Pandemi Dikubangan Kapitalisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ai Hamzah

 

Lonjakan penderita covid 19 pada bulan Juli lalu sungguh lonjakan yang luar biasa, bagaimana tidak jumlah penderita pada saat itu menjadi rekor selama pandemi ini berlangsung.

 

Lonjakan infeksi mengantarkan Indonesia menduduki peringkat satu negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia periode 12-18 Juli 2021, mengacu data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Dalam Pembaruan Epidemiologi Mingguan COVID-19 yang terbit Selasa (20/7), WHO menyebutkan, kasus virus corona di Indonesia periode 12-18 Juli mencapai 350.273 kasus, atau melonjak 44% dibanding pekan sebelumnya. Kontan.co.id – Jenewa

 

Melonjaknya masyarakat yang terpapar virus covid 19 membuat fasiltas kesehatan kelabakan. Ruang rawat inap di rumah sakit membludak hingga kewalahan tidak bisa menampung pasien covid 19 (bahkan sebagian rumah sakit membuat tenda darurat untuk pasien covid 19), Wisma Atlet yang khusus diperuntukkan pasien covid 19 pun sama kewalahannya. Obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan pun menjadi langka bahkan hilang di pasaran. Oksigen untuk penyambung nyawa seseorang menjadi barang yang sulit ditemukan keberadaannya.

 

Sampai ketika surveynya orang nomor satu di Indonesia Jokowi tidak menemukan obat yang disebutnya yaitu obat-obatan yang dibutuhkan oleh penderita covid 19. Presiden Joko Widodo mencari obat untuk penanganan pasien Covid-19 di sebuah apotek, Kota Bogor, Jumat (23/7/2021), tetapi obat yang dicari tidak tersedia. Jakarta, kompas.com

 

Hilangnya obat-obatan dan vitamin di pasaran, tidak lain dan tidak bukan karena sisitem kapitalisme yang mengungkung di negeri ini. Sesuka hati para pemodal melakukan berbagai cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Termasuk menimbun obat-obatan dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh pasien covid 19.

 

Setelah obat dibeli, para spekulan obat tersebut menjualnya kembali dengan harga tinggi. Contohnya obat jenis Actemra yang dibeli dengan harga Rp 1,1 juta per kotak, oleh oknum ini dijual hingga Rp 40 juta per kotak. Tempo.co, Jakarta

 

Begitulah pandemi dikubangan kapitalisme. Sungguh miris fenomena ini terjadi, dalam kondisi pandemi yang darurat sekarang ini dijadikan sarana untuk memperoleh keuntungan. Dijadikan ajang mengumpulkan pundi-pundi sementara pasien sekarat berjibaku dengan virus. Tidak dapat dielakkan lagi angka kematian pun menjadi tinggi. Karena saat pandemi seperti sekarang inilah fasilitas kesehatan sangatlah dibutuhkan dalam rangka penanganan pasien yang terkena wabah/pandemi.

 

Pandemi sudah terjadi ketika jaman Rosulullah SAW dan para sahabatnya. Tengoklah bagaimana penanganan wabah ketika jaman Rosulullah SAW dan para sahabat. Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya.”

 

Umar Radhiyallahu salah satu Khulafaur Rasyidin, ketika terjadi wabah maka beliau mengambil untuk bermusyawarah dan meminta pendapat para sahabat dari kalangan Anshar maupun Muhajirin. Beliau melibatkan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian karena yang dipanggil adalah para pemukanya. Apalagi setelah Umar Radhiyallahu mendapat penjelasan dari salah seorang sahabat Nabi yang populer yaitu Abdurrahman bin Auf yang menyampaikan bagaimana petunjuk Nabi Muhammad ketika menghadapi wabah penyakit dan bagaimana menyelesaikan dan memutus mata rantai wabah penyakit itu.

 

Maka dalam kondisi di tengah merebaknya wabah penyakit ini, Umar bin Khattab ra telah mengambil keputusan yang berbobot. Tujuannya tak lain adalah menyelamatkan lebih banyak kaum Muslimin dan manusia secara umum agar tidak dibinasakan oleh wabah penyakit. Dengan mengambil titah Rosulullah SAW.

 

Umar Radhiyallahu berkata, “Masalah tidak bisa diselesaikan, kecuali dengan ketegasan tanpa paksaan, dan dibarengi dengan cara lembut tapi tidak disepelekan”. Begitulah Umar Radhiyallahu dalam mengatasi wabah, dengan keyakinannya bahwa syariat yang telah dibawa oleh Rosulullah SAW adalah risalah yang membawa kebaikan bagi umat. Karena tidak semata-mata syariat ini diturunkan kecuali untuk Rahmatan Lil Alamiin.

 

Wallahu A’laam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *