PEMUDA DALAM ARUS PERUBAHAN BANGSA

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Yuliani
Mahasiswi Kaltim

Aksi menolak Omnibus Law yang melibatkan seluruh mahasiswa di seluruh wilayah indonesia menggambarkan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Tidak cukup sampai disitu, mahasiswa pun di rundung dengan permasalahan baru. Salah satunnya adalah tiga mahasiswa yang di ciduk oleh Anggota TNI dari Kodim Gresik dikarenakan dalam aksinya mengumpat dalam sebuah poster yang di tulis di kardus dengan kalimat tidak senonoh untuk menghina DPR RI (klikjatim.com, 8/10/2020).

Tidak sampai disitu permasalahan yang terjadi pun beragam. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, UU ‘Sapu Jagat’ ini dibuat untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya bisa dirasakan para mahasiswa. Dihubungi terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani juga berpendapat sama (detikcom, 8/10/2020).
Benarkah demikian? Atau pemerintah hanya sekedar mendiamkan mahasiswa dengan angan-angan tersebut supaya mahasiswa berhenti melakukan aksi lanjutan?

Bahkan pemerintah melihat Gelombang massa yang melakukan aksi menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja semakin besar. Pemerintah mengklaim mengetahui siapa dalang yang menggerakkan demo besar-besaran sejak kemarin. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV seperti dikutip Kamis (8/10/2020). Dia mengaku tahu pihak-pihak yang membiayai aksi demo itu.
Demo mahasiswa tolak UU Ciptaker diduga bersponsor, diancam nilai akademis hingga kehilangan kesempatan kerja menunjukkan tiadanya independensi mahasiswa dalam menyuarakan perubahan bangsa (detikFinance).

Sungguh miris gerakan perubahannya dimandulkan sekedar hanya memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan, tidak sampai menghantar pada perubahan mendasar. Wajarlah demikian dengan sistem kapitalis-sekuler , intelektual muda (mahasiswa) dikerdilkan potensinya hanya untuk memikirkan kemaslahatan pribadinya.

Menyedihkan, peran kaum intelektual di negara ini dikerdilkan. Mahasiswa ideal di mata pemerintah adalah dia yang kesehariannya berkutat pada akedemiknya, fokus pada pembelajaran dan mengabaikan fakta sekitar. Wajarlah demikian, karena mahasiswa telah diproyeksikan menduduki tempat-tempat yang telah disediakan para korporasi.

Label mahasiswa sukses adalah dia yang bekerja di perusahaan benefit dengan gaji besar, merupakan propaganda busuk dalam upaya mengerdilkan peran mahasiswa. Mahasiswa digiring untuk sekadar memikirkan diri sendiri. Menjadi apatis dengan permasalahan umat dan bangsa. Belajar dimaknai hanya untuk meraih materi.
Maka jangan heran, mereka mudah terbeli. Nasib masa depan bangsa tertutupi dengan ambisi-ambisi pribadi. Mahasiswa ber-IPK tinggi yang apolitis seolah lebih terhormat daripada aktivis yang menyuarakan suara umat. Inilah yang mengukuhkan peran mahasiswa hanya sebatas sekup-sekup yang memperkuat hegemoni korporasi.
Islam memandang bahwa intelek muda (mahasiswa) dengan potensi yang dimiliki bisa berguna untuk kepentingan umat bukan hanya fokus pada kepentingan pribadi. Mahasiswa adalah pemuda yang hatinya lembut akan kebenaran dimana ia menjadi garda terdepan dalam membela kebenaran. Namun sayangnya di sistem sekuler-kapitalis peran pemuda hanya dicukupkan sampai pada aksi tidak sampai pada solusi mendasar yang membawa perubahan yang hakiki.
Sejatinya para pemudalah yang menjadi tulang punggung utama sebuah perubahan. Para pemudalah sebagai pundak kebangkitan sebuah peradaban.

Allah SWT berfirman :
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS al-Kahfi [18]: 13).

Namun apa jadinya apabila pemuda hari ini tidak mampu menjadi agen perubahan disebabkan kekeliruan dalam mengindera solusi atas problematika umat hari ini. Pemuda yang di harapkan menjadi punggung perubahan hanya sebatas aksi namun miskin solusi. Maka sangat di butuhkan pemuda yang ia memiliki visi dan misi yang jelas dalam perubahan.

Pemuda yang memiliki visi dan misi perubahan yang jelas adalah pemuda yang ia tumbuh dengan keimanan. Pemuda yang sadar bahwa dia adalah ciptaan Allah Swt yang memiliki kewajiban amar makruf nahi mungkar namun tidak miskin solusi inilah harapan umat bahwa menjadi pemuda yang kritis dan kaya dengan solusi. Daulah Islamiyah menjamin bahwa di bawah kepemimpinan islam menjadikan pemuda unggul di segala bidang perubahan.

Seperti Al Fatih (sang penakluk) karena telah berhasil menaklukkan Konstantinopel dan dilakukan pada saat usianya masih 21 Tahun. Sultan Muhammad Al Fatih mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa Luar bisasanya keberadaan Muhammad Al-Fatih ini pun telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Dan menjadi pemuda seperti Muhammad Al-Fatih di butuhkan didikasi dan cita-cita tinggi dalam menginginkan sebuah perubahan yang mendasar, menyelesaikan permasalahan umat hingga tuntas bukan hanya melihat secara parsial tapi secara menyeluruh dari akar permasalahan hingga solusi yang parnipurna yaitu islam.

“Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
(HR: Bukhari)

Cukuplah dengan hadis ini membuat pemuda menjadi semangat menjadi agen perubahan yang menjunjung tinggi nilai islam.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *