Oleh: Rindoe Arrayah
Ir. Soekarno pernah mengatakan, “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia”. Ini sebagai bukti, bahwa peran pemuda dalam pembangunan sebauh bangsa mempunyai posisi yang diperhitungkan. Selain mempunyai fisik yang kuat, juga memiliki akal fikiran yang akan terus berkembang seiring dengan pengalaman hidupnya.
Masa muda atau usia remaja adalah saat orang-orang mulai mengenal dan merasakan manisnya dunia. Pada fase ini, banyak pemuda lalai dan lupa, jauh sekali lintasan pikiran akan kematian ada di benak mereka. Apalagi bagi mereka orang-orang yang kaya, memiliki fasilitas hidup yang dijamin orang tua. Mobil yang bagus, uang saku yang cukup, tempat tinggal yang baik, dan kenikmatan lainnya, maka pemuda ini merasa bahwa ia adalah raja.
Media sosial belakangan ini kerap diisi generasi muda yang suka pamer kekayaan. Bahkan tak luput juga, ramai diisi aksi unjuk isi saldo rekening dari kalangan selebriti tanah air.
Karena aksi pamer kekayaan yang dilakukannya di media sosial, kemudian mereka ini dijuluki netizen dengan label ‘crazy rich’. Entah karena kekayaan mereka yang melebih akal sehat orang banyak atau diseababkan aksi tak kenal takut pamer-pamer harta benda kepada banyak mata. Semisal, Steven Setiono ‘crazy rich’ dari Surabaya dan Agus Purnomo ‘crazy rich’ dari Sentul, Jakarta (detik.com, 11/2/2021).
Begitupun dengan model dan aktris Cynthiara Alona pernah heboh pamer harta properti menyebar hingga ke Bali. Blak-blakan bicara aset 1 triliun. Belum lagi fashion Cynthiara Alona tas hermes dan sebagainya (tribunnews.com, 18/3/2021).
Jika kita menilik sejarah di zaman Rasulullah ada seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ia adalah Mush’ab bin Umair. Ada yang menukilkan kesan pertama al-Barra bin Azib ketika pertama kali melihat Mush’ab bin Umair tiba di Madinah. Ia berkata, “Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.”
Ia adalah di antara pemuda yang paling tampan dan kaya di Kota Mekah. Kemudian ketika Islam datang, ia jual dunianya dengan kekalnya kebahagiaan di akhirat.
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Rasulullah bersabda, “Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).
Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makana sudah ada di hadapannya.
Demikianlah keadaan Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda kaya yang mendapatkan banyak kenikmatan dunia. Kasih sayang ibunya, membuatnya tidak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat.
Mush’ab bin Umair yang hidup di lingkungan jahiliyah; penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta dan nyanyian, Allah beri cahaya di hatinya, sehingga ia mampu membedakan manakah agama yang lurus dan mana agama yang menyimpang. Manakah ajaran seorang Nabi dan mana yang hanya warisan nenek moyang semata. Dengan sendirinya ia bertekad dan menguatkan hati untuk memeluk Islam. Ia mendatangi Rasuullah di rumah al-Arqam dan menyatakan keimanannya.
Kemudian Mush’ab menyembunyikan keislamannya sebagaimana sahabat yang lain, untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy. Dalam keadaan sulit tersebut, ia tetap terus menghadiri majelis Rasulullah untuk menambah pengetahuannya tentang agama yang baru ia peluk. Hingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat yang paling dalam ilmunya. Kemudian Rasulullah mengutusnya ke Madinah untuk berdakwah di sana.
Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat Nabi yang utama. Ia memiliki ilmu yang mendalam dan kecerdasan sehingga Rasulullah mengutusnya untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah.
Saat datang di Madinah, Mush’ab tinggal di tempat As’ad bin Zurarah. Di sana ia mengajarkan dan mendakwahkan Islam kepada penduduk negeri tersebut, termasuk tokoh utama di Madinah semisal Sa’ad bin Muadz. Dalam waktu yang singkat, sebagian besar penduduk Madinah pun memeluk agama Allah ini. Hal ini menunjukkan –setelah taufik dari Allah- akan kedalaman ilmu Mush’ab bin Umair dan pemahamanannya yang bagus terhadap Al-Qur’an dan sunnah, baiknya cara penyampaiannya dan kecerdasannya dalam berargumentasi, serta jiwanya yang tenang dan tidak terburu-buru.
Karena taufik dari Allah kemudian buah dakwah Mush’ab, Madinah pun menjadi tempat pilihan Rasulullah dan para sahabatnya hijrah. Dan kemudian kota itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah an-Nabawiyah).
Perubahan yang terjadi pada diri seorang Mush’ab bi Umair tak luput dari kekuatan aqidah Islam. Keimanan yang menghujam di dalam jiwa telah menjadikan sosok Mush’ab pantang menyerah menghadapi berbagai kedzaliman yang ditimpakan.
Berbicara tentang perubahan tentunya tidak terlepas dari sebuah proses. Perubahan menjadi hal yang sangat diharapkan oleh setiap individu, yang tentunya mengarah pada hal yang positif, maju menuju ke arah yang lebih baik.
Suksesnya perubahan tentu sangat bergantung pada siapa yang berani memulainya. Jadi, butuh seorang pelopor yang harus menjadi tonggak utama terjadinya sebuah perubahan.
Perubahan sangat identik dengan sebuah kemajuan ataupun kemunduran, sang pelopor menjadi kunci ke arah mana perubahan tersebut akan dibawa. Semangat terjadinya perubahan berada pada sosok pemuda yang acap kali menjadi tokoh utama dan berperan langsung dalam melakukan suatu perubahan.
Mengapa pemuda sering di sebut-sebut dalam suatu perubahan? Sebab, pada diri kaum muda banyak potensi yang bisa diharapkan. Pemuda memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih, jika semangat itu diadaptasi dan dipoles dengan ilmu pengetahuan serta dapat diimplementasikan melalui suatu aksi nyata. Maka akan terciptalah suatu perubahan.
Mengenal pemuda yang diharapkan lingkungan dan peran golongan pemuda dalam masyarakat. Kiprah mereka telah terukir indah dalam tinta emas sejarah. Pemuda merupakan harapan besar dalam hidup dan kehidupan. Terlebih kelompok pemuda intelektual, karena selain diharapkan oleh masyarakat, peran mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masyarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik.
Posisi mereka sebagai “pemuda” memang menjadi peluang bagi khalayak untuk mengembangkan potensi sebesar- besarnya dengan cara saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Tidak heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan dunia dipelopori oleh gerakan pemuda.
Memang benar adanya, seorang anak yang berkembang tergantung lingkungannya. Oleh karena itu, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal, dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya. Sangat wajar, jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya yang sudah mulai udzur. Kepekaan yang besar terhadap lingkungan banyak dimiliki oleh pemuda.
Pemikiran kritis, logis, berwawasan luas yang mereka miliki sangat diharapkan masyarakat. Di mata masyarakat, pemuda adalah agen perubahan (agent of change), jika masyarakat terkungkung oleh tabir kezaliman dan kebodohan. Pemuda juga sebagai motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses perubahan keadaan.
Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib masyarakat kelak, bergantung pada kondisi pemudanya saat ini. Sebagai pemuda, mereka memiliki karakter yang positif, antara lain idealis, energik, dan berupaya akademis.
Idealis berarti mereka para pemuda yang mempunyai impian dan bercita- cita tinggi. Mempunyai semangat pantang menyerah. Dan senantiasa belajar dimanapun ia berada.
Ada sebagian Ulama’ yang menyatakan bahwa seorang pemuda mempunyai tiga peran penting dalam kehidupan, yakni:
Pertama, sebagai generasi penerus: Menggantikan orang-orang yang sudah rusak secara karakter dan berpegang teguh pada Islam guna mewujudkan suatu perubahan.
Kedua, sebagai generasi berikutnya: Melanjutkan nilai-nilai ajaran murni Islam secara universal dan tetap relevan dengan perkembangan masa.
Ketiga, sebagai agen pembaharuan: Memperbaiki kerusakan yang menghambat kemajuan masyarakat Islam di masa yang akan datang.
Selain ketiga faktor peran penting pemuda di atas, peran Islam yang merupakan ideologi sangat memberikan nilai dan manfaat besar bagi kehidupan dunia muda di berbagai pelosok negeri.
Hal ini dimungkinkan karena eksistensi Islam bisa merubah seluruh aspek dalam kehidupan bermasyarakat, bukan hanya merupakan pola saja tetapi juga merupakan sesuatu hal yang bisa mempengaruhi emosi, pemikiran, perasaan dan fisik. Apalagi konsep hidup yang ditawarkan adalah senantiasa berlandaskan nilai al-akhlaqulkarimah.
Berislamnya seseorang akan melahirkan suatu totalitas dan loyalitas dalam menjalani fitrah manusia untuk mewujudkan suatu perubahan.
Ada berbagai cara untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam membangun pemuda yang mempunyai ‘character building’. Sebuah karakter yang terstruktur dan memiliki ciri khas yang membedakan dengan yang lainnya.
Menyediakan infrastrukutur pemberdayaan pemuda yang memadai. Juga sebagai ajang pelatihan dan training dalam mendidik kader muda agar memiliki wawasan dan turut berpartisipasi aktif dalam perkembangan dunia di masa datang. Dan yang paling utama bagi seorang pemuda adalah sebagai promotor penerus perjuangan. Promotor yang bisa bergerak dan memberikan sebuah perubahan, berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga guna mengajak masyarakat menjadi maju menuju peradaban mulia, yaitu peradaban Islam.
Menjadi tugas kita bersama untuk mengelola potensi pemuda yang seharusnya semata diarahkan dalam perjuangan menegakkan kembali sistem Ilahi di muka bumi ini.
Wallahu a’lam bishshowab.