Penculikan Anak Marak, Dimana Jaminan Keamanan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Penculikan Anak Marak, Dimana Jaminan Keamanan?

 

Oleh: Nelliya Azzahra (Novelis)

 

Isu yang akhir-akhir ini sungguh mengkhawatirkan adalah penculikan anak yang masif terjadi di beberapa daerah. Sehingga hal ini tidak bisa dianggap sebelah mata.

Bahkan dikatakan darurat.

Sebagai orang tua, tentu saja rasa khawatir, cemas, dan takut tidak dapat dihindari menyadari jika keamanan anak-anak saat ini terancam.

 

Anak-anak fitrahnya ingin bermain dan beraktivitas di luar tidak bisa selalu dikurung di dalam rumah. Namun, ketika ingin melepaskan anak-anak di luar rumah, kecemasan itu tidak bisa ditutupi. Alhasil jadi dilema.

Mau melepaskan anak di luar rumah tidak ada ketenangan dan selalu dibayangi ketakutan akan keamanan anak yang tidak terjamin di luar sana.

 

Sejumlah pemerintah daerah (pemda) seperti di Semarang, Blora, hingga Mojokerto pun sampai mengeluarkan surat soal isu pencegahan penculikan anak beberapa waktu terakhir. Namun alih-alih menangani, polisi di sejumlah daerah justru menyatakan kasus penculikan anak itu hoaks.

 

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra mengatakan, meski polisi menyatakan hal tersebut hoaks, alangkah baiknya masyarakat agar tetap mawas diri. Para orang tua untuk memfilter informasi yang hoaks, di samping tetap memastikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. “Kemudian aparat keamanan juga meningkatkan kemanan di tempat-tempat yang rentan untuk anak seperti bangunan kosong, lingkungan perhutanan warga serta tempat lain yang harus dipetakan,” kata Jasra kepada Tirto, Jumat (3/2/2023).

 

Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada 2022, angka kasus penculikan anak mencapai 28 kejadian sepanjang tahun tersebut. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 15 kejadian.

Dilansir oleh Tempo.co (Selasa, 31 January, 2023).

 

Faktor penculikan ini beragam. Dari mulai faktor ekonomi, kemiskinan, banyaknya pengangguran sehingga tingkat kriminal dan tindak kejahatan meningkat serta lemahnya iman sehingga mendorong pelaku melegalkan apapun demi mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Sistem sekuler-kapitalisme meniscayakan semua hal itu terjadi.

Salah benar tidak lagi menjadi acuan. Mereka telah dikuasai oleh hawa nafsu.

Mereka tidak lagi takut jika apa yang dilakukan itu kesalahan dan dosa. Orientasi hidup mereka hanya untuk dunia.

 

Sehingga menculik anak-anak karena tergiur akan keuntungan yang didapat semisal menjual organ dalam. Ataupun untuk kepentingan sendiri seperti melakukan rudapaksa kepada anak-anak korban penculikan pun mereka lakukan.

 

Mengapa anak-anak yang menjadi sasaran penculikan? Itu disebabkan kelompok anak-anak masih rentan dalam melindungi diri mereka sendiri. Mereka belum mandiri dalam menggunakan hak-haknya dan mudah dikuasai. Oleh karena itu, pengawasan orang tua sangatlah penting di sini.

 

Orang tua harus turun tangan dalam pengawasan anak-anak semaksimal mungkin.

Sekarang ini, banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya sehingga kurang memperhatikan lingkungan bermain anak. Tentu saja hal ini tidak boleh diabaikan.

 

Selain itu kepedulian masyarakat dan lingkungan. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak juga tidak terlepas dari peran negara.

 

Negara berperan penting dalam menjamin keamanan setiap warganya. Namun hari ini, kita dihadapkan pada kenyataan tidak adanya jaminan keamanan yang negara berikan sehingga fenomena seperti penculikan anak, meningkatnya tindak kejahatan dan kriminal, menjadi kenyataan pahit yang harus kita terima.

 

Berbeda dengan sistem Islam yang meriayah seluruh warga negaranya. Dimana negara berkewajiban penuh dalam menjamin kebutuhan rakyat termasuk keamanan di samping kesehatan dan pendidikan. Melindungi kaum perempuan dengan syariat Islam, memberi lapangan pekerjaan kepada kepala rumah tangga sehingga seorang ibu fokus mendidik anak- anaknya.

 

Negara menjamin keamanan diri atau individu dari kejahatan dengan penjagaan aqidah dengan cara mengajak seluruh rakyat untuk bertaqwa kepada Allah, pun keamanan harta umatnya.

 

Allah SWT berfirman: “Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya, dan barang siapa memelihara kehidupan manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rosul- rosul Kami dengan membawa keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh- sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di bumi.”

[TQS: Al-Maidah: 32]

 

Wallahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *