Pembantaian Muslim India, Suara Rezim Seakan Kelu

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Sri Mulyati (Mahasiswi dan Member AMK)

Dilansir Suaranasional. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecewakan Umat Islam karena tidak mengecam Pembantaian Muslim di India. Demikian yang dikatakan Pengamat Politik dan Sosial Muhammad Yunus Hanixs dalam pernyataan kepada Suaranasional. “Jokowi harusnya menunjukkan rasa Solidaritas muslim di Indonesia.” Ungkapnya. (01/03/2020, Suaranasional)

Kemudian Yunus menambahkan bahwa Indonesia bisa menggunakan pengaruhnya di dunia Internasional mengecam Pembantaian muslim di India. “Indonesia bisa menggalang negara-negara muslim untuk mengecam India,” tambah Yunus. Menurut Yunus, ada kemungkinan Jokowi takut hubungan dengan India retak akibat mengecam pembantaian muslim di negeri Bollywood.” Pungkasnya. (01/03/2020, suaranasional)

Kekecewaan yang dilontarkan sang pengamat sesungguhnya mewakili seluruh perasaan masyarakat muslim melihat penyataan sang penguasa yang notabene seorang muslim dan hidup di negara yang mayoritas muslim.
Hilangnya rasa persaudaraan dan solidaritas sesama saudara muslim yang dibantai oleh umat Hindu secara brutal. Muslim India diserang karena keislamannya. Ketika mempertahankan akidah yang mereka yakini sebagai akidah yang shahih melalui tuntunan nabi yang mulia yakni Rasulullah Muhammad Saw sebagai konsekuensi dari syahadat. Pembantaian terjadi tatkala kaum muslimin hidup di tengah-tengah masyarakat non muslim dan sebagai minoritas disana. Perlakuan tidak adil kerap diterima oleh saudara kita disana. Seperti, intimidasi, pembantaian, kelaparan, kesenjangan sosial maupun ekonomi dan perampasan hak untuk hidup aman dan nyaman serta perlakuan sewenang-wenang lainnya. Golongan mayoritas menjadi bagian terdepan dalam mengusai mereka, termasuk konflik antar umat beragama ini. Mereka tidak ridha bahwa Islam tumbuh dan berkembang disana. Padahal dalam catatan sejarah India pernah menjadi bagian peradaban yang gemilang ketika Kekhilafahan belum runtuh. Menjadi pusat peradaban yang gemilang. Dan hidup rukun antara umat beragama.

Sebelum pembantaian terjadi, kita telah mendapatkan kabar tentang peraturan pemerintah India dengan mengeluarkan Undang-undang anti Islam pada 11 Desember 2019, yang dikuasai oleh Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata ( BJP). Salah satu isi dari UU tersebut adalah memberikan peluang kepada imigran Ilegal Non Muslim dari Afghanistan, Bangladesh, dan Pakistan untuk mendapat kewarganegaraan India, sementara yang muslim tidak memperoleh payung hukum. Selain itu, UU tersebut juga mengharuskan umat muslim India untuk membuktikan bahwa mereka adalah warga negara India. Dengan itu ada kemungkinan warga muslim India akan kehilangan kewarganegaraan. Selanjutnya, aksi pembantaian inipun dilakukan.
Kita sebagai masyarakat Indonesia, khususnya yang menganut agama Islam, sudah barang tentu tidak menerima saudara kita dilakukan semena-mena. Karena mereka saudara kita dalam ikatan Akidah. Aksipun kerap dilakukan diberbagai kota di sebagian penjuru tanah air untuk mengecam pembantaian tersebut. Sebagai sikap pembelaan atas kaum muslimin yang ada di India.

Di dalam Qs.al-Hujurat [49]: 10 Allah Swt menjelaskan.
انما الموٴمنون اخوةفاصلحوا بين اخویکم واتقواالله لعلکم ترحمون
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Qs.al-Hujurat [49]: 10).

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang mukmin dalam arti orang Islam yang beriman adalah saudara kita. Tanpa melihat apakah ia berada dalam satu wilayah ataupun bukan. Selama mereka menganut kepercayaan dan akidah yang sama mereka merupakan saudara kita. Sepantasnya sebagai saudara, kita harus senantiasa berempati kepada mereka. Menolong mereka ketika mereka ditimpa berbagai kesulitan atau mendapat kezaliman terhadap mereka. Dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Terlepas mereka yang berkuasa di negeri ini. Seharusnya menjadikan kekuasaannya untuk dijadikan kekuatan dalam menolong mereka. Setidaknya mengecam terhadap aksi brutal umat Hindu. Walaupun kecaman sesungguhnya tidak dapat menyelesaikan masalah. Tapi, bagaimana pola sikap penguasa kita saat ini?. Diam tanpa bahasa bersikap acuh tak acuh. Bahkan dia ketakutan hubungan bilateral dengan negeri Bollywood ini retak sebagaimana yang disampaikan oleh sang pengamat tersebut.

Melihat sikap penguasa seperti ini menjadikan kita sebagai masyarakat yang hidup di bawah kepemimpinan mereka merasa geram. Sehingga, kaum muslimin kehilangan kepercayaan terhadap rezim yang saat ini menganut sistem kapitalisme.

Umat muslim saat ini kembali menemukan jati dirinya. Ia merindukan sistem yang baik yang dapat diandalkan dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi. Sistem yang akan membuat masyarakat merasakan keadilan yang seadil-adilnya. Lantas, sistem apakah ini?. Tidak lain dan tidak bukan adalah sistem Islam yang menerapkan aturan Islam secara Kaffah dalam bingkai khilafah. Seperti setiap tanggal 3 Maret kemarin kita telah mengingat kembali kejadian yang sangat mengerikan yakni runtuhnya Khilafah Islamiyah sebagai Junnah (pelindung) sebagaimana yang telah disabdakan oleh rasulullah Saw.
إنما الإمام جنة یقاتل من وراءه و يتق به
“Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum muslimin diperangi (oleh kaum kafir) di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya.” (HR.Muslim).

Laksana perisai mengandung arti bahwa khalifah akan menjaga kaum muslimin dari perlakuan-perlakuan yang tidak dibenarkan syara. Akan menjaga darah dan kehormatan kaum muslimin. Ketika kelompok tertentu mengganggu maka tanpa basa-basi langsung bertindak untuk membelanya. Perlindungan ini hanya akan di dapatkan dalam negara yang bernama khilafah. Sang khalifah akan melindungi rakyatnya tanpa ada azas manfaat didalamnya. Khalifah tidak akan berpihak kepada golongan tertentu. Kaum dan bangsa yang tertindas tidak akan dibiarkan begitu saja. Siapa pun yang menzalimi tidak pula dibiarkan melakukan kezaliman. Mereka akan dikenakan sanksi tegas atas kezaliman yang mereka lakukan dengan hukuman yang seadil-adilnya.

Wallahu a’lam bi bishowwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *