Pandora Papers: World, Wake Up Please!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ari Sofiyanti (Alumni Universitas Airlangga)

 

Pandora Papers bagaikan membuka aib rahasia keuangan gelap dari seluruh penjuru dunia. Laporan ini menjadi salah satu data terbesar investigasi jurnalisme yang mengungkapkan kerusakan sistem kapitalisme bahwa ada hubungan terlarang antara kekuatan politik dunia dengan sistem finansial bayangan di luar negeri. Pandora Papers juga menunjukkan bukti bahwa sistem kapitalisme merupakan habitat nyaman bagi ketidakadilan dan kesenjangan sosial antara para kapitalis kaya dan rakyat jelata.

Laporan fantastis Pandora Papers mencakup 11,9 juta catatan keuangan yang membocorkan rahasia finansial 35 pemimpin dunia, lebih dari 330 politisi dan pejabat public di 91 negara. Termasuk juga 130 miliarder Forbers, selebriti, penipu, pengedar narkoba, anggota keluarga kerajaan dan pemimpin kelompok agama di seluruh dunia. Investigasi ini melibatkan 600 jurnalis dari 117 negara yang diterbitkan oleh konsorsium media Internasional Consortium of Investigative Journalist (ICIJ).

Sebenarnya Pandora Papers bukanlah aib pertama yang diungkap, tetapi sudah ada aib-aib lainnya sebelum ini yaitu Paradise Papers tahun 2017 dan Panama Papers di tahun 2016 yang juga diterbitkan oleh ICIJ. Ketiganya melaporkan mengenai penggelapan kekayaan, skandal pajak dan penghindaran pajak.

Adanya Pandora Papers adalah sesuatu yang wajar terjadi di dalam kapitalisme demokrasi. Sistem demokrasi membebaskan manusia membuat undang-undangnya sendiri sehingga lahirlah peraturan pungutan pajak. Di sisi lain dibuatlah peraturan yang membolehkan sumber daya alam negara diprivatisasi oleh perusahaan. Hal ini menjadikan perusahaan kapitalis yang telah mendapat keuntungan luar biasa, enggan untuk membayar pajak yang besar. Lalu untuk menyembunyikan kekayaan, mereka melarikan harta ke tempat-tempat surganya pajak. Akhirnya negara tidak memiliki pendapatan yang cukup baik dari SDA maupun dari pajak. Dampaknya, rakyat kecil yang semakin diperas untuk memenuhi semua kebutuhan negara.

Bocornya data-data rahasia ke ruang publik ini seharusnya membuat kita sadar dan belajar. Ibaratnya jangan jatuh ke lubang yang sama dua kali. Kita harus berpikir ini adalah suatu kesalahan dan harus segera dicari solusinya.

Satu-satunya solusi hakiki adalah kembali kepada Islam. Dalam Islam telah ada formula lengkap dan panduan untuk mengatasi masalah kehidupan. Seluruh aturannya dibuat oleh Allah dengan jaminan aturan-aturan ini membawa kebaikan bagi seluruh makhluk. Seperti yang diperintahkan oleh Sang Pencipta alam semesta, bahwa sumber daya alam harus dikelola oleh negara Islam yaitu Khilafah demi kemaslahatan umatnya.

“Manusia bersekutu (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal : padang gembalaan, air, dan api.” (HR Ibn Majah)

Pengelolaan SDA sesuai syariat Islam oleh Khilafah akan mencukupi kebutuhan komunal masyarakat, maka rakyat tidak perlu membayar pajak. Kebolehan negara menarik pajak hanya berlaku jika kas Baitul Mal kosong.

Inilah solusi dari Allah yang harus kita ambil. Sedih rasanya jika ada umat manusia yang masih belum tergerak dari jebakan lumpur hisap kapitalisme, padahal fakta-fakta kebobrokannya sudah ada di depan mata. Masih merasa nyaman dengan sekulerisme yang menghancurkan hidup kita, masih juga berharap pada demokrasi yang mengkhianati kita dan malah meragukan solusi Islam.

Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (Al Baqarah 2).

Butuh berapa banyak Pandora Papers yang harus diungkap agar kita sadar bahwa akar kerusakan kehidupan selama ini adalah sistem kapitalisme sekuler demokrasi? Kita mengira bahwa dengan manusia membuat undang-undangnya sendiri akan membawa kebaikan, tetapi ternyata semua itu bertentangan dengan titah Allah SWT.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah 216).

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *