dan kekerasan pada anak yang tidak wajar seperti tertarik dan terangsang dengan melihat tubuh anak kecil (Pedofilia).

Bagian aurat tidak boleh ditampakkan dan sembarangan disentuh oleh orang lain. Orang tua bisa mengajarkan jenis sentuhan. Ada tiga macam sentuhan yang perlu anak ketahui 1) sentuhan baik dan boleh, sentuhan dari orang lain menggunakan tangan di area bagian tubuh di atas bahu dan di bawah lutut, 2) sentuhan waspada (membingungkan) sentuhan area bawah bahu hingga atas lutut, 3) sentuhan tidak boleh atau jelek, orang lain menyentuh tubuh anak di area tubuh yang tertutup pakaian renang (paha, dada, atau bagian yang dekat kemaluan).

5. Mengajarkan Budaya Malu

Di dalam Islam rasa malu adalah bagian dari akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW. Hadis yang membahas pentingnya rasa malu sebagai berikut

Iman mempunyai enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu merupakan salah satu cabang Iman (HR. Imam Al Bukhari No 9).

Malu dalam konteks pendidikan seksualitas berkaitan dengan menjaga anggota badan khususnya bagian intim agar tidak dilihat orang lain. Anak-anak pada umumnya belum paham tentang konsep malu ini, sehingga tak jarang mereka telanjang di depan orang lain bahkan umum sekalipun. Orang tua penting menanamkan rasa malu ini pada kegiatan anak seperti sehabis mandi, buang air, atau habis bermain air. Selain itu penting juga untuk tidak membiasakan anak mandi bersama dengan orang tua atau dengan saudaranya sejak dini apalagi jika sudah memasuki usia Tamyiz (7-10) atau mampu membedakan baik dan buruk secara umum.

Selain dari beberapa langkah preventif secara internal dari dalam keluarga, Islam juga memandang bahwa perlu ada sinergi dari berbagai elemen termasuk masyarakat dan Negara. Di tengah-tengah masyarakat perlu dibangun budaya amar ma’ruf nahi munkar atau saling menasehati sehingga perilaku buruk tidak akan dibiarkan begitu saja oleh masyarakat. Kemudian penjagaan yang lebih luas yaitu ri’ayah (pengurusan) dari negara.

Dalam hal ini Negara berperan aktif dalam menyaring konten-konten berbau seksualitas dan kekerasan yang jelas tidak ramah anak di media elektronik, masa, dan sosial agar anak tidak mendapatkan pemahaman yang salah. Dengan begitu orang tua tidak berjuang sendirian dalam melakukan pendidikan seksualitas pada anak demi mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan kepada anak mereka.

Wallahu a’lam bishshawab

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *