Pembaca Alquran Kok Disawer? Pengaruh Buruk Kehidupan Sekuler

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Pembaca Alquran Kok Disawer?

Pengaruh Buruk Kehidupan Sekuler

Oleh Aisyah Humaira

(Pengemban Dakwah)

 

Alquran adalah kitab yang mulia sebagai pedoman umat Islam dalam menjalani kehidupan ini adalah firman Allah Swt. yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril as. Alquran merupakan mukjizat terbesar Rasulullah Saw. yang sampai kepada kita secara mutawatir. Alquran adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri. sebagaimana firman Allah Swt.,

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran dan Kami pasti akan menjaganya.“ (QS Al-Hijr: 9).

Sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah, terhadap kitab-kitab Allah Swt. khususnya terhadap Alquran maka wajib bagi seorang muslim menghormati dan memuliakannya. Salah satu diantara pengamalannya adalah dengan diam dan mendengarkan tatkala Alquran dibacakan. Lantas, bagaimana jadinya jika ada yang memperlakukan sang qoriah bak penyanyi dangdut tatkala membacakan ayat suci Alquran?

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan oleh sebuah video yang beredar di media sosial yang menampilkan sebuah acara dimana sejumlah laki-laki yang diketahui sebagai panitia acara menyawer Nadia, seorang qariah dengan uang tatkala sedang membacakan Al-Qur’an. Jelas saja tindakan yang dilakukan oleh para panitia dalam acara tersebut tentu tidaklah patut ditiru. Perbuatan tersebut termasuk tindakan pelecehan terhadap pembaca Alquran terlebih terhadap Alquran yang dibacanya.

Melansir dari Kompas.com (16/01/23) diketahui bahkan ada seorang laki-laki yang menyelipkan uang di kerudung qoriah. “Dan saya tidak tahu kalau pada saat saya ngaji, panitia baik laki-laki maupun perempuan akan sawer saya,” kata Nadia. Fakta ini menunjukkan sudah hilangnya adab terhadap kitab suci yang seharusnya dijunjung tinggi.

Ini adalah bentuk penyimpangan yang kesekian dari diri seorang muslim dalam riwayat kehidupan di akhir zaman ini. Kehidupan yang jauh dari penerapan agamanya menjadikan mereka tidak paham bagaimana benarnya bertindak. Adab terhadap Alquran pun diabaikan. Jika dibiarkan tentu saja akan berdampak pada bentuk desakralisasi Alquran. astagfirullah.

Kesakralan Alquran telah hilang jika menyamakan mendengarkan pembacaan Kalam Allah dengan mendengarkan nyanyian lagu dangdut, ini sungguh miris! Perbuatan demikian jelas salah. Apalagi dalam banyak ayat Allah sangat menjaga kemuliaan Alquran, seperti salah satu Firman Allah Swt. berikut yang artinya,

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr: 9)’’.

Sahabat beriman, apa yang menjadikan mereka demikian? Tiada lain adalah dampak kehidupan dalam sistem kapitalisme. Sistem yang menjadikan manusia hanya berorientasi pada kesenangan duniawi dan materi semata. Orientasi ini jika tertanam dalam pikiran seorang muslim maka ia akan lemah imannya hingga akhirnya rusak. Mereka disajikan kesenangan hingga menjadi lupa bahkan tidak paham apa tujuan hidup sesungguhnya hingga menghalalkan segala cara guna memuaskan hawa nafsu. Semua ini buah dari paham sekuler yang lahir dalam sistem kapitalisme ini. Naudzubillahimindzalik

Sistem sekuler meniscayakan pelecehan agama terjadi. Ini menjadi satu keniscayaan dalam sistem sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan dan justru berlandaskan HAM yang menjunjung tinggi kebebasan perilaku.Walhasil, setiap individu bisa melakukan tindakan apa pun selagi tidak merugikan orang lain. Jika pun ada yang melakukan pelecehan demikian, dipastikan hukumannya tidak akan memberi efek jera. Tidak heran jika kasus pelecehan agama semakin banyak.

Kerapuhan hukumnya pun turut melanggengkan kasus pelecehan serupa terjadi. Hukumm ditegakkan tidak mampu menjaga agama dan para penganutnya. Dengan dalih kebebasan, setiap individu berhak mengekspresikan tingkah lakunya. Sebagaimana kasus yang terjadi ini, pemuda yang menyawer menganggap tindakan tersebut adalah bentuk penghargaan terhadap qariah. Tetapi tanpa sadar mereka telah mengotori kesakralan Alquran. Lagi-lagi ya pengaruh kebebasan berperilaku yang mengedepankan materi.

Berbeda dengan sistem pemerintahan Islam yang kita kenal Khilafah dengan syariat sebagi standar dalam berbuat banyak melahirkan generasi berkepribadian Islam. Generasi yang cinta dan bersahabatkan Alquran dalam hidupnya sebagaimana digambarkan pada diri para sahabat dan di masa khilafah yang tegak selama 13 abad lamanya. Masa yang meninggalkan banyak jejak yang patut dicontoh karena sosok mereka yang mulia dan bertakwa. Kok bisa?

Dalam sistem Islam, tentu saja apa yang kita saksikan saat ini sangat mustahil terjadi. Bagaimana mungkin? Ya, sangat mungkin sebab Islam sebenarnya telah mengajarkan bagaimana seorang muslim bersikap ketika diperdengarkan lantunan ayat suci Alquran sebagaimana yang Allah Swt. firmankan yang artinya, :

“Jika dibacakan Alquran, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.” (QS Al-A’raf: 204).

Karena rahmat-Nya yang dapat diraih melalui adab terhadap Alquran ini juga, Rasulullah dan para sahabat misalnya, selalu menangis jika mendengar bacaan ayat suci Alquran sebagaimana diriwayatkan dalam hadis,

“Aku mendatangi Nabi Saw. dan beliau sedang salat. Dan pada kerongkongannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih. Yakni, beliau menangis.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Hadits ini sanadnya kuat).

Mulianya, begitupun Imam Ahmad, menyampaikan orang yang mendengarkan ayat Alquran akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat ganda. MasyaAllah, tentu dengan adanya khilafah ini menjadi solusi terjaganya umat Islam dalam ketakwaannya. Karena sistem Islam mewajibkan manusia menjadikan Alquran sebagai pedoman dan harus kaffah dalam mengamalkannya. Ridho Allah menjadi satu-satunya orientasi dalam hidup.

Itulah yang diajarkan khilafah. Karenanya Alquran sedini mungkin adalah yang utama dikenalkan, diajarkan dan dipahamkan hakikatnya kepada anak-anak. Buahnya melahirkan generasi yang berakhlak mulia. So, bukankah ini adalah sebaik-baiknya sistem? Karenanya satu-satunya solusi yang tepat dan benar tiada lain tiada bukan adalah memperjuangkan kembali tegaknya Khilafah.

Semoga setelah membaca tulisan ana, kita khususnya diri saya pribadi menjadi lebih sadar bahwa memang dakwah adalah kebutuhan utama guna mencapai misi menyelamatkan umat saat ini. Umat membutuhkan adanya institusi pelindung yang akan menjaga kemuliaan Alquran dan pembacanya juga penerapannya secara kaffah dalam kehidupan.

Jadi, tak ada lagi solusi dalam menyelesaikan masalah ini kecuali dengan, ngaji Islam kaffah dan memperjuangkan syariat Islam dan mengamalkan Al-Qur’an didalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu a’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *