Pendidikan itu Mulia, Hanya dalam Khilafah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Annisa Fatimah (Aktivis Mahasiswa)

Tabiat dari sebuah sistem adalah dia akan mempengaruhi setiap unsur daripada negara yang mengembannya. Mulai dari jenjang tua-muda, pria-wanita, pejabat-rakyat, dari mereka kita akan dapat menggambarkan sistem apa yang sedang di terapkan saat ini.

Mari sejenak membahas tujuan di bidang Pendidikan sebagai contoh untuk membahas dan membuktikan apakah hal di atas itu benar adanya. Sebut saja kita saat ini sedang dalam masa pendidikan tinggi, artinya kita telah melewati berbagai jenjang pendididkan. Apa yang telah kita dapatkan setelah melewati jenjang SD-SMP-SMA ?

Boleh dikata segala ilmu yang telah kita dapati akan terpakai pada saat menempuh pendidikan tinggi. Namun, tunggu dulu. Sepertinya masih ada yang kurang. Iya, sepertinya kita tidak memiliki tujuan lain selain untuk berkerja apabila telah lulus dari Perguruan Tinggi. Jelas sekali, pemikiran hidup yang telah tersistem dan tersuasanakan dengan sistem saat ini, akan berbuah dengan manusia yang mengejar materi saja tanpa mementingkan kehidupan abadi di sana.

Itulah sebabnya saat ini banyak orang pintar tapi tidak bisa menemukan jati dirinya. Sehingga, hidup sesuka hati dan selama masih berlabel “baik dan benar” menurut dia sendiri. Dia akan tetap menjalaninya. Tentunya hal ini sangat membahayakan, siapa yang bisa menentukan hal ini baik atau tidak?

Jika seluruh manusia bebas menentukan baik dan benar versi mereka. Niscaya kita akan menjumpai berbagai kriminal dengan berbagai alasan mereka masing-masing. Bukankah gambaran korupsi yang kian hari semakin jadi adalah salah satu bukti nyata yang dapat kita jumpai? Mereka adalah contoh dari orang yang berpendidkan, namun kering akan makna akhirat dan lebih mementingkan urusan duniawinya.

Sangat memperihatinkan namun, seperti itulah contoh gambaran dunia pendidikan saat ini. Materi yang menjadi nomor satu, materilah yang menjadi tujuannya. Sebagaimana yang terlansir dalam lensaindonesia.com dengan tajuk Strategi Pemerintah Fasilitasi Perjodohan Kampus dengan Industri. “Pemerintah, kata Nadiem, memiliki sejumlah peran yakni sebagai pendukung, regulator, dan katalis. Meski demikian, pemerintah tidak bisa memaksa pihak Kampus dan industri untuk saling bermitra lewat regulasi, melainkan dengan berbagai macam insentif untuk berinvestasi di bidang pendidikan, misalnya lewat penelitian.”

Kesemua hal di atas adalah bentukan dari sistem pemerintahan kita kala ini yaitu sistem Sekuler-Kapitalis-Demokratis, yang oleh sistem inilah kita dapat menjumpai berbagai macam kerusakan anak bangsa diberbagai sektor dan membawa malapetaka bagi negri kita ini. Akibat mencapai keuntungan dunia semata.

Jika boleh memilih, diantara keuntungan dunia, keuntungan akhirat dan keuntungan dunia-akhirat. Bagian mana yang akan kita ambil ? tentu, setiap manusia akan menjawab keuntungan dunia-akhirat. Namun, sering sekali pilihan itu tidak bisa sesuai dengan jalan hidup per-manusia yang berada di dalam sistem sekuler-kapitalis-demokratis.

Bagaimana bisa mencapai Jannah-Nya apabila kita masih buta dengan islam, masih meraba mana benar mana salah, masih menduga, masih kompromi, masih kurang percaya dan yakin, bahkan takut dengan kesempurnaan islam. Tentunya hal tersebut adalah keberhasilan sistem pendidikan sekuler kala ini.

Kita telah jauh, sejauh-jauhnya dari pemahaman terhadap sistem kepemimpinan islam dan yang kita pahami mengenai islam adalah sekedar sebagai agama ritual semata, tidak lebih bahkan bisa saja sampai islam KTP. Astagfirullah Alhadzim! sungguh menyedihkan kita mengaku sebagai seorang muslim namun tidak mengenal apa itu islam yang sebenarnya?

Islam adalah mabda. Aqidahnya menghasilkan peraturan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pendidkan dan seterusnya. Islam sebagai mabda inilah yang akan menghantarkan kita kembali ke jannah-Nya. Sebagai contoh dalam ranah pendidikan, Islam memiliki konsep aturan yang paling sempurna. Hasil cetakannya akan memiliki visi kuat menuju Jannah-Nya bukan mencapai kesemuan materi belaka.

Islam selalu membawa manusia kepada taraf berpikir cemerlang. Bayangkan saja dalam meluruskan keyakinan kita dengan Allah saja kita diperintahkan untuk berpikir, mengamati dan mengambil pelajaran. Kita tidak diperintahkan percaya begitu saja, namun kita diperintahkan untuk mencari alias meneliti “benarkah ada Tuhan?” dengan mengamati segala hal yang ada disekitar kita. Seperti manusia, kehidupan, dan alam semesta. Niscaya kita akan menemukan bahwasanya adanya makhluk itu adalah bukti dari adanya pencipta yaitu Allah.

Bukankah sangat menakjubkan? Perintah untuk menuntut ilmu juga adalah wajib bagi setiap muslim. Hanya dalam ajaran islam sajalah, ilmu itu aplikatif. Kita akan menemukan keterkaitan antrara kepercayaan kita (aqidah) dengan ilmu duniawi. Alam semesta selalu terkait dengan aqidah kita.

Begitulah inti konsep pendidikan dalam islam. Talqiyyan Fikriyan, ada proses berpikir yang cemerlang dalam setiap pembelajarannya. Sehingga hasil cetakannya adalah para ulama sekaligus sebagai ilmuwan yang tidak kering dari makna akhirat. Penelitian akan terus dilakukan demi kemaslahatan ummat. Bukan demi kemaslahatan sekelompok orang atau individu saja sebagaimana dalam sistem kala ini.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai pemuda mengambil peran untuk tetap selalu bergerak menuju perubahan hakiki. Manusia itu adalah makhluk yang condong kepada kebaikan, perubahan menuju kebaikan? Kenapa tidak. Bukankah kita sudah merasa sangat jenuh dengan sistem yang berlaku saat ini, bagai boneka yang bisa disetir sana sini oleh mereka yang memiliki kepentingan pribadi.

Mari cukupkan perbudakan manusia ini, cukupkan dan sudahi saja penghambaan kita terhadap manusia. Mari bergerak menuju peradaban baru yang membawa kebaikan dunia akhirat. Mari samakan langkah kita untuk menyudahi kekeliruan dan kesalah terapan sistem kala ini dan mengganti dengan sistem islam kaffah yaitu Khilafah.

Karena hanya dengan khilafah sajalah, manusia akan menjadi hidup kembali dan menyadari benar-benar tujuan dia diciptakan dan hidup di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah. Tentunya, beribadah disini bukan hanya sekedar rukun islam saja namun, beribadah dalam segala aspek kehidupan kita.

Sehingga jannah-Nya dapat kita lihat di depan mata kita. Bukankah ini suatu keindahan hidup yang sangat nyata dan bukanlah mimpi disiang bolong ! Jadilah pejuang islam yang tetap istiqomah dalam menyampaikan kebenaran dan kebaikan, mencegah daripada perbuatan munkar. Karena itu adalah sebaik-baiknya manusia.

Wallahu ‘Alam [oleh : Annisa fatimah]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *